PASAL Adapun mengenai pendapat Ibnu Hazm yang menyatakan bahwa tempat ruh-ruh manusia adalah di tempat mereka masing-masing sebelum jasad-jasad mereka diciptakan.
Dia mendasarkan pendapatnya ini di atas mazhab yang dipilihnya; yaitu bahwa ruh-ruh manusia diciptakan sebelum penciptaan jasad-jasad.
Berkenaan dengan masalah ini, orang-orang memiliki dua pendapat. Sebagian besar mereka menyatakan bahwa ruh-ruh diciptakan setelah jasad-jasad.
Mereka yang menyatakan bahwa ruh-ruh diciptakan sebelum jasad, mereka tidak memiliki dalil apa pun dari Kitabullah, sunah ataupun ijmak; selain hanya hasil pemahaman mereka atas nas-nas yang tidak dapat menjadi dalil yang menunjukkan pendapat itu atau pemahaman atas hadis-hadis yang tidak sahih.
Contohnya adalah hujah yang digunakan oleh Abu Muhammad bin Hazm ketika menggunakan dalil ayat, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kam, (bani Adam) merupakan orang-orang yang lengah terhadap ini,” (Qs al-A’raf [7]: 172)
Dan firman Allah swt., “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian, lalu Kami bentuk tubuh kalian, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kalian kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud,” (QS. al-A’raf [7]: 11)
Dia (Ibnu Hazm) menyatakan bahwa adalah benar bahwa Allah swt. telah menciptakan semua ruh (arwah) secara sekaligus. Itulah “nafs” sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah saw., “Sesungguhnya ruh-ruh itu adalah seperti pasukan yang dikerahkan. Lalu siapa pun yang saling mengenal di antara mereka, mereka akan bersatu; dan siapa pun yang saling mengingkari di antara mereka, mereka akan berselisih.”
Dia (Ibnu Hazm) menyatakan bahwa Allah swt. lalu mengambil janji dan kesaksian dari mereka semua, ketika mereka sudah dalam kondisi “tercipta” (makhligah), “berbentuk” (mushawwarah), dan “berakal” (‘aqilah) sebelum Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam as. dan sebelum Allah memasukkan ruh-ruh itu ke dalam jasad-jasad mereka masing-masing. Pada saat itu, “jasad” semua manusia masih berwujud tanah (turab).
Dia (Ibnu Hazm) menyatakan bahwa alasan munculnya pendapat itu yaitu karena Allah swt. menggunakan lafal “kemudian” (tsumma) yang menunjukkan adanya urutan dan tahapan. Setelah itu Allah swt. akan mengukuhkan ruh-ruh tersebut di mana pun sekehendak-Nya; yaitu Barzakh yang ruh akan kembali ke situ ketika kematian datang.
Dalam penjelasan ini kami akan memaparkan dalil yang dapat dijadikan sebagai sandaran di saat menjawab pertanyaan orang yang menanyakan ihwal arwah, apakah ruh-ruh diciptakan bersama badan ataukah sebelumnya? Apabila yang dimaksud di sini adalah tempat menetap ruh-ruh manusia setelah kematian terjadi.
Pernyataannya (Ibnu Hazm) bahwa ruh-ruh tinggal di Barzakh yang di situlah tempat ruh-ruh itu sebelum jasad-jasad diciptakan dilandaskan pada keyakinan yang diyakininya ini.
Pernyataannya (Ibnu Hazm) bahwa ruh-ruh kalangan bahagia berada di sebelah kanan Adam as. dan ruh-ruh kalangan sengsara berada di sebelah kiri Adam as. memang benar adanya sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah saw.
Pernyataannya (Ibnu Hazm) bahwa itu terjadi di tempat terputusnya segala unsur, tidak berlandaskan dalil apa pun juga baik yang bersumber dari Kitabullah maupun sunah. Bahkan pendapat seperti itu mirip dengan pendapat orang-orang non-muslim. Hadis-hadis sahib telah menunjukkan bahwa ruh-ruh manusia berada di atas segala unsur karena mereka ada di surga di sisi Allah ta’ala. Dalil-dalil dari al-Quran juga menunjukkan hal yang sama.
Abu Muhammad (Ibnu Hazm) telah bersepakat bahwa ruh-ruh para syuhada berada di dalam surga. Sementara itu telah diketahui bahwa kaum Shiddiqin lebih utama daripada para syuhada. Jadi, bagaimana mungkin ruh Abu Bakar Shiddigq, “Abdullah bin Mas‘ud, Abu Darda’, Hudzaifah bin Yamna dan para sahabat Rasulullah lainnya yang seperti mereka, dapat berada di tempat terputusnya segala unsur, padahal tempat itu berada di bawah Cakrawala Terendah (al-falak al-adna) dan juga di bawah langit dunia, sementara ruh-ruh para syuhada dari zaman kita saat ini dan lainnya berada di atas segala unsur itu dan juga di atas seluruh langit?
Adapun mengenai pernyataannya bahwa Muhammad bin Nashr al-Marwazi telah menyatakan sebuah riwayat dari Ishaq bin Rahawaih bahwa dia telah menuturkan pendapat kami ini. Dia menyatakan bahwa dalil ini menjadi landasan bagi semua ulama dan merupakan pendapat seluruh umat Islam.
Saya menyatakan bahwa Muhammad bin Nashr al-Marwazi telah menyebutkan beberapa atsar dalam Kitab ar-Radd ‘ala Ibn Qutaibah dalam penjelasan mengenai tafsir firman Allah, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” (QS. al-A’raf [7]: 172)
Yaitu atsar yang dituturkan oleh kalangan salaf yang menjelaskan tentang dikeluarkannya keturunan Adam as. dari sulbi Adam as.
Kemudian dilanjutkan dengan diambilnya perjanjian dari mereka dan dikembalikannya mereka ke dalam sulbi Adam as.
Terdapat pula penjelasan tentang keluarnya semua keturunan Adam as. itu seperti benih dan bahwa Allah swt. membagi mereka Pada Saat itu menjadi golongan bahagia dan golongan sengsara. Allah swt. juga menuliskan ajal, rezeki, dan amal perbuatan mereka berikut segala kebaikan dan keburukan yang menimpa mereka.
Setelah itu, dia (Ibnu Hazm) menyatakan bahwa Ishaq berkata bahwa para ulama telah bersepakat bahwa ruh-ruh diciptakan sebelum penciptaan jasad karena Allah lalu meminta mereka bicara, mempersaksikan mereka atas diri mereka dengan ucapan-Nya “Bukankah Aku Tuhan kalian?” (alastu birabbikum?). Lalu ruh-ruh itu berkata,
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini” (QS. al-A’raf [7]: 172)
Atau mereka berkata, “Sesungguhnya nenek moyang kami yang terdahulu telah berbuat syirik.”
Ini adalah nas pernyataannya. Dan seperti yang dapat anda lihat, pernyataan-pernyataannya itu tidak dapat menunjukkan bahwa tempat tinggal ruh-ruh manusia seperti yang disebutkan oleh Abu Muhammad, yaitu di tempat terputusnya segala unsur karena sesuatu apa pun. Bahkan pernyataannya itu tidak dapat menjadi dalil yang menunjukkan bahwa ruh-ruh manusia tercipta sebelum jasad-jasad mereka diciptakan. Alih-alih pernyataannya itu justru menunjukkan bahwa Allah swt. pada saat itu mengeluarkan mereka, lalu mengajak mereka bicara. Setelah itu Allah swt. mengembalikannya ke dalam sulbi Adam as.
Berkenaan dengan pendapat ini, walaupun ada beberapa golongan dari kalangan salaf dan khalaf yang berpendapat seperti itu, namun pendapat yang benar adalah pendapat yang lain sebagaimana yang akan Anda ketahui, insyaallah. Akan tetapi karena tujuan menjawab pertanyaan ini adalah untuk membicarakan tentang arwah, apakah ruh-ruh sudah diciptakan sebelum jasad ataukah belum sehingga apabila semua ini diserahkan kepada Abu Muhammad, di dalamnya tetap tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa tempat menetap ruh-ruh manusia adalah di tempat terputusnya segala unsur dan tidak pula bahwa itu adalah tempat awal bagi ruh-ruh tersebut.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan