Catatan Popular

Jumaat, 4 April 2025

Kitab Ar Ruh Ibn Qayyim Al Jauziyah : Pertanyaan Keempatbelas

Pertanyaan Keempat Belas: Apakah Siksa Kubur Berlangsung Berkelanjutan (Abadi) Ataukah Terhenti?


JAWABAN ATAS pertanyaan ini adalah bahwasanya siksa kubur ada dua jenis:

 

JENIS PERTAMA: SIKSA KUBUR YANG BERKELANJUTAN 

Siksa kubur yang berkelanjutan adalah semua jenis siksa selain yang disebutkan di dalam hadis-hadis tertentu yang menyatakan bahwa ada siksa yang diringankan dari para penghuni kubur di antara nafkhatan (dua tiupan sangkakala). Ketika para penghuni kubur itu dibangkitkan dari dalam kuburan, mereka pun berkata,

 

“Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” (QS. Yasin [36]: 52)

 

Dalil yang menunjukkan berkelanjutannya siksa kubur di antaranya adalah firman Allah swt.,

 

“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya Kiamat.” (QS. Ghafir [40]: 46)

 

Dalil lain yang menunjukkan berkesinambungannya siksa kubur adalah hadis-hadis yang sudah disampaikan pada bagian terdahulu, yang diriwayatkan dari Samurah dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari mengenai mimpi Rasulullah saw. Di dalam hadis-hadis itu disebutkan “…. orang itu diperlakukan seperti itu sampai Hari Kiamat.”

 

Begitu pula dalam hadis-hadis dari Ibnu ‘Abbas ra. yang berbicara tentang dua pelepah kurma, “…semoga saja diringankan bagi mereka berdua selama kedua pelepah kurma itu belum kering.” Dalam hadis-hadis itu Rasulullah saw. menyatakan bahwa keringanan siksa berlangsung terbatas hanya selama kedua pelepah kurma itu basah.

 

Dalam hadis-hadis dari Rabi’ bin Anas, dari Abu ‘Aliyah, dari Abu Hurairah ra. dikatakan, “….kemudian aku mendatangi suatu kaum yang kepala-kepala mereka dihancurkan menggunakan batu. Setiap kali kepala-kepala itu hancur, ia kembali seperti semula, tanpa ada jeda sama sekali bagi mereka dari semua itu.” Hadis-hadis ini telah disampaikan pada bagian terdahulu.

 

Dalam sebuah hadis sahih juga disampaikan kisah tentang orang yang mengenakan dua mantel, lalu dia berjalan dengan pongah, “Allah pun membenamkan bumi karena itu, sementara orang itu berguncang di situ sampai Hari Kiamat.”’

 

Dalam hadis-hadis dari Barra’ bin ‘Aziz yang menuturkan kisah orang kafir dikatakan, “…lalu dibukakan untuknya gerbang menuju neraka sehingga dia melihat ke tempatnya di dalam neraka itu sampai Hari Kiamat terjadi.” Hadis-hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Dalam sebagian jalur sanadnya dikatakan, “…lalu dibuatlah lubang baginya menuju neraka sehingga sampailah kepadanya sebagian dari kesusahan dan asap neraka itu sampai Hari Kiamat.”

 

JENIS KEDUA: SIKSA KUBUR YANG BERSIFAT SEMENTARA

 

Siksa kubur yang bersifat sementara adalah siksa kubur yang terjadi sampai waktu tertentu lalu berhenti. Contohnya, yaitu siksaan yang ditimpakan terhadap sebagian pemaksiat yang kejahatan mereka ringan. Mereka akan disiksa sesuai dengan kadar kejahatan mereka, lalu siksa itu akan diringankan bagi mereka. Seperti ketika siksa dilakukan di dalam api selama beberapa lama, lalu siksa itu dihilangkan dari orang yang bersangkutan.

 

Mungkin pula siksa yang ditimpakan kepada seseorang menjadi terhenti berkat doa, sedekah, istighfar, pahala haji, atau bacaan tertentu yang sampai kepadanya dari karib-kerabatnya atau orang lain. Hal ini sama seperti ketika seorang pemberi pertolongan (syafaat) memberikan pertolongan kepada orang yang disiksa di dunia sehingga orang tersebut selamat dari siksa berkat pertolongan orang tersebut.

 

Akan tetapi, pertolongan (syafaat) seperti ini dapat terjadi tanpa adanya perkenan dari orang yang diberi pertolongan. Adapun Allah swt. tidak pernah ada seorang pun yang mengajukan pertolongan (syafaat) di hadapan-Nya, kecuali hanya setelah adanya izin dari-Nya Allah-lah yang memberi izin bagi pemberi pertolongan (syafi’) untuk memberi pertolongan jika Dia berkenan untuk mengasihi orang yang diberi pertolongan (syafaat) tersebut.

 

Oleh karena itu, jangan ada seorang pun yang teperdaya dengan yang selain itu merupakan kesyirikan dan kebatilan yang Allah swt. mustahil melakukannya.

 

Allah swt. berfirman,

 

“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 255)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah,” (QS. al-Anbiya’ [21]: 28)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya.” (QS. Yunus [10]: 3)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu” (QS. Saba’ [34]: 23)

 

Allah swt. berfirman,

 

“Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit & bumi.” (QS. az-Zumar [39]: 44)

 

Ibnu Abud Dunya telah menuturkan: Muhammad bin Musa ash-Sha’igh menuturkan kepadaku, ‘Abdullah bin Nafi’ menuturkan kepada kami, dia berkata, “Suatu ketika seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah meninggal dunia. lalu ada seseorang lagi yang bermimpi melihat orang itu sepertinya dia termasuk penghuni neraka sehingga dia pun gundah karena itu. Tetapi setelah tujuh atau delapan hari, orang itu kembali bermimpi melihat lelaki yang sudah mati itu sepertinya dia termasuk penghuni surga. Orang itu pun bertanya kepada lelaki tersebut, ‘Bukankah engkau mengatakan bahwa dirimu termasuk penghuni neraka?’ Lelaki itu menjawab, ‘Sebelumnya memang seperti itu. Hanya saja lalu dikuburkan bersama kami seseorang yang saleh dan dia memberi syafaat kepada empat puluh tetangganya. Aku termasuk di antara mereka itu.’”

 

Ibnu Abud Dunya berkata: Ahmad bin Yahya menuturkan kepada kami, dia berkata, “Seorang sahabat kami menuturkan kepadaku, dia berkata, ‘Saudaraku meninggal dunia, lalu kulihat dia dalam mimpi. Aku berkata kepadanya, “Bagaimanakah kabarmu ketika engkau diletakkan dalam kuburmu?” Dia menjawab, “Aku didatangi sosok yang membawa kobaran api. Kalau saja bukan karena ada seseorang yang berdoa untukku, sungguh kukira sosok itu akan memukulku menggunakan kobaran api itu.’”

 

Amr bin Jarir berkata, “Apabila seorang hamba berdoa untuk saudaranya yang sudah meninggal, dengan itu akan datang malaikat kepada saudaranya itu di kuburnya. Lalu malaikat berkata, ‘Wahai penghuni kubur yang terasing, ini hadiah dari saudaramu yang menyayangimu!’”

 

Basysyar bin Ghalib berkata: Aku melihat Rabitah dalam mimpiku dan aku sering berdoa untuknya. Dia berkata kepadaku, “Wahai Basysyar bin Ghalib, hadiah-hadiahmu sampai kepada kami dengan diletakkan di atas pinggan-pinggan yang terbuat dari cahaya dan dj, hiasi sapu tangan sutra.” Aku bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu?” Dia menjawab, “Seperti itulah doa orang-orang mukmin yang masih hidup apabila mereka mendoakan orang-orang mati lalu doa mereka itu diijabah, doa itu akan diletakkan di atas pinggan-pinggan cahaya dan dihias sapu tangan sutra kemudian semua itu akan dibawa kepada orang mati yang didoakan seraya dikatakan kepadanya, ‘Ini hadiah si fulan untukmu.’”

 

Ibnu Abud Dunya berkata: Abu “Abdullah bin Bujair menuturkan kepadaku, dia berkata, “Seorang sahabat kami menuturkan kepadaku, dia berkata, ‘Aku bermimpi melihat salah seorang saudaraku setelah kematiannya. Aku berkata kepadanya, “Apakah doa orang-orang hidup sampai kepada kalian?” Dia menjawab, “Ya, demi Allah. Doa-doa itu mengepak-ngepak laksana cahaya kemudian kami mengenakannya!”

 

Insyaallah nanti akan disampaikan selengkapnya mengenai hal ini dalam jawaban atas pertanyaan tentang manfaat yang didapat oleh Orang-orang mati dari berbagai hadiah yang diberikan kepada mereka oleh orang-orang yang masih hidup.

 


Tiada ulasan: