Kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah
Karya Syekh Muhammad bin Abu Bakr
al-Ushfury
(Kitab Pengajian Pondok Pasentren
terkenal)
Dari ibnu mas’ud RA berkata :
Rasulullah SAW bersabda :
“Pelaku dosa yang mengharap rahmat Allah lebih dekat kepada
Allah daripada ahli ibadah yang memutus rahmat.”
HIKAYAT 1
Dikabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam dari Umar bahwasannya
pada umat terdahulu ada seseorang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, dan
dia bersikeras dalam ibadah untuk dirinya sendiri namun dia memutus orang-orang
dari rahmatnya Allah ta’ala kemudian dia meninggal, lantas dia bertanya “Wahai
Tuhan apa yang Engkau siapkan untukku dari-Mu?”
Allah menjawab “Neraka”, dia bertanya “Wahai
Tuhan, lantas dimana ibadahku dan kesungguhanku?”
Allah menjawab “Sesungguhnya engkau telah memutus orang-orang dari
rahmat-Ku di dunia maka hari ini Aku memutusmu dari rahmat-Ku”.
******
HIKAYAT
2
Diriwayatkan dari Abu hurairah RA dari Nabi SAW bahwasannya ada
seseorang yang tidak berbuat kebaikan sama sekali kecuali hanya tauhid, maka
tatkala maut mendatanginya dia berkata pada keluarganya: “Jika
aku telah mati maka bakarlah aku dengan api hingga menjadi abu, kemudian
larunglah aku di lautan pada hari yang banyak angin”, maka setelah
keluarganya melaksanakannya tiba tiba dia berada dalam genggaman Allah Taala,
Allah bertanya “Apa yang membuatmu melakukan apa yang telah kau
lakukan?” dia menjawab “ketakutan pada-Mu”, kemudian Allah
mengampuninya sebab hal tersebut padahal dia tidak melakukan suatu kebaikan
apapun melainkan tauhid.
*****
HIKAYAT
3
Tentang hal ini ada sebuah kisah bahwa ada seorang yang mati pada
masa Nabi Musa AS, orang-orang tidak
suka memandikannya dan menguburkannya karena kefasikannya, maka mereka
membawanya dengan kaki dan membuangnya di tempat sampah, kemudian Allah taala
mewahyukan kepada Nabi Musa AS dan berfirman “Wahai Musa ada seseorang
yang mati di daerah fulan pada tempat sampah, dia adalah seorang wali dari para
wali-Ku, mereka belum memandikannya, belum mengkafaninya dan belum
menguburkannya, maka engkau pergilah, mandikannlah, kafanilah, sholatilah, dan
kuburkan dia”.
Kemudian Nabi Musa AS datang ke tempat tersebut dan menanyai
mereka tentang mayit tersebut, mereka berkata kepada beliau “Telah
mati seseorang dengan sifat begini dan begitu, dan sesungguhnya dia adalah
seorang fasiq yang nyata”, kemudian Nabi Musa bertanya “Dimana
tempatnya? karena sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewahyukan kepadaku karena
dia”.
Nabi Musa berkata “Beritahukan kepadaku tempatnya”,
lantas mereka pergi. ketika Nabi Musa AS melihatnya dalam keadaan terbuang di
tempat sampah dan orang-orang mengabarinya tentang kelakuannya yang buruk, Nabi
Musa bermunajat kepada Tuhannya, Nabi Musa berkata “Wahai
Tuhanku, Engkau menyuruhku menguburkan dan mensholatinya sedangkan kaumnya
bersaksi atas keburukannya, maka Engkau lebih mengetahui daripada mereka dengan
segenap pujian dan celaan”, maka Allah Ta’ala mewahyukan kepada
beliau “Wahai Musa, kaumnya benar pada apa yang telah mereka ceritakan tentang
keburukan kelakuannya, hanya saja dia memohon pertolongan kepada-Ku saat
kematiaannya dengan tiga hal yang andaikata (tiga hal tersebut) digunakan untuk
memohon pertolongan kepada-Ku oleh seluruh orang-orang yang berdosa dari
ciptaan-Ku pastilah Aku akan mengkabulkannya, maka bagaimana Aku tidak menyayanginya
sedangkan dia telah memohon sendiri, dan Aku adalah Maha Penyanyang dari para
penyayang”. Musa bertanya “Wahai Tuhan, apa tiga hal itu?”,
Allah Ta’ala menjawab “Ketika kematiannya dekat, dia berkata “Wahai
Tuhan, Engkau lebih mengetahui diriku bahwa sesungguhnya aku telah melakukan
banyak maksiat sedangkan aku membenci maksiat tersebut dalam hatiku tetapi ada
tiga hal yang membuat aku melakukan maksiat dengan membenci maksiat tersebut di
dalam hatiku,
pertama hawa nafsu, teman yang buruk dan
iblis yang dilaknat Allah, tiga hal ini menjatuhkanku dalam kemaksiatan, maka
sesungguhnya Engkau lebih mengetahui daripada aku tentang apa yang aku katakan
maka ampunilah aku”.
kedua dia berkata “Wahai Tuhan,
sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku telah melakukan banyak maksiat dan
tempatku bersama orang-orang fasik namun aku suka berteman dengan orang solih,
kezuhudan mereka dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada bersama
orang-orang fasik”.
ketiga dia berkata “Wahai Tuhan
sesungguhnya Engkau mengetahui diriku bahwasannya orang-orang sholih lebih aku
sukai daripada orang-orang fasik, hingga andaikata aku dihadapkan dua orang;
baik dan buruk pastilah aku mendahulukan kebutuhan orang yang baik daripada
orang yang buruk” dalam
riwayat wahab bin munabbih dia berkata “Wahai tuhanku andaikata Engkau memaafkan dan
mengampuni dosa-dosaku maka bergembiralah para wali-Mu dan para nabi-Mu, dan
bersedihlah syaitan musuhku dan musuh-Mu, dan andaikata Engkau mengadzabku
sebab dosaku maka syaitan dan teman-temannya akan bergembira, dan bersedihlah
para nabi dan para wali, dan sesungguhnya aku mengetahui bahwa kegembiraan para
wali menurut-Mu lebih disukai daripada kegembiraan syaitan dan teman-temannya,
maka ampunilah aku, Wahai Allah sesungguhnya engkau lebih mengetahui dariku
akan apa yang aku katakan maka sayangilah aku dan maafkan aku”,
Allah menjawab “Aku sayangi, Aku ampuni dan Aku maafkan karena
sesungguhnya Aku Maha Pemurah lagi Maha Penyayang khususnya kepada orang yang
mengakui dosa kepada-Ku dan orang ini mengakui dosa maka Aku mengampuninya dan
memaafkannya, wahai Musa lakukan apa yang Aku peritahkan karena Aku mengampuni
dengan kehormatannya untuk orang yang mensholati jenazahnya dan menghadiri
pemakamannya”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan