Karya Muhammad Bin Abdul Jabbar Al-Niffari (AL NIFFARI)
“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.
Jika ku dengar
ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku
menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui
beberapa persimpangan yang tidak menetu jurusannya.
“Bila mendatangi
engkau Arasy... dengan serba kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula
oleh para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke
arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy!
“Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.
. Perhentianku
di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di dalam
arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan
perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya,
memerlukan bantuan Nya. Adapin Dia maka
Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada
Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.
“Bila engkau
berkehendak supaya jangan ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan
bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka
hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan
melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai kecuali
dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan Ku
isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi Ku”.
“Hendaklah
engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan bukan
untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi
hanyalah untuk saling pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam
pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku
bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh
usiamu yang telah lanjut berlalu.
“Bila engkau
telah berdiri di Hadirat Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu,
sehingga andaikan engkau dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya
langit dan hancurnya bumi, engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi
menyingkir”.
“Bila engkau
telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk
Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan
maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan
Hadirat Ku”.
“Dan barang
siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain
Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau di
datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang
datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau ucapkan :
“Yaa man auradal
waarida asy hidnii malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri
kafii isyhaa dika”
“Wahai Allah
yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang Mu dalam
zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan dalam zikirku kepada
Mu dalam engkau mempersaksikan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan