KARYA BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM KITABNYA “RISALAH NUR”
“Shalat adalah tiang agama”
Shalat adalah Sarana Istirahat Paling Besar bagi Roh, Kalbu,
dan Akal
“Shalat adalah tiang agama”
Jika engkau
ingin mengetahui nilai dan pentingnya shalat serta betapa
ia sangat
mudah diraih, sementara orang yang tidak menunaikan
shalat akan
merugi, jika engkau ingin mengetahui semua itu dengan
yakin
sebagaimana hasil perkalian dua kali dua sama dengan empat,
maka
perhatikan cerita imajiner yang singkat berikut ini:
Pada suatu
hari, seorang penguasa agung mengirim dua orang
pelayannya
ke ladangnya yang indah setelah masing-masing diberi
dua puluh
empat koin emas agar bisa sampai ke ladang yang sejauh
dua bulan
perjalanan. Penguasa ini berkata, “Keluarkan darinya untuk
biaya tiket
dan keperluan perjalanan lainnya. Lalu ambillah apa yang
kau
butuhkan untuk
keperluan hidup di sana. Ada sebuah terminal untuk
para
musafir yang jaraknya sejauh satu hari perjalanan. Di dalamnya
terdapat
semua bentuk dan sarana transportasi seperti mobil, pesawat,
kapal laut,
dan kereta. Pilihlah sarana transportasi sesuai dengan
modalmu.
Setelah
menerima perintah, kedua pelayan itu pun keluar. Yang satu
bahagia,
karena sampai ke terminal ia hanya mengeluarkan sedikit
wang untuk bisnis yang
menguntungkan yang disenangi oleh tuannya.
Modalnya langsung
meningkat, dari satu menjadi seribu. Adapun pelayan
yang lain,
malang dan bodoh. Ia mengeluarkan dua puluh tiga
koin emas
yang dimiliki untuk bermain-main dan berjudi. Ketika
sampai di
terminal yang tersisa hanya satu koin emas.
Mengetahui
kondisi tersebut, sahabatnya berkata, “Wahai pulan,
satu koin
emas yang tersisa itu harus kau belikan tiket perjalanan agar
engkau
tidak berjalan kaki dan menderita kelaparan. Tuan kita sangat
pemurah dan
penyayang. Semoga ia melimpahkan rahmatnya padamu
dan
mengampuni kesalahanmu, sehingga mereka membolehkanmu
naik
pesawat agar kita bisa sampai ke tempat pada hari yang sama. Jika
tidak,
engkau harus terus berjalan kaki melintasi padang pasir ini selama
dua bulan
disertai rasa lapar ditambah dengan rasa kesepian yang
kau alami
sepanjang perjalanan panjang tersebut.
Lihatlah,
andaikan orang tersebut keras kepala, tidak membeli
tiket
perjalanan yang laksana kunci perbendaharaan baginya dengan
satu lira
yang tersisa itu dan menggunakannya untuk memperturutkan
syahwatnya
yang bersifat sementara dan untuk memenuhi kenikmatan
yang segera
lenyap. Bukankah ini berarti ia malang dan merugi serta
betul-betul
bodoh. Bukankah ia merupakan orang yang paling tolol?
Wahai orang
yang tidak menunaikan shalat, wahai jiwa yang merasa
berat untuk
mengerjakannya!
Sang
penguasa yang dimaksud adalah Tuhan dan Pencipta kita.
Adapun
kedua pelayan yang melakukan perjalanan itu, salah satunya
adalah
orang taat yang menjalankan agama dan menunaikan shalat dengan
penuh
kerinduan. Sementara yang satunya lagi adalah orang yang
lalai dan
meninggalkan shalat. Lalu uang koin emas yang sebanyak
dua puluh empat
tersebut adalah dua puluh empat jam dari setiap hari usia
manusia.
Kebun dan ladangnya berupa surga dan terminalnya berupa
kubur.
Perjalanan panjangnya adalah perjalanan manusia menuju kubur,
mahsyar,
dan negeri keabadian. Mereka yang meniti jalan panjang
ini
menempuhnya dalam tingkatan yang berbeda-beda. Masing-masing
sesuai
dengan amal dan tingkat ketakwaan. Kaum bertakwa menempuh
perjalanan
sejauh seribu tahun hanya dalam satu hari laksana kilat. Sebagian
lagi
menempuh jarak lima ribu tahun perjalanan hanya dalam
sehari
secepat khayalan. Al-Qur’an menjelaskan hakikat ini dalam dua
ayat. Kemudian
yang dimaksud dengan tiketnya adalah shalat. Satu jam
cukup untuk
melaksanakan shalat lima waktu berikut wudhunya. KaAl-
rena itu,
sungguh rugi orang yang menghabiskan dua puluh tiga jamnya
untuk
kehidupan dunia yang singkat ini dan tidak menghabiskan satu
jam sisanya
untuk kehidupan abadi. Sungguh ia sangat zalim terhadap
dirinya dan
sungguh sangat bodoh.
Jika
tindakan menghabiskan setengah harta untuk judi yang diikuti
lebih dari
seribu orang dianggap sebagai sesuatu yang rasional
padahal kemungkinan
menangnya satu banding seribu, bagaimana dengan
orang yang
tidak mau mengeluarkan satu saja dari kedua puluh empat
asetnya
untuk mendapatkan keuntungan yang terjamin serta untuk
meraih
kekayaan abadi di mana kemungkinan untungnya sembilan puluh
sembilan
persen. Bukankah ini tidak rasional dan sama sekali tidak
bijak?
Bukankah setiap orang berakal dapat memahami hal tersebut?
Shalat
merupakan kelapangan terbesar bagi roh, kalbu, dan akal. Ia
juga sama
sekali tidak memenatkan badan. Lebih dari itu, seluruh perbuatan
duniawi
yang bersifat mubah yang dikerjakan oleh orang yang
mengerjakan
shalat bernilai ibadah jika dilakukan dengan niat yang
baik. Jadi,
orang yang shalat dapat mengubah semua modal umurnya
untuk akhirat
sehingga ia meraih usia yang kekal lewat usianya yang
fana.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan