Di antara amalan spiritual yang di amalkan oleh Tarekat Qadiriyah adalah
zikir (terutama dalam melantunkan asma Allah berulang-ulang). Dalam
pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada zikir
yang terdiri atas astu, dua, tiga dan empat. Zikir dengan satu gerakan
dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma Allah melalui tarikan napas
panjang yang kuat, sekan dihela dari tempt yang tinggi, diikuti penekanan dari
jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga napas kembali normal. Hal
ini harus diulang secara konsisten untuk waktu yang lama.
Tarekat Qadiriyyah
Didirikan oleh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Janki al-Jailani (w. 521 H). Nasabnya sampai kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat peduli terhadap masalah pendidikan dan dakwah. Majelis taklimnya dihadiri oleh banyak kalangan ulama dan fuqaha di Irak, tempat asal al-Jailani.
Prinsip-prinsip ajaran tarekat ini di antaranya:
1. Berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Jujur dan benar.
3. Bersungguh-sungguh.
4. Berakhlaq mulia.
Dzikir wajib dalam tarekat ini adalah kalimat tauhid, dan dibaca setiap setelah selesai shalat wajib sebanyak minimal 165 kali.
Zikir dengan dua gerakan dilakukan dengan duduk dalam
posisi sholat, kemudian melantunkan asma Allah di dada sebelah kanan,
lalu di jantung, dan kesemuanya dilakukan berulang-ulang dengan intensitas
tinggi. Hal ini dianggap epektif untuk meningkatkan konsentrasi dan
meng-hilangkan rasa gelisah dan pikiran yang kacau. Zikir dengan tiga gerakan
dilakukan dengan duduk bersila dan mengulang pembacaan asma Allah di
bagian dada sebelah kanan, kemudian di sebelah kiri, dan akhirnya di jantung.
Kesemuanya ini dilakukann dengan intensitas yang lebih tiggi dan pengulangan
yang lebih sering. Sementara itu, zikir empat gerakan dilakukan dengan duduk
bersila, dengan mengucapkan asma Allah berulang-ulang di dada sebelah
kanan, kemudian di sebelah kiri, lalu ditarik ke arah jantung, dan terakhir
dibaca di depan dada. Cara terakhir ini diharapkan dapat dilakukan lebih kuat
dan lebih lama.
Praktik zikir ini dapat dilakukan bersama-sama, dibaca
dengan suara keras atau perlahan, sambil duduk membentuk lingkaran setelah
sholat, pada waktu subuh maupun malam hari. Jika seorang pengikut sanggup
melantunkan asma Allah empaat ribu kali setiap harinya, tanpa putus
selama dua bulan, dapat diharapakan dirinya telah memiliki kualifikasi untuk
meraup pengalaman spiritual tertentu.
Setelah melakukan zikir, tarekat menganjurkan untuk
melakukan apa yang disebut sebagai pas-I anfas, yakni mengatur
napas sedemikian rupa sehingga dalam proses menarik dan menghembuskan napas, asma
Allah bersirkulasi dalam tubuh secara otomatis. Kemudian, ini diikuti
dengan muraqabah atau kontemplasi. Dianjurkan untuk berkonsentrasi
padasejumlah ayat al-Qur’an atau punn sifat-sifat Ilahiah tertentu hingga
sungguh-sungguh terserap ke dalam kontemplasi.
Beberapa praktik yang dikembangkan oleh pengikut dari
generasi berikutnya mengadopsi pengaruh likal dan tidak dapat dipahami dengan
merujuk pada ide dan anjuran autentik sang Wali. Contohnya, para pengikut
Tarekat Qadiriyyah di Afrika Utara sering disebut sebagai para gilani telah
mengembangkan praktik khalwat dengan aturan-aturan yang sangat khusus.
Alang-alang ditancapkan ditumpukan batu, para wanita menyampirkan kain-kain di
situ, kemudian bersin dan styrax disulut. Baik pria maupun wanita melakukan
jenis khalwat ini dan memohon agar keinginan mereka terpenuhi.
Seiring dengan timbulnya praktik yang tidak tepat
tersebut, muncul pula pengultusan secara berlebihan di anatara
kelompok-kelompok ekstrim. Untuk mempertahankan pandangannya, mereka mengulang
ucapan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani, “seluruh berada di kakiku.” Padahal
kata-kata tersebut—saat diucapkan beliau merujuk pada suatu kondisi kebahagiaan
spiritual yang ekstrim, suatu ekspresi sang Syaikh, tanpa inpliksasi
lainnya. Namun, para pengagumnya dikemudian hari membuat tulisan untuk membela
posisinya demi memantapkan kkeunggulan posisinya di dalam heirarki spiritual.
Bahkan, ulama yang sangat kritis dan berhati-hati sekalipun, semacam Syaikh
‘Abd al-Haqq Muhaddits dari Delhi, melukiskan sang Syaikh dalam nuansa yang
dipinjam dari hagiologi yang dilebih-lebihkan tersebut. Kebesaran Syaikh ‘Abd
al-Qadir Jilani tidaklah bersandar pada keajaiban yang telah dilakukannya,
tetapi pada eksistensi kesadaran Ilahiah yang tumbuh dalam dirinya dan
dedikasinya untuk mengagungkan mistisisme Islam yang ideal, yakni menyadari
eksistensi Tuhan, menunjukan manusia pada jalan menuju-Nya, dan menghidangkan
kebahagiaan bagi hati-hati yang terluka dan jiwa-jiwa yang gelisah.
Zikir adalah kunci dan sekaligus menempati posisi yang
amat penting dalam tradisi tarekat, termasuk Tarekat Qadiriyah kerena zikir
bagaikan anak kunci yang mampu membuka pintu gerbang dunia spiritual yang tidak
terbatas. Apabila pintu hati telah terbuka, muncullan dari dalamnya
pikiran-pikiran yang arif untuk membuka mata hati. Ketika mata hati telah
terbuka, maka tampaklah sifat-sifat Allah melalui mata hati itu. Kemudian mata
hati akan melihat refleksi (bayangan) kasih sayang, kelembutan, keindahan, dan
kebaikan Aallah, dalam cemin hati yang bersih dan berkilauan.
Membaca zikir atau wirid asma Allah merupakan cara
dalam pembersihan diri untuk mencapai sifat Allah, yakni bersifat dengan
sifat-sifatnya yang mulia sehingga dapat mencapai derajat insan kamil.
Selama perluasan dan penyebarannya, tariqt qadiriyah
mengembangkan banyak ritual dan wirid, khususnya ketika menyebar di
Turki, Mesir, India, dan Afrika. Sebagian merupakan ritual yang diajarkan
oleh Sekh Abd. Al-Qadir, dan sebagian lagi merupakan penambahan yang dialakukan
kemudian simbul-simbul terkadangn di adopsi untuk menggaris bawahi keutamaan
khusus dalam tarikat ini di daerah-daerah yang berbeda. Qadiriyah Turki
mengadopsi mawar hijau sebagai simbol mereka. Ketika seorang calon murid akan
diterima di tarekat, Syekh Qadiry menyampirkan pada peti bulunya sebentuk mawar
yang terdiri dari 18 bagian dengan segel Sulaiman ditengahnya. Peti ini disebut
Taj (mahkota), hal yang amat didambakan kelompok mistik.
Tareqat Qadiriyah Mesir mempergunakan surban putih dan
panji-panji putih. Sejumlah nelayan yang menjadi pengikut tarekat ini memmbawa
jaring galah beraneka warna tatkala mengikuti prosesi. Di Maroko, sejumlah
anggota tarekat Qadiriyah melantunkan zikir diiringi instrumen musik di Zawiyah
tatkala diambil sumpahnya. Tidak luput juga sejumlah peninggalan Syekh Abd.
Al-Qadir dikeramatkan dan dibawa keberbagai wilayah. Para pengikut tarekat
Qadiriyah percaya bahwa peninggalan tersebut membawa cahaya kesucian dan
menerangi daerah-daerah mereka. Sebuah surban yang dipercaya merupakan milik
Syekh kini terdapat di daerah Ochh.
Adapun seseorang yang akan memasuki tarekat Qadiriyah,
disamping perlu mempersiapkan pembersihan diri sejak awal, setidaknya dia harus
menempuh dua fase, yaitu.
Fase pertama diawali dan diakhiri dalam satu kali
pertemuan. Jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh, memakan waktu tidak lebih
dari setengah jam. Fase ini memiliki beberapa tahapan, antara lain:
1. Pertemuan pertama antara murid dan syekh.
Dalam pertemuan ini dilakukan beberapa keharusan, seperti perjanjian, taubat,
permohonan ampun kepada Allah, taat, dan zikir.
2. Wasiat, berupa pesan-pesan syekh kepada sang
murid untuk diamalkan. pesan-pesan tersebut antara lain, menanggung derita,
pemaaf, tidak menyakiti saudara, bersungguh-sunguh mengekang hawa nafsu,
menghindari kedengkian, iri hati, dusta dan perbuatan-perbuatan keji
lainnya. Memelihara wudhu, beristigfar, dan mengucapkan shalawat Nabi.
3. Bai`at, yang berarti sang murid diterima
memasuki ajaran tarekat. Pada saat ini syekh mengatakan: “Aku telah menerimamu
sebagai murid, aku telah membai`atmu atas penerimaan ini.
4. Do`a dari syekh yang dibacakan di hadapan
sang murid. Do`a tersebut mempunyai dua corak, yaitu corak umum dan khusus.
Yaang bercorak umum:
Dan yang bercorak khusus untuk murid:
5. Segelas minuman untuk sang murid oleh Syekh
dengan dibacakan pengalaman ayat Al-Qur`an :
Kemudian syekh membaca surah Al-Fatihah dan Al-Ikhlas
3X lalu Syekh memberikan gelas yang berisikan minuman tadi untuk diminum sang
murid.
Setelah selesai fase pertama ini, sang murid telah
menjadi anggota dan berkewajiaban mengikuti ajaran syekh yang telah mengambil
sumpah darinya.
Fase kedua, sang murid memasuki tahapan perjalanan
menuju Allah dengan bantuan sekh untuk membimbing dan menyertainya selama
proses perjalanan. Fase ini dapat memakan waktu bertahun-tahun. Hal itu akan
berakhir ketika sedang murid telah nyata-nyata mandiri dari bantuan gurunya, ia
akan dianugerahi “ijazah” sebagai bukti keluhuran jiwanya. Pada saat itulah ia
diakui dan sah menjadi bagian dari para syekh. Dan Syekh akan menutup
penganugerahan tersebut dengan membaca do`a sebagai berikut:
Tarekat Qadiriyyah
Didirikan oleh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Janki al-Jailani (w. 521 H). Nasabnya sampai kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib Ra. Ia dikenal sebagai seorang yang sangat peduli terhadap masalah pendidikan dan dakwah. Majelis taklimnya dihadiri oleh banyak kalangan ulama dan fuqaha di Irak, tempat asal al-Jailani.
Prinsip-prinsip ajaran tarekat ini di antaranya:
1. Berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.
2. Jujur dan benar.
3. Bersungguh-sungguh.
4. Berakhlaq mulia.
Dzikir wajib dalam tarekat ini adalah kalimat tauhid, dan dibaca setiap setelah selesai shalat wajib sebanyak minimal 165 kali.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan