Catatan Popular

Jumaat, 4 April 2025

Kitab Ar Ruh Ibn Qayyim Al Jauziyah : Pertanyaan Keduabelas

Pertanyaan Kedua Belas: Apakah Pertanyaan Munkar dan Nakir Hanya Khusus bagi Umat Ini ataukah Juga untuk Umat yang Lain?


TOPIK INI telah banyak dibicarakan oleh orang banyak. Abu Abdullah Tirmidzi menyatakan, “Sesungguhnya pertanyaan bagi orang mati hanya berlaku bagi umat ini saja karena umat-umat sebelum kita telah datang kepada mereka para rasul dengan membawa risalah masing-masing. Jika mereka menolak risalah itu, mereka pun menentang para rasul itu, mengucilkan mereka, lalu disegerakanlah turunnya azab terhadap umat-umat pembangkang itu. Ketika Allah swt. mengutus Muhammad saw. dengan rahmat kasih sayang yang mendatangkan keamanan bagi semua makhluk sebagaimana yang Allah nyatakan dalam ayat,

 

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 107)

 

Allah pun menahan turunnya azab dari mereka dan Dia memberikan pedang sehingga ada orang yang masuk ke dalam Agama Islam karena takut kepada pedang, kemudian iman merasuk ke dalam hatinya dan mereka pun ditunda. Dari sinilah muncul kemunafikan. Mereka (orang-orang munafik) merahasiakan kekafiran dan menunjukkan keimanan sehingga mereka berada di tengah orang-orang muslim dalam kerahasiaan. Setelah mereka mati, Allah swt. mengirimkan dua penimpa petaka dalam kubur untuk membongkar apa yang mereka rahasiakan itu melalui pertanyaan. Selain itu, Allah swt. juga berfirman,

 

“Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik.” (QS. al-Anfal [8]: 37)

 

Tetapi seiring dengan itu, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunig dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim,” (QS. Ibrahim [14]: 27)

 

Akan tetapi, para ulama lain bertentangan dengan pendapat tersebut di atas. Di antara mereka adalah Abdul Haqq al-Isybili dan al-Qurthubi. Mereka menyatakan bahwa pertanyaan kubur ditujukan kepada umat ini (umat Islam) dan semua umat lainnya.

 

Sementara itu, ada lagi segolongan ulama lain yang tidak menyatakan pendapat apa-apa. Di antara mereka adalah Abu ‘Umar bin ‘Abdul Barr. Dia menyatakan bahwa di dalam hadis-hadis dari Zaid bin Tsabit dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kubur mereka.” Lalu ada di antara mereka yang meriwayatkan dengan lafal “…ditanya…”” Berdasarkan lafal ini maka muncul kemungkinan pengertian bahwa hanya umat inilah yang secara khusus akan ditanya di dalam kubur. Sementara perkara ini adalah bukan perkara yang bersifat pasti (qath’i).

 

Mereka yang berpendapat bahwa pertanyaan kubur hanya dilakukan khusus terhadap umat ini berhujah dengan sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kubur mereka.” Dan juga dengan sabda beliau, “Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan ditimpa fitnah (petaka) dalam kubur-kubur kalian.”’?

 

Dalil ini secara lahiriah menunjukkan kekhususan pertanyaan kubur hanya bagi umat ini. Selain itu, mereka (orang-orang yang berpendapat seperti ini—Penj.) juga menyatakan bahwa ucapan kedua malaikat kepada penghuni kubur juga menunjukkan kekhususan itu karena malaikat berkata kepadanya, “Apakah yang engkau katakan tentang lelaki yang diutus kepada kalian ini?” Maka kemudian orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah.” Pernyataan itu secara khusus ditujukan kepada Rasulullah saw. Apalagi Rasulullah saw. juga bersabda dalam hadis-hadis lain, “Sesungguhnya kalian akan diuji tentang aku dan kalian ditanya tentang aku.”

 

Sementara itu ada kelompok lain yang menyatakan bahwa semua dalil itu tidak menunjukkan kekhususan pertanyaan kubur hanya bagi umat ini tanpa semua umat yang lain karena sabda Rasulullah saw. yang berbunyi “umat ini” mungkin saja dimaksudkan untuk menyebut “umat manusia” (ummah an-nas); seperti yang Allah swt. firmankan,

 

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. al-An’am [6]: 38)

 

Dalam ayat tersebut Allah swt. menyebut semua jenis binatang dengan istilah “umat”. Sebagaimana juga dinyatakan di dalam sebuah hadis, “Kalaulah bukan karena anjing-anjing merupakan salah satu bagian di antara umat-umat, aku pasti perintahkan untuk membunuhnya.”

 

Berkenaan dengan hal ini ada pula sebuah riwayat tentang nabi ketika dia digigit oleh seekor semut, lalu dia memerintahkan agar sekawanan semut dibakar. Tetapi Allah swt. mewahyukan kepadanya, “Gara-gara engkau digigit seekor semut, apakah engkau akan bakar satu umat di antara umat-umat yang bertasbih?”

 

Apabila yang dimaksud oleh dalil tersebut hanya umat Rasulullah saw. yang beliau diutus kepada mereka, di dalam dalil itu tidak ada sesuatu apa pun yang menafikan adanya pertanyaan kepada umat-umat selain umat beliau. Alih-alih, mungkin saja penyebutan mereka itu sebagai bentuk pemberitahuan bahwa mereka akan ditanya di dalam kubur mereka dan bahwa hal itu tidak hanya khusus bagi orang-orang sebelum mereka disebabkan keutamaan umat ini serta kemuliaan mereka di atas semua umat yang lain.

 

Demikian pula halnya sabda Rasulullah saw.,

 

“Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan ditimpa fitnah (petaka) dalam kubur-kubur kalian.”

 

Demikian pula halnya pengabaran yang beliau saw. sampaikan tentang ucapan kedua malaikat, “Siapakah lelaki yang diutus kepada kalian ini?” Kalimat itu merupakan bentuk pemberitahuan bagi umat beliau saw. tentang apa yang akan diujikan di dalam kubur mereka.

 

Yang eksplisit-wallahu a’lam-setiap nabi melakukan hal yang sama kepada setiap umat mereka; yaitu bahwa mereka akan disiksa di dalam kubur mereka setelah mereka ditanya dan ditegakkannya hujah terhadap mereka, sebagaimana mereka akan disiksa di akhirat setelah ditanya dan ditegakkannya hujah. 


Wallahu subhanahu wa ta’ala a’lam,


Tiada ulasan: