Ada tiga nama Sastrawan terkenal di sekeliling Nabi, yakni
1) Hasan Ibn Tsabit,
2) Ka'ab Ibn Malik dan
3) 'Abd Allah Ibn Rawahah.
Selain itu,
terdapat juga sejumlah nama sahabat Nabi yang mempunyai karya dalam bidang
sastra, seperti Abu Bakar al-Siddiq, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan, Ali
bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Mu'awiyah Ibn Sufyan.
Hassan bin Tsabit
Rasulullah saw seringkali memuji karya-karya Hassan bin Tsabit. Karena dengan syairnya, Hassan membela Rasulullah saw dan menangkis hinaan dan celaan orang-orang Quraisy. Bagi orang-orang Quraisy sendiri syair Hassan ibarat tombak yang merobek tabir aib dan cacat mereka sehingga mereka pun terdiam membisu tidak mampu menjawab.
Hassan bin Tsabit al-Anshari merupakan seorang sahabat yang berumur panjang, setengah umurnya dia habiskan pada masa jahiliyah dan setengah lagi dia jalani bersama Islam. Hassan adalah salah seorang penyair Arab papan atas pada masanya, setelah dia masuk Islam dia menggunakan syairnya untuk kepentingan Islam dan membela Rasulullah saw dari celaan musuh-musuh beliau, sampai-sampai beliau bersabda, “Balaslah hinaan mereka, ya Allah dukunglah dia dengan Ruhul Qudus.” Hassan wafat tahun 54 H.
Imam Muslim dalam kitab Fadhail Ashhab al-Nabi, Bab Fadhlu Hassan Ibn Tsabit meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kritiklah orang-orang Quraisy karena ia lebih berat bagi mereka daripada lemparan anak panah.” Nabi saw mengundang Ibnu Rawahah, beliau bersabda, “Kritiklah mereka.” Lalu Ibnu Rawahah melakukan tetapi tidak memuaskan Rasulullah saw.
Kemudian Nabi beliau meminta Kaab
bin Malik, namun Rasul pun belum merasa puas. Maka datanglah Hassan bin Tsabit,
Rasulullah pun berkata, “Saatnya bagi kalian mengutus kepada singa yang memukul
dengan ekornya ini.” Hassan pun termenung sejenak mencari inspirasi, tak lama
kemudian lidahnya bergerak dan dia berkata, “Demi dzat yang mengutusmu dengan
kebenaran, aku akan mencincang mereka dengan lisanku seperti kulit yang
dicincang.” Rasulullah saw bersabda, “Jangan terburu-buru, Abu Bakar adalah
orang Quraisy yang paling mengetahui nasab Quraisy, nasabku berasal dari
mereka, biarkan Abu Bakar menjelaskan nasabku kepadamu.” Lalu Hassan datang
kepada Abu Bakar, kemudian dia kembali dan berkata, “Ya Rasulullah, dia telah
menjelaskan nasabmu kepadaku, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku
akan mengeluarkanmu dari mereka seperti sehelai rambut yang dikeluarkan dari
adonan.” Aisyah berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda kepada Hassan, “Sesungguhnya
Ruhul Qudus selalu mendukungmu selama kamu membela Allah dan rasulNya.”
Aisyah berkata, aku mendengar
Rasulullah saw bersabda, “Hassan mengkritik mereka dan mereka terdiam tanpa
mampu membalas.” Hassan berkata,
Kamu menghina Muhammad
maka aku membelanya
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu
Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji
Sesungguhnya bapakku, ibuku dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian
Aku kehilangan anak perempuanku jika kalian tidak melihat
Kuda-kuda kami mengepulkan debu di dataran Kada`
Kuda-kuda itu terbang berlomba dengan tali kekangnya
Dengan tombak haus darah yang terhunus di balik lehernya
Kuda-kuda kami terus berpacu dengan kencang
Membuat para wanita mengibaskan debu dari kerudung mereka
Jika mereka membiarkan maka kami berumrah
Dan itulah kemenangan serta tersingkapnya tabir
Jika tidak maka hadapilah peperangan suatu hari
Di mana Allah akan memuliakan siapa yang Dia kehendaki
Allah berfirman, Aku telah mengutus seorang hamba
Yang berkata benar tanpa ada kesamaran
Allah berfirman, Aku telah mengirim pasukan
Orang-orang Anshar yang terbiasa berperang
Apakah orang yang menghina Rasulullah dari kalian
Dengan orang yang memuji dan menolongnya adalah sama
Jibril Utusan Allah ada di pihak kami
Ruhul Qudus yang tidak memilki tandingan.
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu
Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji
Sesungguhnya bapakku, ibuku dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian
Aku kehilangan anak perempuanku jika kalian tidak melihat
Kuda-kuda kami mengepulkan debu di dataran Kada`
Kuda-kuda itu terbang berlomba dengan tali kekangnya
Dengan tombak haus darah yang terhunus di balik lehernya
Kuda-kuda kami terus berpacu dengan kencang
Membuat para wanita mengibaskan debu dari kerudung mereka
Jika mereka membiarkan maka kami berumrah
Dan itulah kemenangan serta tersingkapnya tabir
Jika tidak maka hadapilah peperangan suatu hari
Di mana Allah akan memuliakan siapa yang Dia kehendaki
Allah berfirman, Aku telah mengutus seorang hamba
Yang berkata benar tanpa ada kesamaran
Allah berfirman, Aku telah mengirim pasukan
Orang-orang Anshar yang terbiasa berperang
Apakah orang yang menghina Rasulullah dari kalian
Dengan orang yang memuji dan menolongnya adalah sama
Jibril Utusan Allah ada di pihak kami
Ruhul Qudus yang tidak memilki tandingan.
Hassan ibnu Tsabit - Penyair pembela Rasulullah
Ibnu Abuz Zanad meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu
Hurairah r.a, dari Aisyah r.a, bahawa Rasulullah S.a.w telah meletakkan
sebuah mimbar di dalam masjid khusus buat Hassan ibnu Tsabit r.a, tempat untuk
bersyair bagi membela Rasulullah S.a.w; dan Rasulullah S.a.w berdoa untuknya;
"Ya Allah, perkuatkanlah Hassan dengan Ruhul Qudus
(Malaikat Jibril), sebagaimana dia berjuang membela Nabi-Mu (melalui
syair-syairnya)."
Lafaz hadis ini yang dari Imam Bukhari secara ta'liq.
Akan tetapi, Imam Abu Daud meriwayatkannya pula di dalam kitab Sunan-nya dari
Ibnu Sirin, dan Imam Turmudzi meriwayatkannya dari Ali ibnu Hujr dan Ismail
ibnu Musa Al-Fazzari. Ketiga-tiganya mengenengahkan hadis ini dari Abu Abdur
Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya dan Hisyam ibnu Urwah; keduanya
meriwayatkan hadis ini dari Urwah, dari Aisyah dengan lafaz yang sama. Imam
Turmudzi mengatakan bahawa sanad hadits ini berstatus hasan atau sahih, yakni
hadits Abuz Zanad.
Di dalam kitab Shahihain disebutkan dari hadits Sufyan
ibnu Uyainah, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu
Hurairah r.a, bahawa Khalifah
Umar ibnul Khattab melewati Hassan ibnu Tsabit yang sedang
mendendangkan syair di dalam masjid, maka Umar
r.a mendesaknya, lalu Hasan berkata,
"Sesungguhnya aku pernah mendendangkan syair di
dalam masjid ini, sedangkan di dalamnya terdapat orang yang lebih baik daripada
kamu (yakni Nabi Saw.)."
Kemudian Umar
ibnul Khattab r.a. menoleh kepada Abu Hurairah dan berkata, "Kumohon
atas nama Allah, pernahkah engkau mendengar Rasulullah S.a.w bersabda;
"Perkenankanlah bagiku, ya Allah, kuatkanlah dia
(Hassan) dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril)?"
Maka Abu Hurairah menjawab, "Allahumma, na'am
(ya)."
Menurut sebahagian riwayat, Rasulullah S.a.w pernah
bersabda kepada Hassan;
"Seranglah mereka atau hinakanlah mereka dengan
syairmu, semoga Jibril membantumu."
Di dalam syair Hassan terdapat ucapan berikut;
Dan Jibril utusan Allah berada bersama kami,
dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.
dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.
[Imam Ibnu Katsir - Tafsir Ibnu Katsir, surah al-Baqarah
: ayat 87]
Rasulullah tidak pandai bersyair, dan benci syair yang melalaikan
"Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad), dan bersyair itu tidak layak baginya, yang Kami wahyukan kepadanya itu tidak lain melainkan nasihat pengajaran dan Kitab Suci yang memberi penerangan." [Surah Yasin : ayat 69]
Allah memberitahu bahawa Dia tidak mengajari Nabi Muhammad S.a.w syair. Yakni, syair itu bukan bakatnya sehingga dia bukanlah ahli, tidak menyukai, dan tidak menjadi tuntutan nalurinya. Kerana itu ada hadits yang mengungkapkan bahawa Nabi S.a.w tidak mampu menggubah satu bait pun. Bahkan, bila baginda S.a.w menyenandungkannya, malah mengubah nadanya atau baginda tidak menyelesaikannya.
Said ibnu Abi Urwah meriwayatkan dari Qatadah, Aisyah r.a ditanya, "Apakah Rasulullah S.a.w pernah menyenandungkan syair?" Aisyah menjawab, "Syair (yang buruk) merupakan pembicaraan yang sangat dibencinya. Memang beliau pernah menyenandungkan sebuah bait karya saudara Bani Qais. Namun beliau menjadikan permulaannya sebagai akhir dan akhirnya sebagai permulaan. Kemudian Abu Bakr r.a berkata, "Wahai Rasulullah, puisi itu bukan begitu." Kemudian beliau bersabda, "Demi Allah, aku bukan seorang penyair dan syair itu tidak layak bagiku." [HR Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir]
Namun ada pula syair yang disyariatkan, iaitu yang ditujukan untuk mengejek kaum Musyrik. Puisi sedemikian digubah oleh penyair Islam seperti Hassan ibnu Tsabit, Ka'ab ibnu Malik, Abdullah ibnu Rawahah dan sebagainya. Semoga Allah meredhai mereka semua. Di dalam syair (puisi) pun terdapat hikmah, nasihat dan etika, sebagaimana isi sebegini pun dijumpai dalam syair-syair jahiliyah, di antaranya dalam syair Umayah ibnu Abi ash-Shalut yang dikomen oleh Rasulullah S.a.w dengan, "Syairnya beriman, namun hatinya kafir."
[Imam Ibnu Katsir - Tafsir Ibnu Katsir, surah Yasin : ayat 69]
"Dan ahli-ahli syair itu, diturut oleh golongan yang sesat. Tidakkah engkau melihat mereka merayau-rayau dengan tidak tentu hala di tiap-tiap lembah (khayal dan angan-angan kosong)? Dan mereka memperkatakan apa yang mereka tidak melakukannya. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (dari kalangan penyair-penyair itu), dan mereka pula mengingati Allah banyak-banyak, serta mereka membela diri sesudah mereka dianiaya, dan (ingatlah), orang-orang yang melakukan sebarang kezaliman, akan mengetahui kelak ke tempat mana mereka akan kembali." [Surah as-Syua'raa' : ayat 224 - 227]
Rasulullah tidak pandai bersyair, dan benci syair yang melalaikan
"Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad), dan bersyair itu tidak layak baginya, yang Kami wahyukan kepadanya itu tidak lain melainkan nasihat pengajaran dan Kitab Suci yang memberi penerangan." [Surah Yasin : ayat 69]
Allah memberitahu bahawa Dia tidak mengajari Nabi Muhammad S.a.w syair. Yakni, syair itu bukan bakatnya sehingga dia bukanlah ahli, tidak menyukai, dan tidak menjadi tuntutan nalurinya. Kerana itu ada hadits yang mengungkapkan bahawa Nabi S.a.w tidak mampu menggubah satu bait pun. Bahkan, bila baginda S.a.w menyenandungkannya, malah mengubah nadanya atau baginda tidak menyelesaikannya.
Said ibnu Abi Urwah meriwayatkan dari Qatadah, Aisyah r.a ditanya, "Apakah Rasulullah S.a.w pernah menyenandungkan syair?" Aisyah menjawab, "Syair (yang buruk) merupakan pembicaraan yang sangat dibencinya. Memang beliau pernah menyenandungkan sebuah bait karya saudara Bani Qais. Namun beliau menjadikan permulaannya sebagai akhir dan akhirnya sebagai permulaan. Kemudian Abu Bakr r.a berkata, "Wahai Rasulullah, puisi itu bukan begitu." Kemudian beliau bersabda, "Demi Allah, aku bukan seorang penyair dan syair itu tidak layak bagiku." [HR Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir]
Namun ada pula syair yang disyariatkan, iaitu yang ditujukan untuk mengejek kaum Musyrik. Puisi sedemikian digubah oleh penyair Islam seperti Hassan ibnu Tsabit, Ka'ab ibnu Malik, Abdullah ibnu Rawahah dan sebagainya. Semoga Allah meredhai mereka semua. Di dalam syair (puisi) pun terdapat hikmah, nasihat dan etika, sebagaimana isi sebegini pun dijumpai dalam syair-syair jahiliyah, di antaranya dalam syair Umayah ibnu Abi ash-Shalut yang dikomen oleh Rasulullah S.a.w dengan, "Syairnya beriman, namun hatinya kafir."
[Imam Ibnu Katsir - Tafsir Ibnu Katsir, surah Yasin : ayat 69]
"Dan ahli-ahli syair itu, diturut oleh golongan yang sesat. Tidakkah engkau melihat mereka merayau-rayau dengan tidak tentu hala di tiap-tiap lembah (khayal dan angan-angan kosong)? Dan mereka memperkatakan apa yang mereka tidak melakukannya. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (dari kalangan penyair-penyair itu), dan mereka pula mengingati Allah banyak-banyak, serta mereka membela diri sesudah mereka dianiaya, dan (ingatlah), orang-orang yang melakukan sebarang kezaliman, akan mengetahui kelak ke tempat mana mereka akan kembali." [Surah as-Syua'raa' : ayat 224 - 227]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan