Catatan Popular

Sabtu, 5 April 2025

Pertanyaan Kelima Belas PASAL (4) : Kondisi ruh berbeda-beda

PASAL Di antara yang harus diketahui, bahwa semua yang telah kami jelaskan berkenaan dengan kondisi ruh memang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi ruh-ruh yang bersangkutan. 

kitabv

Baik dari sisi kuat dan lemahnya, maupun dari sisi besar dan kecilnya. Ruh yang agung dan besar memiliki sebagian dari apa yang telah disebutkan itu yang tidak dimiliki oleh ruh-ruh yang selainnya. Anda dapat melihat ketetapan ruh-ruh di dunia begitu berbeda dengan perbedaan yang sangat jauh sesuai dengan keragaman kondisi ruh-ruh tersebut dari segi kekuatannya, kelambanannya, kecepatannya, dan pertolongan baginya.

 

Ruh yang bebas dari kungkungan badan dengan segala keterkaitan dan penghalangnya tentu memiliki gerak, kekuatan, daya tembus, tekad dan kecepatan naik menuju Allah swt. Serta keterkaitan dengan Allah swt. yang tidak dimiliki oleh ruh hina yang terpenjara dalam berbagai kaitan badan dan halangan-halangannya.

 

Apabila semua itu dapat terjadi ketika ruh masih tertahan di dalam badannya, apatah lagi kiranya apabila ruh sudah terpisah dari badan, ketika seluruh kekuatannya berhimpun padanya, sementara pada asal keadaannya ruh adalah sesosok ruh luhur yang suci dan besar serta memiliki tekad yang luhur. Semua itu ada pada ruh setelah ia terpisah dari badan dengan keadaan yang berbeda dan dengan perbuatan yang juga berbeda.

 

Telah ada begitu banyak mimpi yang dialami oleh anak Adam yang menunjukkan perbuatan para arwah setelah kematian yang tidak dapat digambarkan itu dapat terjadi jika ruh-ruh tersebut masih terkait dengan badan. Contohnya, seperti ketika satu, dua, atau beberapa ruh dapat mengalahkan satu pasukan yang terdiri dari banyak prajurit. Betapa seringnya mimpi menunjukkan ruh Rasulullah saw. bersama ruh Abu Bakar ra. dan ruh ‘Umar ra. mengalahkan pasukan kafir yang zalim.

 

Pasukan mereka kalah dan hancur padahal jumlah mereka sangat besar dengan persenjataan lengkap sementara kaum mukminin begitu lemah dan sedikit.

 

Di antara keajaiban yang terjadi yaitu ketika ruh-ruh orang mukmin yang saling mencintai dan saling mengenal dapat saling bertemu walaupun di antara mereka terbentang jarak yang sangat jauh. Mereka dapat saling mengenal dan saling berkenalan sehingga mereka dapat saling mengenal antara yang satu dengan yang lain seakan-akan mereka semua adalah tempat setempat duduk atau satu keluarga. Ketika orang yang bersangkutan melihat orang yang dikenal ruhnya itu, maka mereka pun saling cocok karena ruhnya sudah mengenal ruh orang itu sebelum dia benar-benar melihat orang itu.

 

‘Abdullah bin ‘Amr menyatakan bahwa sesungguhnya ruh-ruh dua orang mukmin dapat saling bertemu pada jarak perjalanan satu hari walaupun mereka tidak pernah sekalipun saling melihat. Bahkan sebagian dari mereka dapat menghadap Rasulullah saw.

 

‘Ikrimah dan Mujahid menyatakan bahwa apabila seseorang tidur, dia memiliki jalan agar ruhnya dapat berlari di jalan itu, walaupun entitas aslinya tetap di dalam jasadnya, lalu ruh itu dapat mencapai tempat mana pun sekehendaknya. Selama ruh itu masih bepergian, maka pada saat itulah orang yang bersangkutan tidur. Jika ruh itu kembali ke badannya, pada saat itulah orang tersebut terbangun. Ia persis seperti sinar matahari yang menerpa permukaan bumi, sementara asal aslinya tersambung dengan jisim matahari di langit.

 

Abu ‘Abdullah bin Mandah menuturkan sebuah penjelasan dari seorang ulama yang berkata bahwa sesungguhnya ruh dapat terulur dari hidung manusia, sementara tempatnya berkendara dan asal aslinya yaitu di dalam badannya. Apabila seluruh ruh keluar, pasti orang yang bersangkutan akan mati, sebagaimana lentera jika dipisahkan antara dirinya dengan sumbunya, pasti ia akan padam. Tidakkah Anda melihat bahwa “tempat berkendara” api, terdapat pada sumbu lentera sehingga cahaya dan pancaran sinarnya dapat memenuhi seisi rumah? Maka seperti itu pula halnya ruh dapat terulur dari hidung manusia di saat tidurnya hingga sampai mencapai langit dan berkelana menjelajahi pelbagai negeri. Bahkan ruh itu dapat bersua dengan ruh-ruh orang-orang yang sudah mati.

 

Apabila malaikat yang bertugas mengurus ruh-ruh manusia lain menunjukkan ruh mereka kepadanya maka dia tidak suka untuk melihat ruh-ruh itu karena orang itu dalam jaganya adalah orang yang cerdas pintar, dan jujur sehingga dalam jaganya dia enggan melihat sesuatu hal yang batil. Ketika ruhnya dikembalikan ke badannya, kejujuran itu pun meresap ke dalam hatinya sesuai dengan apa yang telah Allah perlihatkan kepada makhluk-Nya. Apabila kejujuran itu sedikit, orang yang bersangkutan akan menyukai kebatilan dan suka melihat kebatilan.

 

Apabila seseorang tidur, lalu Allah memperlihatkan kepadanya sesuatu perkara kebaikan atau keburukan, ruh orang yang bersangkutan kembali kepadanya. Di mana pun dia melihat suatu perbuatan setan atau kebatilan, ruhnya akan berhenti padanya seperti orang itu juga akan menghentikan badannya di saat terjaga. Hal itu pun kemudian merasuk ke dalam hatinya, sehingga dia tidak dapat memikirkan apa yang dilihatnya karena dia telah mencampurkan antara yang hak dengan yang batil, sehingga tidak ada yang dapat menyampaikannya kepadanya karena dia telah mencampuradukkan antara yang hak dengan yang batil.

 

Ini merupakan salah satu kata-kata yang paling baik. Ia menjadi dalil yang menunjukkan makrifat pengetahuan orang yang menuturkannya dan menunjukkan ketajaman penglihatan mata batinnya terhadap ruh-ruh manusia dengan segala keadaannya. Antara dapat melihat seseorang yang menyimak ilmu dan hikmah tetapi ternyata semua itu tidak menjadi sesuatu yang paling bermanfaat baginya. Lalu dia melewati kebatilan dan senda-gurau dalam bentuk nyanyian, perkara syubhat, perbuatan dosa atau yang lainnya, ternyata dia begitu tekun mendengarkannya. Bahkan dia bukakan hatinya untuk segala keburukan itu, sehingga semua kejelekan itu pun menyusup ke dalam dirinya dan dia pun dirasuki oleh apa yang didengarnya itu. Sementara di dirinya telah ada ilmu dan hikmat, sehingga kemudian dia pun mencampuradukkan antara yang benar dengan yang salah.

 

Demikianlah pula keadaan ruh-ruh manusia di saat tidur. Adapun setelah terpisah, ruh tersebut disiksa disebabkan segala bentuk keyakinan dan syubhat yang batil tersebut yang akan mendapatkan bagiannya sesuai dengan kondisi keterkaitannya dengan badan. Setelah itu siksa terhadap ruh itu akan ditimpakan kepadanya disebabkan berbagai keinginan dan syahwat yang ada di antara semua itu dan ruh. Setelah itu terhadap ruh itu juga akan ditimpakan lagi siksa lain, yang Allah ciptakan untuk ruh dan untuk badannya, disebabkan oleh berbagai perbuatan yang dilakukan bersama-sama oleh ruh dan badan. Inilah yang dimaksud dengan “penghidupan yang sempit” (ma’isyah dhank) di barzakh, dengan segala “bekal” (maksudnya, bekal keburukan—Penj,) yang dijejalkan oleh ruh kepadanya.

 

Sementara itu, ruh yang suci luhur lagi mencintai kebenaran, yang tidak menyukai kebatilan serta tidak pernah suka terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, kelak akan mengecap kenikmatan disebabkan berbagai keyakinan yang sahih, ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan dari Misykat Kenabian. Sebagaimana ia juga merasakan semua itu, disebabkan oleh berbagai keinginan dan tekadnya yang suci. Bagi ruh suci seperti itu, Allah swt. akan menciptakan baginya dari segala amal perbuatannya sebentuk nikmat yang akan dinikmati oleh ruh yang bersangkutan itu di Alam Barzakh sehingga ruh itu berada di salah satu taman di antara taman-taman surga. Begitu juga Barzakh untuk orang kafir, akan menjadi salah satu liang di antara liang-liang neraka.


Tiada ulasan: