Marilah kita
renungkan dialog yang terjadi antara Allah SWT. dan para malaikat seperti yang
dapat dibaca dalam Al-Qur'an.
Adanya sifat-sifat atau potensi yang melekat pada manusia itu menunjukkan adanya tempat dimana sifat-sifat atau potensi tersebut berada pada diri manusia. Karena sifat-sifat atau potensi tersebut bentuknya abstrak atau gaib maka tempatnya pun bersifat gaib pula yaitu pada jiwa atau bathin atau ruh manusia.
Allah SWT.
menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan maksud agar manusia
tersebut beribadah kepadaNya.
Firman Allah
dalam AL-Qur'an:
"Dan Aku tidak menciptakan Jin dan
Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku." (Adz Dzaariyaat ayat 56)
Dalam
AL-Qur'an dapat kita ikuti riwayat penciptaan manusia melalui dialog antara
Allah Maha Pencipta dengan para malaikat:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata:
Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi
ini manusia yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih memuji Engkau?
Tuhan berfirman:"Sesungguhnya Aku
Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Manusia
diberikan potensi oleh Tuhan untuk mampu menerima ajaran atau ajaranNya,
sehingga dapa menetralisir kecendrungannya untuk berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah, seperti yang diperlihatkan oleh Tuhan kepada para Malaikat
dengan cara mengajari Adam untuk mengenali benda-benda sebagai pengajaran
dariNya.
Dengan
adanya kecendrungan manusia kepada hal-hal negatif dan juga sebaliknya diberi
potensi untuk mampu menerima Petunjuk dariNya inilah maka Tuhan memerintahkan
kepada manusia agar berbuat baik sesuai dengan PetunjukNya, dan kemudian Tuhan
akan memberikan balasan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, dan
menjauhkan segala yang dilarangNya, karena menurut Tuhan segala sesuatu
perbuatan yang dilarangNya akan menyebabkan penderitaan dan kepedihan
hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Kedua sifat
yang berupa kecendrungan kepada hal yang negatif pada satu sisi dan potensi
untuk menerima petunjuk di sisi lain dan keduanya dilekatkan Tuhan kepada
manusia dengan sedemikian rupa sehingga akan dapat saling mempengaruhi dan
mengalahkan, yang kemudian akan menentukan terhadap fikiran dan ingatan
serta keinginan atau kehendak dari manusia, maka pada akhirnya akan mewujud
dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku jasmani dan lahiriah manusia tersebut,
dimana perbuatannya itu berupa kebaikan atau malah sebaliknya.
Adanya sifat-sifat atau potensi yang melekat pada manusia itu menunjukkan adanya tempat dimana sifat-sifat atau potensi tersebut berada pada diri manusia. Karena sifat-sifat atau potensi tersebut bentuknya abstrak atau gaib maka tempatnya pun bersifat gaib pula yaitu pada jiwa atau bathin atau ruh manusia.
Jadi selain
tubuh kasar berupa jasmani, maka Tuhanpun memberikan kepada manusia tubuh halus
berupa ruhani atau jiwa atau ruh. Semua yang diuraikan di atas menunjukkan
kepada kita betapa sempurnanya karunia Tuhan dalam menciptakan manusia.
Ulama
tasawuf menyebut ilmu yang memperlihatkan sikap batin berupa fikiran atau
ingatan dan keinginan atau kehendak manusia sekaligus dengan memperhatikan
sikap lahirnya, sebagai Ilmu Tasawuf.
Selain dari
ilmu Tasawuf itu maka agama Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah S.A.W.
memiliki petunjuk tentang bagaimana tata cara pelaksanaan beribadah seorang
muslim baik berupa ibadah yang langsung kepada Tuhan seperti puasa, dan ibadah
haji, maupun ibadah kepada Tuhan melalui perbuatan baik kepada sesama manusia
seperti membayar zakat, memberikan sedekah,ifak, melaksanakan pernikahan,
mengadakan perniagaan, mengatur warisan, menyantuni fakir miskin dan anak-anak
yatim, menghindari perzinahan, pembunuhan, dan lainnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan