Oleh Hussain bin Manshur
Al-Hallaj
1.
Sang
Pelita (As-Siraj) tampak dan tercerah dari Cahaya Keghaiban,ia
terpancar dan (tampak) kembali, dan melampaui pelita-pelita lain.Ia rembulan
yang cerlang, yang menampakkan kecemerlangannya lebih dari bulan-bulan lain. Ia
bintang yang graha perbintangannya di Langit ‘Azaly. Allah menyebutnya ‘ummi (awam)
atas dasar keterpusatan aspirasinya,juga harami (suci) disebabkan
kelimpahan syafa’atnya, dan makki (pusat) karena kedekatannya di
Hadirat-Nya.
2.
Dia (Allah) lapangkan dadanya, Dia
tingkatkan kekuatannya, dan mengangkatnya dari beban “yang memberati
punggungnya” (Q. 94: 2-3) serta Dia tetapkan kewenangannya. Sebagaimana Allah
membuat ‘Badr’-nya terpancar, demikianlah purnamanya muncul dari awan
Yamamah, mentarinya terbit di bukit Tihamah [Makkah],dan pelitanya bersinar
gemerlap dari sumur Karamah (Zamzam).
3.
Ia tidak menyampaikan sesuatu kecuali
yang menyangkut pandangan (bashirah) batinnya, dan tidak mewajibkan
diikuti keteladanannya kecuali yang menyangkut kebenaran Sunnah-nya. Ia
berada di Hadirat Allah, dan ia mengajukan yang lain ke Hadirat-Nya.Ia telah
‘melihat’ (Kebenaran), lalu ia sampaikan apa yang dilihatnya. Ia telah diutus
sebagai sang Pemberi Tunjuk, maka ia menggariskan batas (halal-haram) perilaku.
4.
Tidak seorang pun mampu mengungkapkan
kebenaran maknanya kecuali sang Tulus Hati (Al-Amin) ini. Karena ia
menegaskan ke-syahid-annya, serta mengiringkannya, maka tiada lagi tersisa
perbedaan di antara kaumnya.
5.
Tiada seorang
arif (‘irfan) pun yang merasa ‘kenal’ padanya, yang tidak keliru
mengenali kebenaran kualitasnya. Kualitasnya hanya jelas kepada seseorang yang
Allah bimbing
untuk menyingkap (kasyf) tabirnya, “Yaitu yang telah Kami berikan kepadanya Kitab, mereka mengenalinya seperti mengenali anak-anaknya. Namun, sebagian mereka menyembunyikan kebenarannya, padahal mereka mengetahui.” [Q. 2: 146]
untuk menyingkap (kasyf) tabirnya, “Yaitu yang telah Kami berikan kepadanya Kitab, mereka mengenalinya seperti mengenali anak-anaknya. Namun, sebagian mereka menyembunyikan kebenarannya, padahal mereka mengetahui.” [Q. 2: 146]
6.
Segenap
cahaya nubuwah berasal dari cahayanya, dan cahayanya tercerahkan dari
Cahaya yang Gaib.Di antara cahaya-cahaya itu tidak ada yang lebih gemerlap,
lebih nyata atau lebih mutlak dari cahayanya sang Junjungan Semesta Rahmat ini.
7.
Aspirasi (himmah)-nya mendahului
segenap aspirasi lain, adanya mendahului ‘Tiada’ (‘Adam), namanya
mendahului ‘Pena’ (Qalam), sebab keberadaannya terdahulu ada sebelum apa
pun.
8.
Tidak pernah ada di atas semesta atau
di luar semesta, tidak juga di balik semesta, sesuatu yang lebih indah, lebih
agung, lebih bijak, lebih adil, lebih kasih, lebih taat atau lebih takwa, yang
lebih dari sang Tokoh Utama ini.Gelarnya adalah sang Junjungan Makhluk, namanya
adalah Ahmad, dan harkatnya adalah Muhammad. Perintahnya penuh kepastian,
hikmahnya penuh kebaikan, sifatnya penuh kemuliaan, dan aspirasinya penuh
keunikan.
9.
Maha Suci Allah! Adakah yang lebih
nyata, lebih tampak, lebih agung, lebih masyhur, lebih kemilau, lebih perkasa
ataupun cendekia, yang lebih darinya? Ia – sungguh – telah dikenal sebelum
penciptaan sesuatu, yang ada, juga semesta. Ia senantiasa diingat sebelum
adanya ‘sebelum’ dan setelah adanya ‘setelah’, juga sebelum ada substansi dan
kualitas.
Substansinya adalah cahaya semata, ucapannya adalah nubuwah, hikmahnya adalah wahyu, gaya bahasanya adalah Arab, kesukuannya adalah “tiada Timur dan tiada Barat” [Q. 24: 35], silsilahnya adalah garis kebapakan, misinya adalah damai, dan sebutannya adalah ‘ummi (awam).
Substansinya adalah cahaya semata, ucapannya adalah nubuwah, hikmahnya adalah wahyu, gaya bahasanya adalah Arab, kesukuannya adalah “tiada Timur dan tiada Barat” [Q. 24: 35], silsilahnya adalah garis kebapakan, misinya adalah damai, dan sebutannya adalah ‘ummi (awam).
10. Segenap mata terbuka dengan isyaratnya,
segenap rahasia dan segenap jiwa terasa dengan kehadirannya yang ada. Adalah
Allah yang membuatnya fasih menghafalkan rangkaian Firman-Nya, dan menjadi
Bukti (Al-Hujjah) yang meneguhkannya. Juga Allah yang mengutusnya,
dan ia adalah Bukti – senyatanya Bukti. Adalah ia yang memuaskan dahaga
hati pedamba yang kehausan, yang tidak tersentuh apa pun, tidak terkatakan
lidah, tidak juga terekayasa, yang ‘menyatu’ dengan Allah tanpa terpisahkan,
bahkan jauh di luar jangkauan pikiran. Pokoknya ia yang mengabarkan adanya
akhir, dan akhirnya akhir, serta akhir-akhirnya akhir.
11. Ia singkapkan awan, dan menunjuk ke Rumah
Suci (Bayt al-Haram). Ia adalah ‘pembeda’, bahkan ia adalah panglima
perang. Adalah ia yang diperintah untuk meluluhlantakkan berhala-berhala, juga
ia yang diutus kepada ummat manusia untuk membasmi pemujaan.
12. Di atasnya awan bergemuruh menyambarkan
kilat, dan di bawahnya kilat menyambar gemuruh, berkilatan, mencurahkan hujan,
serta menyuburkan. Segenap pengetahuan hanyalah setetes dari samuderanya,
segenap kearifan hanyalah secauk dari bengawannya, dan segenap waktu hanyalah
sesaat dari masanya.
13. Allah (‘ada’) bersamanya, dan bersamanya
adalah hakikat. Ia yang pertama dalam kesatuan (penciptaan) dan terakhir yang
diutus sebagai Rasul, yang hakikatnya bersifat batin, dan ma’rifatnya bersifat
lahir.
14. Tiada seorang pakar pun yang pernah mencapai
hikmahnya, bahkan para filsuf niscaya tersadar atas kearifannya.
15. Allah tidak menyerahkan [hakikat-Nya] itu
kepada makhluk-Nya, sebab ia adalah ‘ia’, dan ia adanya bersama Dia, sedangkan
Dia adalah ‘Dia’.
16. Tidak ada apa pun yang keluar
dari ‘Mim’ (م )-nya Muhammad (محمد ), dan tidak ada yang masuk ke ‘Ha’ ( ح)-nya.
Adapun ‘Ha’ (ح)-nya sebagaimana ‘Mim’ (م)-nya yang kedua, sedangkan ’Dal’ (د)-nya
seperti ‘Mim’ (م)-nya yang pertama. ‘Mim’ (م)-nya yang pertama adalah
peringkat (maqam)-nya, serta ‘Ha’ (ح)-nya adalah
keadaan (hal) spritualnya, sebagaimana ‘Mim’ (م )-nya yang kedua.
17. Allah membuat bicaranya jelas, menambah
nilainya, dan membuat bukti (hujjah)-nya dikenal. Dia menurunkan
wahyu Pembeda [Al-Furqan] kepadanya. Dia membuat lidahnya fasih, dan
Dia membuat hatinya terang. Dia membuat ummat sezamannya tidak mampu [memalsu
Al-Qur’an].Dia pun mengakui kejelasannya, dan memuji kemuliaannya.
18. Andaikan kau melarikan diri dari
kewenangan syari’at-nya, adakah jalan (lain) yang dapat kau tempuh, tanpa
adanya pembimbing, hai orang yang malang? Ketahuilah, segenap fatwa para filsuf
berantakan, seperti gundukan pasir, dibandingkan hikmahnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan