Ki Kebo Benowo dan kedua temannya sibuk memunguti daun
emas. Seluruhnya diambil dan dibungkus dengan kain.
“Hahaha, kita pasti kaya dalam waktu singkat.” tawa Ki Kebo Benowo.
“Ki, tidakkah kita aneh pada kejadian ini?” tanya Loro Gempol.
“Benar juga? Dia bisa menciptakan emas dan wang juga memiliki kesaktian yang sangat hebat.” Ki Kebo Benowo membalikan tubuhnya, matanya mengintai ke tempat Syeh Siti Jenar berdiri. “E,eh, ke mana orang tadi?”
“O, ya? Masa dia bisa menghilang?” Loro Gempol mengerutkan dahi, tangannya garuk-garuk kepala.
“Manusiakah dia? Makhluk halus?” Ki Kebo Benowo menarik nafas dalam-dalam. “Aku rasa dia manusia sakti mandraguna. Sebaiknya kita berguru padanya agar memiliki kesaktian.”
“Benar, Ki. Jika kita sudah sakti bisa menundukan semua rompakan dan berada dalam perintah kita. Kalau kita sudah menguasai para perompak tentu tidak akan capek letih tinggal menunggu setoran.” tambah Loro Gempol.
“Namun Syehk Siti Jenar menghilang? Ke mana kita mesti mencari?” Lego Benongo ikut bertanya. Sedari tadi dia hanya mematung belum hilang rasa kagumnya terhadap Syeih Siti Jenar.
“Kita telusuri saja jalan ini. Kemungkinan dia menuju ke pusat Kerajaan Demak,” Ki Kebo Benowo menduga-duga.
“Hahaha, kita pasti kaya dalam waktu singkat.” tawa Ki Kebo Benowo.
“Ki, tidakkah kita aneh pada kejadian ini?” tanya Loro Gempol.
“Benar juga? Dia bisa menciptakan emas dan wang juga memiliki kesaktian yang sangat hebat.” Ki Kebo Benowo membalikan tubuhnya, matanya mengintai ke tempat Syeh Siti Jenar berdiri. “E,eh, ke mana orang tadi?”
“O, ya? Masa dia bisa menghilang?” Loro Gempol mengerutkan dahi, tangannya garuk-garuk kepala.
“Manusiakah dia? Makhluk halus?” Ki Kebo Benowo menarik nafas dalam-dalam. “Aku rasa dia manusia sakti mandraguna. Sebaiknya kita berguru padanya agar memiliki kesaktian.”
“Benar, Ki. Jika kita sudah sakti bisa menundukan semua rompakan dan berada dalam perintah kita. Kalau kita sudah menguasai para perompak tentu tidak akan capek letih tinggal menunggu setoran.” tambah Loro Gempol.
“Namun Syehk Siti Jenar menghilang? Ke mana kita mesti mencari?” Lego Benongo ikut bertanya. Sedari tadi dia hanya mematung belum hilang rasa kagumnya terhadap Syeih Siti Jenar.
“Kita telusuri saja jalan ini. Kemungkinan dia menuju ke pusat Kerajaan Demak,” Ki Kebo Benowo menduga-duga.
Syeikh Siti Jenar, telah sampai ke pusat Kerajaan Demak.
Langkahnya yang tenang serta penuh wibawa tidak lolos dari pandangan para
prajurit penjaga keamanan. “Siapakah lelaki itu?” tanya prajurit kerempeng pada
temannya yang bertubuh tambun.
“Wali,” jawab si Tambun tenang.
“Pakaiannya mirip wali songo, tapi saya baru kali ini melihatnya. Kita perlu menanyai dan memeriksa orang yang tidak dikenal, mungkin saja dia pemberontak yang lagi menyamar.” ucap si Kerempeng penuh curiga.
“Biarkan saja, siapa tahu dia sahabatnya para wali. Buktinya dia berjalan menuju mesjid.” si Tambun tetap tenang.
“Meskipun demikian kita tetap harus menjalankan tugas. Ayo kita hadang dia dan tanya maksud kedatangannya!” si Kerempeng bergegas menenteng tombak dan tameng, mengejar langkah Syehk Siti Jenar.
“Wali,” jawab si Tambun tenang.
“Pakaiannya mirip wali songo, tapi saya baru kali ini melihatnya. Kita perlu menanyai dan memeriksa orang yang tidak dikenal, mungkin saja dia pemberontak yang lagi menyamar.” ucap si Kerempeng penuh curiga.
“Biarkan saja, siapa tahu dia sahabatnya para wali. Buktinya dia berjalan menuju mesjid.” si Tambun tetap tenang.
“Meskipun demikian kita tetap harus menjalankan tugas. Ayo kita hadang dia dan tanya maksud kedatangannya!” si Kerempeng bergegas menenteng tombak dan tameng, mengejar langkah Syehk Siti Jenar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan