(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Hari Ahad, 7 Syawal tahun 545 Hijriyah di Ribathnya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai Allah,
limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, dan tuangkanlah kesabaran
atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari
orang-orang kafir.
Wahai
manusia bersabarlah, karena dunia seluruhnya
berupa ujian dan cobaan. Tiada nikmat kecuali disertai sakit, tiada kelapangan
kecuali disertai sempit, Berikan dunia dalam hidupmu dan perolehlah bagian
darinya melalui dasar-dasar syari’at. Karena ia merupakan penawar dalam
pendapatan dunia yang engkau ambil.
Wahai
sahaya, ambillah bagianmu melalui ketentuan
hukum jika engkau benar-benar murid, dan ambillah dengan tangan perintah, jika
engkau termasuk orang benar, dan engkau ambil dengan tangan melalui komando
Allah jika engkau orang-orang yag patuh
terhadap perintah Allah.
Kebenaran ada tiga macam; umum, khusus
dan terkhusus (Khosul khas).
Umum (al’m) adalah muslim yang bertaqwa,
ia menggenggam syari’at dengan kuast, menetapkan syari’at dan tidak
melepaskannya. Ia beramal atas dasar firman Allah :
“Dan apapun yang diberikan oleh Rasul
kepadamu, maka ambillah, dan apa pun yang Kami larang untukmu, maka jauhilah.”
Bila hal ini sempurna dalam haq-Nya,
beramal untuk-Nya, lahir dan batin, jadilah semua itu bercahaya yang mampu
menembus Dia. Jika sesuatu diambil darinya melalui syari’at hati tidak
menghiraukan, bahkan ia mencintai ilham dari Al-Haq, karena ilham-Nya ada pada
setiap sesuatu. Friman Allah :
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaan.” (Q.S. Asy-Syams :88).
Maka, takutlah (bergetarlah) hatinya
ketika melihat ilham Al-Haq dan tanda-tandanya dalam bentuk lahirnya sesuatu.
Dan dia bawa apa yang ada dalam pos-pos hidup ini jadi kekuasaannya, kemudian
ia kembali dan ccahaya hati menyinari melihat apa yang terjadi dalam jiwanya –
ini terjadi setelah pelaksanaan syari’at, setelah teguh Iman dan tauhidnya –
setelah hati keluar dari percaturan dunia dan makhluk lain...................
cahaya iman datang kepadanya. Yaitu cahaya kedekatan dengan Tuhan, cahaya amal dan
cahaya sabar, cahaya tatakrama dan cahaya ketenangan. Semua ini terjadi setelah
syari’at datang menetap.
Adapun abdal mereka disebut “khowasul
khos”, mereka berfatwa berdasar syariat, kemudian melihat perintah Allah,
perbuatannya, pergerakannya dan ilhamnya. Maka apa pun yang berada di belakang
ini adalah kebinasaan di atas kebinassaan, derita di atas derita, haram di atas
haram, berputar pada pupus agama, penyakit hati dan kekeringan tubuhnya.
Wahai manusia,
pemberian Dia padamu adalah untuk dilihat; apa yang kamu lakukan, apa kamu
tetap seperti semula atau lebih bertingkah? Bersedekah atau berdusta?
Barangsiapa tdiak menetapi ketentuan-Nya tidak da persahabatan atau kecocokan
dengan Dia. Barangsiapa tidak rela atas ketentuan Dia berarti tidak rela pula kepada-Nya,
siapa tidak memberi niscaya tidak diberi, siapa tidak mencela tentu tidak
terhinggapi dosa cela.
Wahai si dungu,
engkau ingin meorbah dan mengganti
kehendak Dia, apa engkau mengaku Tuhan ke dua—setelah Dia – lalu memaksa Allah
agar mempersusiakan hal ini atas kebalikannya semata dengan keingkaranmu kepada
Al-Haq. Jika keberadaanmu munkar atas jiwamu, kuasakah engkau ingkari diri
selain dirimu. Kepatian imanmu yang kuat bisa melenyapkan munkar dalam jiwa.
Dan kepastian sifat lemahmu mendudukkan (menetapkan) kamu di pos-pos dan
membisukanmu untuk melenyapkannya. Keteguhan iman adalah ketetapannya kala
berbentur dengan setan jin dan manusia, juga kokoh saat ujian datang meliputi
siksa dan cobaan. Ketuhan imanmu tidak ada ketetapan baginya, karena itu engkau
jangan tinggalkan iman. Bencilah semua keberadaan ini dan cintailah sang
Pencipta. Segala keberadaan ini jika dikehendaki akan membaut dirimu cinta
terhadap sesuatu dari sesuatu yang engkau benci. Hendaknya engkau menjaga diri
darinya, karena ia tercinta untukmu. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling kucintai dari dunia ini ada
tiga; wewangian, wanita, dan perhatianku dalam shalat.”
Cintailah ia setelah benci, tingglkan
zuhud dan berpaling darinya; maka usai sudah hatimu dari selain Dia, sehingga
Dia mencintai kemu atas sesuatu yang dikehendaki dari hal itu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan