Catatan Popular

Sabtu, 5 April 2025

Pertanyaan Kelima Belas PASAL (5) : Ruh-ruh kaum mukminin berada di sisi Allah.

PASAL Adapun mengenai pernyataan orang yang berpendapat bahwa ruh-ruh kaum mukminin berada di sisi Allah, tidak lebih dari itu maka sebenarnya orang itu menyimpulkan pendapatnya itu dari lafal al-Quran yang di dalamnya Allah swt. menyatakan,

 

“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran [3]: 169)

 

Orang-orang yang berpendapat seperti ini menguatkan dengan beberapa hujah. Di antaranya yaitu sebuah riwayat dari Muhammad bin Ishaq ash-Shaghani, Yahya bin Abu Bukair menuturkan kepada kami, Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Abu Dzi‘b menuturkan kepada kami, dari Muhammad bin ‘Amr bin Atha’, dari Sa‘id bin Yasar, dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya orang mati apabila nyawanya keluar, nyawa itu akan dibawa naik menuju langit hingga mencapai langit yang di situ ada Allah ‘azza Wa Jalla. Apabila kita adalah lelaki jahat, nyawanya dibawa naik ke langit. lalu sungguh tidak dibukakan baginya gerbang-gerbang langit. Lalu ia dikirim dari langit sehingga berpindah menuju kuburan.”

 

Sanad hadis-hadis ini tidak perlu Anda tanyakan mengenai kesahihannya. Hadis-hadis ini terdapat di dalam al-Musnad karya Imam Ahmad dan lainnya.

 

Abu Duwud ath-Thayalisi berkata: Hammad bin Salamah menuturkan kepada kami, dari ‘Ashim bin Bahdalah, dari Abu Wa’il, dari Abu Musa al-Asy-ari, dia berkata, “Ruh orang mukmin keluar dengan harum melebihi aroma kesturi. Para malaikat yang mewafatkannya lalu membawanya pergi, kemudian para malaikat di bawah langit bertemu dengannya. Mereka berkata, “Ini adalah Fulan anak Fulan. Dia melakukan anu dan anu…”’ Lalu disebutkan kebaikan-kebaikan amal perbuatan ruh tersebut. Mereka (para malaikat) berkata, “Selamat datang kalian dan dia!” Lalu mereka (para malaikat langit) itu menerima ruh tersebut dari mereka (para malaikat pembawa ruh) dan membawanya naik dari sebuah gerbang yang dari gerbang itu amal perbuatan ruh tersebut naik. Lalu ia bercahaya di langit dan ia memiliki terang seperti terang matahari sampai ia berakhir di Arsy.

 

Sedangkan orang kafir, apabila nyawanya dicabut, kemudian ruhnya dibawa pergi. Mereka (para malaikat langit) bertanya, ‘“Apakah ini?’ Mereka (para malaikat pembawa ruh) menjawab, “Ini adalah Fulan anak Fulan. Dia melakukan anu dan anu…” Lalu disebutkan keburukan-keburukan amal perbuatan ruh tersebut. Mereka (para malaikat) berkata, “Tidak ada selamat datang! Tidak ada selamat datang! Kembalikanlah dia oleh kalian ke bumi terbawah ke tanah!”’

 

Al-Makki bin Ibrahim berkata: Diriwayatkan dari Dawud bin Yazid al-Audi, dia berkata, “Saya melihatnya diriwayatkan dari ‘Amir asy-Sya’bi, dari Hudzaifah bin Yaman, bahwa dia berkata, ‘Ruh-ruh ditempatkan di sisi Allah yang Maha Pengasih ‘azza wa jalla menunggu waktu kembalinya sampai ditiupkan padanya.’”

 

Sufyan bin ‘Uyainah menuturkan, dari Manshur bin Safiyah, dari ibunya, bahwa Ibnu ‘Umar memasuki masjid setelah terbunuhnya Ibnu Zubair yang disalib. Dia lalu mendatangi Asma’ untuk berbela sungkawa kepadanya. Dia (Ibnu ‘Umar) berkata kepada Asma’, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan bersabar. Sesungguhnya jasad-jasad ini bukanlah apa-apa. Sesungguhnya ruh-ruh berada di sisi Allah.”

 

Asma’ pun menyahut, “Apakah yang menghalangiku dari sabar, padahal kepala Yahya bin Zakariya dihadiahkan kepada seorang pelacur Bani Israel!”

 

Jarir menuturkan, dari A’masy, dari Syimr bin ‘Athiyyah, dari Hilal bin Yasaf, dia berkata: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Ka‘b, Rabi’ bin Khutsaim dan Khalid bin ‘Ar’arah bersama orang-orang. Lalu datanglah Ibnu ‘Abbas ra. kemudian dia berkata, “Ini anak lelaki dari paman nabi kalian!” Dia berkata, “Maka dilapangkanlah untuknya dan dia pun duduk.

 

Dia (Ibnu ‘Abbas ra.) lalu berkata, ‘‘Wahai Ka’b semua yang ada di dalam al-Quran aku sudah tahu, kecuali empat perkara. Beri tahulah aku tentang semua itu: Apakah Sijjin itu? Apakah ‘Illiyyun itu? Apakah Sidratul Muntaha itu? Dan apakah maksud firman Allah tentang Nabi Idris as., “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi?”’

 

Dia (Ka’b) menjawab, “Yang dimaksud ‘illiyyun yaitu langit ketujuh yang di sana ruh-ruh kaum mukminin berada. Yang dimaksud Sijjin yaitu lapisan bumi ketujuh yang paling bawah. Sementara ruh-ruh orang-orang kafir berada di bawah pipi iblis. Yang dimaksud oleh firman Allah swt. tentang Idris as.,

 

“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” (QS. Maryam [19]: 19)

 

Sesungguhnya Allah swt. memberi wahyu kepada Idris as. bahwa Dia akan menaikkan beliau setiap hari seperti amal perbuatan keturunan Adam. Lalu berkatalah seorang temannya dari kalangan malaikat agar Malaikat Maut berbicara dengannya serta menundanya agar amalnya bertambah. Malaikat itu lalu membawanya di antara kedua sayapnya lalu dia naik bersamanya. Sampai ketika dia berada di langit keempat, ruhnya pun dicabut. Yang dimaksud Sidratul Muntaha adalah sebatang Sidrah (pohon bidara) yang ada di kepala para pembawa Arsy. Itulah ujung ilmu semua makhluk. Tidak ada seorang pun yang memiliki ilmu melebihi itu. Itulah sebabnya ia disebut “Sidratul Muntaha” (Pohon Bidara yang Penghabisan).”

 

Ibnu Mandah berkata, “Wahb bin Jarir meriwayatkannya dari ayahnya. Hadis-hadis itu juga diriwayatkan oleh Ya’qub al-Qummi dari Syimr. Hadis-hadis itu juga diriwayatkan oleh Khalid bin “Abdullah dari ‘Awwam bin Hausyab, dari Qasim bin Auf. dari Rabi’ bin Khutsaim dia berkata, “Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Ka’b….dst.” Dia lalu menuturkan hadis-hadis tersebut.

 

Ya’la bin “Ubaid menuturkan, dari ‘Ajlah, dari Dhahhak, dia berkata, “Apabila ruh seorang hamba mukmin dicabut, kemudian ruh itu dibawa naik ke langit dunia. Kemudian para Muqarrabian berangkat bersamanya menuju langit kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, lalu ketujuh sampai berakhir di Sidratul Muntaha.”

 

Aku bertanya kepada Dhahhak, “Mengapa ia dinamai Sidratul Muntaha?”

 

Dhahhak menjawab, “Sesungguhnya padanyalah penghujung segala sesuatu yang menjadi perintah Allah ‘azza wa jalla, tidak ada yang melampauinya. Dia berkata, “Tuhanku si Fulan menyembah-Mu!” Padahal Dia lebih tahu tentang itu daripada mereka. Allah lalu mengi. rimkan kepadanya sebuah catatan yang disegel dengan keamanan-Nya dari azab. Itu adalah firman-Nya, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya ki. tab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam “Illiyyin. Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).” (QS. al-Muthaffifin [83]: 18-21)

 

Pendapat ini sama sekali tidak menafikan pendapat orang yang menyatakan bahwa ruh-ruh orang beriman berada di surga karena surga berada di dekat Sidratul Muntaha, sebagaimana surga juga berada di sisi Allah. Sepertinya orang yang berpendapat seperti ini melihat bahwa pernyataan ini lebih tepat dan mengena. Allah swt. telah mengabarkan bahwa ruh-ruh para syuhada berada di sisi-Nya, sebagaimana Rasulullah saw. mengabarkan bahwa ruh-ruh para syuhada berhilir mudik di dalam surga sekehendak mereka.

 


Tiada ulasan: