SYEIKH ABU SAID AL KHARRAZ (si tukang melubangi sepatu)
Segala
puji bagi Allah s.w.t. Salawat dan salām semoga senantiasa dilimpahkan atas hamba pilihan-Nya, Muḥammad s.a.w., keluarga dan segenap para
pengikutnya. Syaikh al-Imām al-‘Ārif Abū Sa‘īd Aḥmad Ibn ‘Īsā al-Baghdādī al-Kharrāz – semoga Allah s.w.t.
senantiasa mensucikan ruhnya dan menerangi pemakamannya – berkata:
“Saya
pernah bertanya kepada sebagian ‘ulamā’: “Apa
definisi benar (ash-Shidq)? Apa bentuknya? Apa tujuannya? Dan bagaimana cara
mengaplikasinya? Mereka menjawab: “Benar adalah salah satu pilar dari
pokok-pokok ajaran agama. Namun sebelumnya, saya akan bertanya terlebih dahulu,
apakah kamu butuh jawaban yang ringkas, atau jawaban detail yang menerangkan
tentang pokok-pokok ‘ilmu berikut cabang-cabangnya?”
“Saya mau
jawaban yang ringkas, namun komprehensif agar bisa dipahami secara utuh untuk
kelak dijadikan pegangan hidup.” Jawab saya.
“Semoga Allah
s.w.t. senantiasa memberimu taufīq,” jawab beliau: “Ketahuilah! Setiap murīd yang ingin meningkatkan kadar
keimanannya dan bersungguh-sungguh ingin memperoleh jalan keselamatan, harus
mengetahui dan melaksanakan tiga hal pokok yang berikut.
Dengan meng‘amalkan
ketiganya, maka keimanannya akan menjadi kokoh, hatinya akan menjadi teguh, dan
perbuatannya akan menjadi istiqāmah.”
Pokok Pertama: Ikhlas
Pokok
pertama adalah ikhlas, sebagaimana yang disebutkan dalam sebagian firman Allah
s.w.t. berikut ini:
فَاعْبُدِ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ، أَلَا للهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ
“Maka
sembahlah Allah s.w.t. dengan penuh keikhlasan beragama kepada-Nya. Ketahuilah
bahwa Allah s.w.t. hanya menerima pelaksanaan agama yang ikhlas.”
(az-Zumar: 2-3)
فَادْعُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
“Serulah
Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (al-Mu’min 14)
قُلْ إِنِّيْ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ
“Katakanlah
(hai Muḥammad!) Sesungguhnya aku
diperintahkan untuk menyembah Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (az-Zumar: 11)
قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِيْنِيْ
“Katakanlah!
Aku menyembah Allah dengan tulus-ikhlas beragama kepada-Nya.” (az-Zumar:
14)
وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوْسَى إِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَ كَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا
“Dan
ingatlah Mūsā (yang
disebut) di dalam al-Kitab, sesungguhnya ia adalah seorang yang ikhlas, Rasūl dan juga Nabi.” (Maryam: 51)
Pokok Kedua: Benar.
Pokok
kedua adalah benar, sebagaimana yang disebutkan dalam sebagian firman Allah
s.w.t. berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَ كُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertaqwālah kepada Allah dan berhimpunlah bersama dengan
orang-orang yang benar.” (at-Taubah: 119)
فَلَوْ صَدَقُوا اللهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
“Jikalau
mereka semua membenarkan Allah s.w.t., tentunya hal itu akan lebih baik buat
mereka.” (Muḥammad: 21)
رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ
“Orang-orang
yang berlaku benar terhadap apa-apa yang mereka janjikan kepada Allah s.w.t.”
(al-Aḥzāb: 23)
وَ اذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيْلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ
“Dan
ingatlah Ismā‘īl (yang disebut) di dalam al-Kitāb, sesungguhnya dia adalah yang benar janjinya.” (Maryam: 54).
لِيَسْأَلَ الصَّادِقِيْنَ عَنْ صِدْقِهِمْ
“Supaya
Allah s.w.t. bisa bertanya kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran
mereka.” (al-Aḥzāb: 8).
وَ الصَّادِقِيْنَ وَ الصَّادِقَاتِ
“Dan
laki-laki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.” (al-Aḥzāb: 35)
Pokok Ketiga: Sabar
Pokok
ketiga adalah sabar, sebagaimana yang diungkapkan dalam sebagian firman Allah
s.w.t. berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اصْبِرُوْا وَ صَابِرُوْا
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bersabarlah dan terus tingkatkanlah kewaspadaan.”
(Āli ‘Imrān: 200)
وَ لَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِريْنَ
“Dan
jikalau kalian semua berlaku sabar, tentunya hal itu adalah yang terbaik bagi
orang-orang yang bersabar.” (an-Naḥl: 126)
وَ اصْبِرْ وَ مَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللهِ
“Bersabarlah!
Dan kamu tidak akan mampu bersabar, melainkan dengan (pertolongan) Allah s.w.t.”
(an-Naḥl: 127)
وَ اصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
“Dan
bersabarlah melaksanakan hukum Tuhanmu, karena sesungguhnya kamu berada dalam
pengawasan Kami” (ath-Thūr: 48)
وَ اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُوْلُوْنَ وَ اهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا
“Dan
bersabarlah engkau atas apa-apa yang mereka katakan, serta hindarilah mereka
dengan cara yang baik.” (al-Muzzammil: 10)
وَ اصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَ الْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ
“Dan
bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi
dan petang seraya mengharapkan keridaan Tuhannya.” (al-Kahf: 28)
وَ اصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْنَ
“Bersabarlah
kamu, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar.” (al-Anfāl: 46)
وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
“Dan
sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah:
155).
Itulah
tiga sifat pokok yang utama bagi segala perbuatan. Yaitu ikhlas, benar, dan
sabar. Masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda, namun harus selalu
menyatu dalam setiap perbuatan. Sebab, setiap perbuatan akan dianggap sempurna,
manakala terdapat ketiganya dalam perbuatan tersebut. Namun, bila ketiganya
tidak terdapat dalam suatu perbuatan, niscaya perbuatan tersebut akan rusak dan
dianggap tidak sempurna. Satu sama lain harus saling menguatkan, sebab jika
satu tersingkir, maka yang lainnya pun akan tersingkir pula. Dengan demikian,
sifat ikhlas tidak akan sempurna kecuali jika disertai dengan benar dan sabar.
Sifat sabar tidak akan sempurna kecuali bila dibarengi dengan benar dan ikhlas.
Dan sifat benar tidak akan sempurna manakala tidak diiringi oleh sabar dan
ikhlas.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan