Pertanyaan Kelima Belas:
Di Manakah Tempat Ruh Sejak Kematian Sampai Kiamat?
Apakah di Langit ataukah di Bumi?
Apakah Ruh Tinggal di Surga dan Neraka ataukah Tidak?
Apakah Ruh Dimasukkan ke Dalam Jasad yang Bukan Jasadnya yang Dulu, Untuk Kemudian la Diberi Nikmat atau Disiksa ataukah la Berdiri Sendiri?
############
PERTANYAAN INI merupakan sebuah masalah besar yang banyak dibicarakan oleh semua orang dan mereka pun saling berbeda pendapat mengenai hal ini.
Padahal masalah ini hanya dapat diketahui dari apa yang didengar saja dan perselisihan pun muncul.
Segolongan orang menyatakan bahwa ruh-ruh orang mukmin ada di sisi Allah di surga, baik mereka termasuk syahid maupun bukan, asalkan mereka tidak tertahan masuk surga oleh suatu dosa besar atau utang. Allah Tuhan mereka akan melimpahi mereka dengan pengampunan dan rahmat bagi mereka. Pendapat ini merupakan pendapat Abu Hurairah ra. dan ‘Abdullah bin ‘Amzr.
Segolongan yang lain menyatakan bahwa ruh orang-orang mukmin berada di serambi surga tepat di depan gerbangnya sehingga semerbak, nikmat dan berbagai rezeki dari surga dapat sampai kepada mereka.
Segolongan yang lain menyatakan bahwa ruh-ruh kaum mukminin berada di dalam kubur mereka masing-masing.
Imam Malik menyatakan, “Telah sampai keterangan kepadaku yang menjelaskan bahwa ruh dibebaskan lepas sehingga ia dapat pergi ke mana pun sekehendaknya.”
Imam Ahmad menyatakan dalam sebuah riwayat dari putranya yang bernama “Abdullah, “Ruh-ruh orang-orang kafir berada di dalam neraka, sedangkan ruh-ruh orang mukmin berada di dalam surga.”
Abu “Abdullah bin Mandah menyatakan bahwa ada segolongan Sahabat dan tabiin yang menyatakan bahwa ruh-ruh kaum mukminin berada di sisi Allah ‘azza wa jalla dan mereka tidak memberi tambahan komentar apa pun selain itu.
Dia berkata bahwa telah diriwayatkan sebuah riwayat dari segolongan sahabat dan tabiin lain yang menyatakan bahwa ruh-ruh orang mukmin berada di Jabiyah, sedangkan ruh-ruh orang kafir berada di Barahut, yaitu sebuah sumur di Hadramaut.
Safwan bin “Amr berkata, “Aku pernah bertanya kepada Amir bin Abdullah Abul Yaman, “Apakah jiwa-jiwa orang mukmin dikumpulkan?”
Dia menjawab, “Sesungguhnya bumi yang Allah swt. telah berfirman tentangnya,
“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. al-Anbiya’ [21]: 105)
Adalah bumi yang kepadanya berkumpul semua ruh orang-orang mukmin sampai nanti dibangkitkan. Mereka menyatakan bahwa itulah bumi yang Allah mewariskannya kepada orang-orang mukmin di dunia.”
Ka‘b berkata, “Ruh-ruh orang mukmin berada di “Illiyyun di langit ketujuh, sedangkan ruh-ruh orang kafir berada di dalam Sijjin di bumi ketujuh di bawah pipi Iblis.”
Segolongan orang menyatakan bahwa rub-ruh orang-orang mukmin berada di dalam sumur Zamzam sedangkan ruh-ruh orang-orang kafir berada di dalam sumur Barahut.
Salman al-Farisi menyatakan bahwa ruh orang-orang mukmin berada di Barzakh di bumi dan mereka dapat bepergian sekehendak mereka, sedangkan ruh orang-orang kafir berada di dalam Sijjin. Dalam sebuah pernyataan darinya dikatakan bahwa nyawa orang mukmin dapat bepergian di bumi ke mana pun sekehendaknya.
Segolongan orang menyatakan bahwa ruh orang-orang mukmin berada di sebelah kanan Adam as., sedangkan ruh orang-orang kafir berada di sebelah kiri Adam as.
Segolongan orang yang lain, termasuk di antara mereka adalah Ibnu flazm, menyatakan bahwa tempat ruh orang-orang yang sudah mati adalah di tempat mereka dulu sebelum jasad mereka tercipta.
Ibnu Hazm menyatakan, “Pendapat kami mengenai tempat tinggal ruh, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt. dan nabi-Nya saw. tanpa kami melanggarnya karena semua itu adalah petunjuk yang jelas. Yaitu firman Allah swt.,
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap int.” (QS. al-A’raf [7]: 172)
Allah swt. juga berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kalian kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.” (QS. al-A’raf [7]: 11)
Jadi adalah benar bahwa Allah swt. telah menciptakan semua ruh secara sekaligus, sebagaimana seperti itu pula yang dikabarkan ole, Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya ruh-ruh itu seperti pasukan yang dikerahkan. Lalu siapa pun yang saling mengenal di antara mereka, mereka akan bersatu; dan siapa pun yang saling mengingkari di antara mereka, mereka akan berselisih.’”
Kemudian Allah mengambil janji dan kesaksian mereka pada Allah akan ketuhanan-Nya (rububiyyah) dalam kondisi makhluk yang sudah diciptakan, memiliki bentuk dan berakal, sebelum Dia perintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam, sebelum Dia memasukkan mereka ke dalam jasad-jasad mereka. Pada saat itu jasad-jasad masih berupa debu dan air.
Setelah itu Allah swt. menempatkan ruh-ruh itu sekehendak-Nya, yaitu di Barzakh yang ke tempat itulah ruh-ruh tersebut akan kembali di saat kematian terjadi. Kemudian ruh-ruh tersebut tetap di situ hingga dibangkitkan dari situ secara serombongan demi serombongan (Jumlah ba’da jumlah). Lalu Dia mengembuskan ruh-ruh itu ke dalam jasad-jasad mereka yang terlahir dari air mani.
Ibnu Hazm menyatakan bahwa adalah benar bahwa ruh-ruh merupakan jisim yang membawa segala yang telah dimilikinya baik itu berupa pengenalan maupun berupa ketidakkenalan. Adalah benar bahwa ruh dapat mengenal secara mandiri. Allah swt. kemudian menguji mereka semua di dunia sesuai kehendak-Nya, lalu Dia mematikan mereka sehingga ruh-ruh itu kembali ke Alam Barzakh yang Rasulullah saw. melihat mereka berada di langit dunia di malam ketika beliau diperjalankan dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Ruh-ruh orang-orang yang berbahagia berada di sebelah kanan Adam as. dan ruh-ruh orang-orang yang sengsara berada di sebelah kirinya. Semua itu terjadi di tempat terputusnya segala elemen. Sementara ruh-ruh para nabi dan syuhada dibawa ke surga. ;
Muhammad bin Nashr al-Marwazi menuturkan dari Ishaq bin Rahawaih bahwa dia menuturkan penjelasan yang serupa dengan apa yang kami jelaskan ini. Dia bahkan menyatakan bahwa para ulama telah berijmak pada penjelasan ini.”
Ibnu Hazm menyatakan bahwa penjelasan di atas merupakan pendapat semua kaum muslimin. Dia juga menyatakan bahwa penjelasan inilah yang dimaksud oleh firman Allah swt.,
“Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 8-14)
Dan juga firman Allah swt.,
“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan.” (QS. al-Waqi’ah [56]: 88-89) dan seterusnya.
Ruh-ruh manusia tetap berada di situ sampai genap bilangan semua ruh diembuskan ke dalam jasad. Kemudian mereka semua Pulang ke Barzakh lalu Hari Kiamat terjadi. Setelah itu Allah ‘azza wa jalla mengembalikan semua ruh ke dalam jasad sekali lagi. Itulah kehidup. an yang kedua (al-hayah ats-tsaniyah). Di situ semua makhluk akan dihisab, yaitu satu kelompok masuk ke dalam surga, sementara satu kelompok lagi masuk ke dalam neraka kekal selama-lamanya. Sampai di sini batas kutipan dari Ibnu Hazm.
Abu ‘Umar bin ‘Abdul Barr berkata, “Ruh-ruh para syuhada berada di dalam surga, sementara ruh-ruh semua orang dari kalangan awam mukmin berada di serambi kubur mereka masing-masing.” Kami akan menjelaskan perkataannya dan bukti yang digunakannya, lalu kami jelaskan isi kandungannya.
Ibnul Mubarak berkata, dari Ibnu Juraij, mengenai apa yang dibacakan kepadanya dari Mujahid, “Ruh-ruh itu tidak ada di dalam surga. Akan tetapi, mereka makan dari buah-buahan surga dan mereka men.dapatkan aroma surga.”
Muawiyah bin Shi’lih menuturkan dari Sa’id bin Suwaid, bahwa suatu ketika dia bertanya kepada Ibnu Syihab tentang ruh orang-orang mukmin. Dia menjawab, “Telah sampai sebuah riwayat kepadaku bahwa ruh-ruh para syuhada seperti burung hijau yang bergelantung di ‘Arsy. Mereka datang dan pergi menuju taman-taman surga, mendatangi Tuhan mereka setiap hari serta mengucap salam kepada-Nya.”’
Abu ‘Umar bin “Abdul Barr menyatakan dalam penjelasan Hadis-hadis Ibnu ‘Umar ra., “Sesungguhnya jika seorang dari kalian meninggal, maka akan ditampakkan kepadanya tempat duduknya di setiap pagi dan petang. Apabila dia termasuk penghuni surga, masuklah golongan penghuni surga. Apabila dia termasuk penghuni neraka, maka dari penghuni neraka. Lalu dikatakan kepadanya, “Ini tempat dudukmu sampai Allah membangkitkanmu di Hari Kiamat!”
Dalil ini digunakan oleh orang-orang yang berpendapat bahwa ruh-ruh manusia berada di serambi kuburan mereka masing-masing. Ini adalah pendapat paling sahih dalam masalah ini-walahu a’lam-karena hadis-hadis yang menyampaikan penjelasan ini lebih bagus kualitasnya dan lebih tsabit periwayatannya dibandingkan hadis-hadis yang lain.
Ibnu ‘Abdul Barr menyatakan, “Menurut saya, pengertian dari hadis-hadis itu adalah bahwa mungkin saja ruh-ruh tersebut berada di serambi kuburan mereka; bukan bahwa ruh-ruh itu pasti ada di sana dan tidak dapat meninggalkan serambi kuburan mereka. Alih-alih, ruh-ruh itu seperti yang dinyatakan oleh Imam Malik rahimahullah, bahwa telah sampai riwayat kepadanya yang menjelaskan bahwa ruh-ruh dapat bepergian ke mana pun sekehendak mereka.”
Ibnu ‘Abdul Barr juga menyatakan: Diriwayatkan dari Mujahid bahwa dia berkata, “Ruh-ruh berada di serambi kuburan selama tujuh hari sejak hari dikuburkannya mayat dan tidak pergi dari situ. Wallahu a’lam.”’
Segolongan orang menyatakan bahwa tempat tinggal ruh-ruh manusia yaitu di ketiadaan (al-’adam). Pendapat ini dianut oleh orang-orang yang menyatakan bahwa jiwa manusia merupakan salah satu di antara tampilan (‘aradh) badan seperti kehidupan (hayah) dan kemampuan persepsi (idrak). Dengan demikian, maka jiwa menjadi hilang begitu saja ketika badan mengalami kematian, sebagaimana menghilangnya seluruh tampilan yang mempersyaratkan kehidupan pada badan.
Tentu saja, pendapat seperti ini menyelisihi nas-nas al-Quran, sunah dan ijmak para sahabat dan tabiin, sebagaimana yang nanti akan kami paparkan insyaallah. Yang dimaksud oleh pendapat ini yaitu ketika terjadi perpisahan antara ruh dan badan, maka tempat ruh-ruh manusia setelah kematian adalah di ketiadaan (al-’adam).
Sementara itu, ada segolongan orang yang menyatakan bahwa tempat tinggal ruh-ruh manusia setelah kematian adalah tubuh-tubuh lain yang sesuai dengan akhlak dan sifat ruh-ruh tersebut yang mereka dapatkan ketika mereka masih hidup. Setiap ruh akan berpindah ke tubuh binatang yang memiliki bentuk sesuai dengan ruh yang bersangkutan.
Ruh yang memiliki sifat buas akan berpindah ke dalam tubuh binatang buas. Ruh yang memiliki sifat seperti anjing, akan berpindah ke dalam tubuh anjing. Ruh yang memiliki sifat seperti binatang ternak, akan berpindah ke dalam tubuh binatang ternak. Ruh yang memiliki sifat hina dina akan berpindah ke dalam tubuh serangga.
Inilah yang disebut dengan “reinkarnasi” (tanasukhiyyah) yang para pengikut pendapat ini merupakan orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat. Tentu saja pendapat ini telah keluar dari pendapat semua pemeluk agama Islam.
Demikianlah ringkasan yang dapat saya buat dari semua pendapat masyarakat seputar masalah perjalanan ruh-ruh manusia setelah kematian.
Penjelasan ini tentu tidak akan didapatkan terkumpul jadi satu, dalam sebuah buku selain ini. Kami sampaikan sumber-sumber berbagai pendapat ini berikut kebenaran dan kekeliruannya, serta pendapat manakah yang benar di antara berbagai pendapat itu sebagaimana yang didalilkan oleh al-Quran dan sunah sesuai jalan yang kami anut yang telah Allah swt. anugerahkan kepada kami. Hanya Allah yang menjadi pengharapan atas segala pertolongan dan taufik.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan