Kitab al-Mawaidh al-‘Ushfuriyyah
Karya Syekh Muhammad bin Abu Bakr
al-Ushfury
(Kitab Pengajian Pondok Pasentren
terkenal)
Dari Muadz bin Jabal RA berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Allah berfirman “Wahai anak Adam, malulah kepada-Ku ketika kamu
bermaksiat maka Aku malu kepadamu di hari kiamat dan Aku tidak menyiksamu,
wahai anak Adam, bertaubatlah kepada-Ku maka Aku akan memuliakanmu seperti
kemuliaan para Nabi, wahai anak Adam, jangan kau palingkan hatimu dari-Ku
karena bila engkau palingkan hatimu dari-Ku maka Aku akan menyiksamu dan tidak
menolongmu, wahai anak Adam, andai engkau bertemu Aku di hari kiamat dan engkau
membawa kebaikan seukuran penduduk bumi maka Aku tidak menerima darimu hingga
engkau membenarkan janji-Ku dan ancaman-Ku, wahai anak Adam sesungguhnya Aku
Maha Pemberi Rizki dan engkau adalah yang diberi rizki, engkau mengetahui
sesungguhnya Aku memenuhi rizkimu, maka jangan engkau tinggalkan taat kepada-Ku
dengan alasan rizki, karena sesungguhnya bila engkau meninggalkan ketaatan
kepada-Ku dengan alasan rizki maka Aku mewajibkan siksa-Ku padamu, wahai anak
Adam jagalah lima hal ini maka kamu mendapat surga”.
PETUAH
Kabar yang menyempurnakan, (sebuah kisah), Wahai
saudara-saudaraku, janganlah kalian bersedih atas rizki, dan janganlah rizki
kalian mencegah untuk taat sebab Allah Ta’ala berfirman: “Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya” (Hud:6), sebagaimana telah datang kabar bahwa
sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan seekor burung hijau di udara, dan Allah
membuat ujung runcing di atas punggungnya dan ujung runcing di bawah perutnya,
lalu Allah menciptakan ikan Paus di laut, dia (paus) makan ikan dan daging ikan
tersebut masuk diantara gigi-giginya, daging ikan tersebut melukai dan
menyakitinya, kemudian ikan paus mengeluarkan kepalanya dari air dan membuka
mulutnya, lantas datanglah burung hijau tersebut, dia masuk ke mulut ikan paus
dan memakan yang ada diantara gigi-giginya (daging ikan), dua tombak tersebut
seperti dua tiang di mulut ikan paus, sehingga dia (paus) tidak bisa mengunyah
dan memakannya (burung), maka ketika telah habis daging diantara gigi-giginya,
burung tersebut terbang ke udara, Allah telah membuat rizkinya ada diantara
gigi-gigi ikan paus, dan kembalilah ikan paus ke tempatnya, dia istirahat sebab
hal tersebut, masing-masing dari keduanya menjadi sebab bagi yang lain, Allah
tidak meninggalkan burung tanpa rizki maka bagaimana Allah meninggalkan manusia
tanpa rizki.
******
HIKAYAT
1
(sebuah kisah) Ibrahim bin Adham semoga Allah merahmatinya, adapun
sebab taubatnya adalah sesungguhnya pada suatu hari dia keluar untuk berburu,
kemudian dia duduk di suatu tempat dan membuka alas untuk makan makanan, ketika
dia melakukan hal tersebut datanglah seekor burung gagak, burung tersebut
mengambil sepotong roti dari alas dengan paruhnya lalu dia terbang ke udara,
Ibrahim kagum pada hal tersebut, diapun menaiki kudanya dan pergi membuntuti
burung tersebut sambal melihat burung gagak itu dari kejauhan, ketika Ibrahim
mendekat, terbanglah burung gagak tersebut, lantas Ibrahim melihat seorang
laki-laki terikat tali yang kencang sambal berbaring diatas punggungnya, ketika
Ibrahim melihat laki-laki itu dalam keadaan tersebut, dia turun dari kudanya
dan melepas ikatannya, dia menanyakan keadaannya dan laki-laki tersebut
bercerita kepadanya, lelaki tersebut berkata “Sesungguhnya aku adalah
seorang pedagang, lalu para pencuri mengambil harta yang aku bawa, mereka
menyakitiku mengikatku dan meninggalkanku di tempat ini, aku lalui tujuh hari
di tiap hari datang burung gagak dengan roti dan duduk diatas dadaku, dia
cuilkan roti dengan paruhnya dan meletakkan di mulutku, dan tidaklah Allah
meninggalkanku kelaparan pada hari-hari tersebut”, kemudian Ibrahim
menaiki kudanya, dia mengikutinya dan membawanya ke tempat yang dia duduki,
Ibrahim bin Adham bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala, dia lepas bajunya
yang mewah dan memakai baju sufi, dia merdekakan budaknya yang kecil, dia
waqofkan perkebunan serta harta bendanya, dia ambil tongkat dengan tangannya
dan menuju Mekkah tanpa bekal dan kendaraan, dia tawakkal kepada Allah Ta’ala,
dia tidak memperhatikan bekal, dan dia tidak kelaparan hingga dia sampai ke
ka’bah, dia bersyukur kepada Allah Ta’ala dan memuji-Nya, Allah berfirman “Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (Thalaq:3).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan