Karya Muhammad Bin Abdul Jabbar Al-Niffari (AL NIFFARI)
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
Huruf dirangkai
menjadi perkataan, dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan
perkataan akan menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan bilangan perkataan,
dan bilangan perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan menimbulkan
kekuatan magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan” hal yang demikian adalah
masuk dalam kekufuran.
Hukum bilangan
kata adalah hukum bantah-membantah (sengketa) yang satu berlawanan dengan yang
lain, hal demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang demikian
adalah kemustahilan belaka dan menjadikan ketergantungan dan ke guncangan.
Asma’
(nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka
atas Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima
pembatasan. Zat Illahiat itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan
(Penanggalan - Tajried) dan Asma’ dan Sifat adalah
urut-urutan yang menurun (Tanazzilat).
Asma’ dengan zat
asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan Zat
Allah semata. Dan... sesungguhnya persoalannya berkisar bagaikan perkakas dan
alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
Para Malaikat
yang membangun Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang
menciptakan makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya adalah
huruf. Dan huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para
Malaikat, dan pra Malaikat tiada kesanggupan untuk melampauinya (melangkah
lebih dari batas yang ditugaskan padanya).
Adapun manusia,
maka ia memperoleh kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah serta
melampaui lalu keluar daripadanya agar bisa sampai kepada maqam bersanding
“Kedudukan bertetangga dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya.
Allah berseru
kepada hamba-Nya :
“Huruf itu
sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya,
apalagi memberitakan tentang-Ku.
Akulah pencipta
huruf dan mahruf – apa yang diberitakan oleh huruf.
Aku jadikan dari
rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa dan beberapa
ibarat agar dengannya manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat berbicara.
Jangan dilupakan bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di
atas segala.
Apa yang Aku
ciptakan sebagaimana halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun
atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”.
Telah kukatakan
kepada huruf dengan gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan (penyalur huruf)
itu dapat menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu.
“Barangsiapa
yang telah kucintai daripada penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu,
maka Aku pun berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat (tanpa
bahasa dan tanpa rangkaian huruf); Dan orang itu pun akan diajak bicara oleh
batu-batu dan bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu
“Jadilah” maka “Jadi”.
Andaikan Ku
katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan Ku itu akan dikembalikan oleh ibarat
kepada diri ibarat itu tentang apa-apa yang diibaratkan dan dengan apa-apa yang
diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian menjadikan tirai pendinding karena
kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti tidak dapat berbuat apa-apa”.
Allah berseru
kepada seorang bijak (yang sudah mencapai pengenalan sejati) :
“Enyahkan
jauh-jauh dari dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya
tarik apapun dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari
rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu,
pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah
engkau dari huruf dan mahruf.
Lemparkan segala
ibarat ke belakang punggungmu dan campakan arti makna ke belakang ibarat, dan
lemparkan pendapat ke belakang arti makna dan masuklah engkau seorang diri
(tunggal), niscaya engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah kebenaran pandangan
mata hati) Selanjutnya untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik
(orang yang berjalan menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya
dari segala sesuatu, baik pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan
diri dan namanya dalam ari keluar dari kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai
terucapkan dari lesan “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian, aku
adalah seorang arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat
karangan-karangan”. Bukan hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya,
kalimat dan fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar dari tabiat dan
keinginan-keinginan (syahwat)... keluar dari adat istiadatnya, dan dari
kesemuanya itu dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala (Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya (sebersih-bersihnya) baik
dari pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya.
Itulah sebenarnya
penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy, dan itu
adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah setiap orang,
malainan oleh orang-orang tertentu.
Allah berseru
kepada seorang yang Arif :
“Andaikan
perjalananmu berhenti hanya sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya
sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, dan tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya
engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya akan Ku catat engkau dari
golongan ahli sihir yang tidak berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang
mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku mereka adalah penyembah-penyembah huruf
selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan
kepadamu tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat
segawat-gawatnya.
Engkau dapat
mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya
gilalah akal budimu.
Engkau dapat
mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam
kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!!
“Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada
ijin bagimu untuk membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu dari rahasia-rahasia
huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke dalam khazanah Ku,
dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan
keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana engkau melihat Ku???”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan