Catatan Popular

Jumaat, 4 April 2025

Kitab Ar Ruh Ibn Qayyim Al Jauziyah : Pertanyaan Ketigabelas

Pertanyaan Ketiga Belas: Apakah Anak-Anak Diuji di Dalam Kubur Mereka?


ORANG-ORANG BERBEDA pendapat mengenai masalah ini menjadi dua kelompok, yang keduanya menjadi dua bagian dari para pengikut imam Ahmad. Hujah mereka yang menyatakan bahwa anak-anak akan ditanya di dalam kubur mereka yaitu dengan disyariatkannya shalat terhadap mereka. Adanya seruan bagi mereka dan pertanyaan Allah untuk menegakkan siksa dan fitnah (petaka) di alam kubur. Hal ini seperti riwayat yang dinyatakan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa, bersumber dari Abu Hurairah bahwa dia pernah menyalati jenazah seorang anak kecil lalu terdengar sebagian doanya berbunyi, “Wahai Allah lindungilah dia dari siksa kubur.”

 

Mereka berhujah dengan riwayat dari ‘Ali bin Ma’bad, dari ‘Aisyah ra. bahwa suatu ketika jenazah seorang anak kecil lewat di dekat ‘Aisyah ra. dan ‘Aisyah pun menangis, lalu ditanyakan kepadanya, “Apakah yang membuatmu menangis wahai Ummul Mukminin?” ‘Aisyah ra. menjawab, “Aku menangis karena anak kecil ini demi sayang kepadanya dari himpitan di dalam kubur.”

 

Mereka berhujah dengan riwayat dari Hunnad bin Sariy, Abu Mu’awiyah menuturkan kepada kami, dari Yahya bin Sa‘id, dari Said bin Musayyab, dari Abu Hurairah ra., dia berkata, “Apabila dia menshalatkan atas seseorang, bahkan yang tidak pernah melakukan dosa sedikit pun,’?” dia tetap berucap, “Wahai Allah selamatkan dia dari siksa kubur.”

 

Mereka menyatakan bahwa Allah swt. menyempurnakan bagi mereka akal mereka agar mereka dengan akal itu dapat mengetahui kedudukan mereka dan agar mereka dapat diberi ilham mengenai jawaban dari apa yang ditanyakan kepada mereka. Mereka menyatakan bahwa hal itu telah ditunjukkan oleh banyak hadis-hadis yang di dalamnya dikatakan bahwa mereka (anak-anak kecil) tetap diuji di akhirat. Al-Asy’ari menuturkan hal ini dari pendapat kalangan Ahli sunah dan dari hadis. Apabila mereka di akhirat, tentu bukan tidak mungkin mereka juga diuji di alam kubur.

 

Sementara itu kelompok lain menyatakan bahwa pertanyaan hanya akan ditujukan bagi orang yang sudah mengerti adanya rasul yang diutus dan mursil yang mengutus. Orang berakal akan ditanya apakah dia beriman kepada rasul serta menaatinya ataukah tidak. Kepada orang berakal itu pula akan ditanyakan, “Apa yang engkau katakan tentang lelaki yang diutus kepada kalian ini?’ Sedangkan anak-anak kecil yang belum mencapai tamyiz, bagaimana mungkin dapat ditanyakan kepada mereka pertanyaan, “Apa yang engkau katakan tentang lelaki yang diutus kepada kalian ini?” Kalaupun akalnya dikembalikan kepadanya di dalam kubur, maka dia tetap tidak akan ditanya tentang hal-hal yang tidak pernah ada dalam pengetahuannya sehingga dengan demikian maka pertanyaan seperti itu tidak akan ada gunanya.

 

Pertanyaan di dalam kubur ini berbeda dengan ujian terhadap mereka (anak-anak) di akhirat. Allah swt. telah mengirim seorang rasul kepada mereka dan memerintahkan mereka untuk taat kepadanya, ketika akal mereka melekat di diri mereka karena itu siapa dari mereka yang mematuhi rasul, niscaya akan selamat dan siapa di antara mereka yang menentang rasul, niscaya Dia akan masukkan ke dalam neraka. Itulah ujian berupa perintah yang Dia perintahkan kepada mereka (anak-anak) lalu mereka laksanakan perintah itu pada waktu itu. Bukan berupa pertanyaan tentang sesuatu perkara yang sudah mereka lalui di dunia, baik itu berupa ketaatan maupun berupa kemaksiatan seperti pertanyaan dua malaikat di dalam kubur.

 

Adapun berkenaan dengan hadis-hadis dari Abu Hurairah ra., yang dimaksud dengan siksa kubur dalam hadis-hadis itu bukanlah berupa hukuman terhadap anak-anak karena telah mengabaikan ketaatan atau karena melakukan kemaksiatan. Allah tentu tidak akan menyiksa siapa pun tanpa ada suatu dosa yang dilakukannya. Alih-alih, mungkin yang dimaksud dengan siksa kubur dalam hadis-hadis itu adalah rasa sakit yang dirasakan oleh mayat disebabkan hal lain, walaupun sakit itu bukan sebagai bentuk hukuman terhadap suatu perbuatan yang telah dilakukannya.

 

Contoh lain yang seperti ini adalah sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya mayat benar-benar disiksa oleh tangisan keluarganya terhadapnya.” Maksudnya, orang mati akan merasakan sakit dan nyeri akibat tangisan keluarganya, bukan karena dia dihukum disebabkan dosa orang hidup, sebab Allah swt. berfirman, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. al-An’am [6]: 164)

 

Hal ini serupa dengan sabda Rasulullah saw., “Perjalanan adalah sepotong siksa.” Dan telah diketahui bahwa “siksa” (‘adzab) bersifat lebih umum daripada “hukuman” (‘uqubah).

 

Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa di dalam kubur tentu ada begitu banyak rasa sakit, kengerian, dan penyesalan yang mungkin saja semua itu akan berdampak terhadap anak-anak sehingga mereka akan merasakan sakit. Itulah sebabnya disyariatkan kepada siapa pun yang mendoakan anak kecil yang sudah meninggal dunia untuk memohon kepada Allah swt. agar Dia melindunginya dari siksaan seperti itu. 


Wallahu a’lam.

 


Tiada ulasan: