Allah SWT menciptakan akal.
Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, menghadaplah engkau."
Kemudian Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, siapakah aku?".
Setelah itu Allah SWT menciptakan nafsu.
Allah SWT berfirman,
"Wahai nafsu, menghadaplah kamu.".
Nafsu tidak menjawab sepatah kata pun, malah sebaliknya, mendiamkan diri.
Kemudian Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
"Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku."
Untuk itulah Allah SWT mewajibkan kita berpuasa, karena nafsu itu sangat jahat.
Hendaknya kitalah yang mengawal nafsu itu dan jangan biarkan nafsu yang mengawal kita, karena kalau dia yang mengawal, maka kita akan menjadi musnah.
Sebagai contoh saja nafsu makan, kalau nafsu makan kita tidak ada, maka manusia akan mati, dan nafsu makan ini merupakan fitrah alami jadi tidak akan hilang.
Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis, jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan dan akhirnya musnahlah manusia.
Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, menghadaplah engkau."
Maka
akal pun menghadap Allah SWT, kemudian Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, berbaliklah engkau." Lalu akal pun berbalik.
"Wahai akal, berbaliklah engkau." Lalu akal pun berbalik.
PENGAKUAN AKAL.
Kemudian Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, siapakah aku?".
Lalu
akal pun menjawab,
"Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang dhaif dan lemah."
Lalu Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, tidak Aku ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
"Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang dhaif dan lemah."
Lalu Allah SWT berfirman,
"Wahai akal, tidak Aku ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
PENGAKUAN NAFSU.
Setelah itu Allah SWT menciptakan nafsu.
Allah SWT berfirman,
"Wahai nafsu, menghadaplah kamu.".
Nafsu tidak menjawab sepatah kata pun, malah sebaliknya, mendiamkan diri.
Kemudian Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
Lalu
nafsu berkata,
"Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Setelah
itu Allah SWT menyiksanya di neraka Jahannam selama 100 tahun, dan kemudian
mengeluarkannya."Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Allah
SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
"Siapakah engkau dan siapakah aku?".
Lalu
nafsu berkata,
"Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."
Lalu Allah SWT menyiksa nafsu itu dalam neraka lagi selama 100 tahun.
"Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."
Lalu Allah SWT menyiksa nafsu itu dalam neraka lagi selama 100 tahun.
Setelah
itu nafsu dikeluarkan dan Allah SWT berfirman lagi,
"Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Akhirnya
nafsu mengakui dengan berkata,"Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
"Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku."
PUASA BOLEH MELAWAN NAFSU
Untuk itulah Allah SWT mewajibkan kita berpuasa, karena nafsu itu sangat jahat.
Hendaknya kitalah yang mengawal nafsu itu dan jangan biarkan nafsu yang mengawal kita, karena kalau dia yang mengawal, maka kita akan menjadi musnah.
Setelah
itu Allah SWT memasukkan akal dan nafsu ke dalam diri Adam a.s.
Pada saat Nabi Adam a.s datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak, maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pada saat Nabi Adam a.s datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak, maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Kemungkaran yang terjadi di atas bumi ini adalah dari nafsu,
bukan dari akal.
Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara nafsu dan akal, bertentangan antara satu dengan yang lain.
Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya, terkadang nafsu yang menang, terkadang akal yang menang.
Misal saja kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan, sedangkan akal mengajak kepada kebaikan.
Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara nafsu dan akal, bertentangan antara satu dengan yang lain.
Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya, terkadang nafsu yang menang, terkadang akal yang menang.
Misal saja kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan, sedangkan akal mengajak kepada kebaikan.
Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah, dan sebaliknya,
jika kita mengikuti akal maka kita akan menang.
Namun bagaiman pun juga, nafsu ini tetap diperlukan oleh manusia, bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah.
Namun bagaiman pun juga, nafsu ini tetap diperlukan oleh manusia, bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah.
Sebagai contoh saja nafsu makan, kalau nafsu makan kita tidak ada, maka manusia akan mati, dan nafsu makan ini merupakan fitrah alami jadi tidak akan hilang.
Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis, jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan dan akhirnya musnahlah manusia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan