Karya Muhammad Bin Abdul Jabbar Al-Niffari (AL NIFFARI)
Aku ditegakkan
berdiri di antara kedua tangan Nya; lalu ia berseru :
“Tiada
kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku
didik engkau agar berdiri di depan pintu-pintu selain pintu Ku; tida pula Aku
mengambil kawan duduk semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk
duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah engkau, maka
pengetahuanmu tentang dirimu adalah merupakan suatu peraturan bagimu yang tiada
akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu yang tiada akan lenyap”.
“Engkau adalah
hamba K”.
“Engkau hidup
dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku
engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau agar
engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai Nama-nama
Ku; Ku ciptakan dunia ini untukmu dan pula Ku sujudkan kepadamu; dan Ku
ciptakan segala sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku supaya engkau
menjadi ahli Hadirat Ku; Ku pilih engkau demi kemuliaan himpunan Ku; Ku
gemarkan engkau bersama Ku; Ku fitrahkan engkau sesuai dengan gambaran Ku”.
Dengarkan
perjanjian wilayahmu (Pengankatanmu) :
“Jangan engkau
bertakwil atas Ku dengan menggunakan ilmu pengetahuanmu, taatilah hukum-hukum
Ku tanpa takwil dan tanpa saling berbantah.
Janganlah engkau
menjarak daripada Ku... demi untuk kepentinganmu sendiri... manakala engkau
keluar, hendaklah keluar kepada Ku; dan engkau masuk, hendaklah mesuk pula
kepada Ku; dan engkau tidur, maka tidurlah dalam penyerahan kepada Ku; dan bila
engkau bangun, maka hendaklah engkau bangun penuh dengan rasa tawakal kepada
Ku; dan bila engkau makan hendaklah engkau menyadari bahwa makananmu itu dari
tangan Ku; dan bila engkau minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau
meneguk minuman dari tangan Ku”.
“Mohonlah
pertolongan dengan berdo’a kepada Ku, agar engkau bisa tegak berdiri di dalam
maqammu di antara kedua tangan Ku... Kalau tidak ... maka diammu itu menyeru
kepadamu tentang apa-apa yang telah diketahui perihal dirimu, maka waspadalah
engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu menjadi seruan kepada dirimu,
sedangkan engkau mengesankan bahwa diammu itu adalah taqarub (berhampir diri)
kepada Ku”.
“Bagaimana
engkau melepaskan pendanganmu ke arah langit dan bumi, matahari dan bulan, dan
kepada segala sesuatu apapun, sedangkan engkau telah mengetahui, bahwa
kesemuanya itu terang dan nyata daripada Ku.
Kesemuanya itu
mensucikan diri Ku dengan menyampaikan puja-pujiannya kepada Ku dan mengucapkan
kata tulus “Laisa Kamitslihi Syai’un... Tiada satu pun yang menyamai Nya”...
Janganlah engkau menyingkir dari patokan pandangan yang demikian ini, agar
tidak dirampas oleh pandangan-pandangan lain. Dan jangan lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari
cara memandang yang demikian, karena nantinya engkau dirampas oleh sifatmu
sendiri”.
“Bila engkau
tidak melepaskan sifatmu keluar dalam pandangan ini, akan ku tan engkau akan
menulis atas dahimu wilayah Ku (pemeliharaan Ku), dan akan engkau saksikan
bahwa sesungguhnya Aku berada bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku
dudukan engkau di dalam maqam ishmad (maqam yang tidak luput dalam penjagaan
Ku), dan akan Ku tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala syahwat
keinginanmu, dan engkau kan merasakan malu untuk selalu berada di dalam tata
cara adat-isitadatmu”. SesungBahwa syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup
atasmu untuk menguji kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku
dan tidak memilih keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu
sendiri dan tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan
syahwat. Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu.
Adapun zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan
hanya kepada Ku sendiri”.
“Katakanlah pada
lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak di anatara kedua tangan Ku, tiada
dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun mahligai yang
sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu.
Hendaklah engkau
memohon bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari
dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan dapat
pengertian perihal Ku.
Hendaklah halmu
menjadi demikian laksana TUHAN YANG HADIR, dalam alam semesta yang gaib dan
pudar. Maka inilah hiasan sifatnya barang siapa yang aku malu daripadanya”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan