Karya Muhammad Bin Abdul Jabbar Al-Niffari (AL NIFFARI)
Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi manusia
Al-Imam An-Nafri
mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat yang akan sirna dan
bahwa tubuh itu merupakan batu ujian yang diciptakan oleh Allah untuk menguji
Ruh.
Sifat-sifat
manusiawi dengan apa yang ada padanya dari syahwat-syahwat dan
keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti dengan
pelanggaran-pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh.
Tiada wujud yang
sebenarnya, kalau di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan
kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang merangsang untuk menguji Ruh
agar dapat diketahui dan dikenal sampai di martabat yang dapat dicapai.
Apakah Ruh itu
bisa mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu Roh mengarahkan segenap kemampuannya
untuk merindukan dan mencintai Allah, ataukah Roh itu tertarik oleh jasad
dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.
Di Sinilah letak
Ujian itu.
Allah berseru
dengan tutur kata-Nya : (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Sesungguhnya
Aku dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai dinding kukuh yang menghijab atasmu
untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang sebenarnya) dan.... andaikan engkau
melihat dirimu sendiri sebagai engkau melihat kepada langit-langit dan bumi,
tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah engkau,
pribadimu, tanpa adaya syahwat dan keinginan”.
“Karena pengujian-Ku
kepadamu maka aku coba engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak
menetap pada dirimu di bawah kekuasaan hukummu dan tidak pula bisa menetap pada
dirimu atas dasar penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu itu yang condong
dan berkeinginan, dan ia pulalah yang mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya
engkau tidak condong ke situ dan tidak pula berkeinginan maupun mengejar
kepuasan dan kelezatan”.
“Engkau yang
sebenarnya adalah di balik dinding yang merupakan syahwat dan di belakang tabir
penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu roh yang suci
bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat
kemanusiaan tanpa condong pada apa pun dan tidak pula berkeinginan”.
Dari arah lain
DIA menyeru : “Hai hamba !! Engkau dalam
keadaan lapar lalu engkau lahap makanan, maka hal yang demikian engkau bukan
daripada-Ku; dan AKU pun bukan dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang
hamba yang berdaya untuk mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil
yang nyata bahwa hamba tersebut telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai
kemuliaan nasabnya dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan berkait
kepada ALLAH.... bukan jasad yang bernasab pada tanah).
Di alam
Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya
Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum
daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku, dan
barang siapa yang tidak merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku, kecuali
orang yang hanya menyauk sekali sauk dengan tangannya (sekedar pembasah
tenggorokan)”. (QS. Al-Baqarah 2:249).
Ayat tersebut di
atas mengandung juga hikmah puasa, maka... yang demikian itu merupakan
kenyataan roh tentang dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri dari
perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian untuknya.
Begitu halnya bila seorang sedang berpuasa menolak makanan berarti telah
memahami sifatnya (yang asli), bahwa roh itu tidak memerlukan makanan dan
minuman.
Allah berseru
kepada hamba-Nya : “Aku ciptakan engkau adalah melulu untuk-Ku, tinggal di samping-Ku, untuk
menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam lingkungan pemeliharaan-Ku.
Dan Aku telah
membangun di sekitarmu bendungan yang mengelilingi dari segala jurusan demi
cemburu-Ku atasmu.
Kemudian Aku
berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku Buka pada bendungan tadi pintu-pintu
sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan sebanyak bilangan apa yang telah Ku
nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang merangsang.
Dan di luar
setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon yang rindang yang dikelilingi
genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku hauskan engkau!!!
Lalu aku pun
bersumpah demi karunia-karunia-Ku, selama engkau menjarak keluar daripada-Ku
untuk minum, melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan diharapkan engkau akan
dapat kembali berdampingan dengan-Ku, dan tidak pula engkau akan berhasil
mendapatkan minuman yang engkau
harap-harapkan, maka.... sesungguhnya jika terjadi hal demikian, berarti engkau
telah sesat jalan daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa Aku adalah
sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah tempatmu berlindung yang tunggal
bagimu, dan sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu. Dari pada-Kulah
segala pertolongan dan bantuan, dan dengan Aku pulalah kehidupan sejati yang
sesungguhnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan