(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Jum’at 15 Syawal 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murah,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Hati manusia yang jernih dan suci itu tidak ingat
makhluk, Ingatannya menuju Allah, lupa dunia ingat akhirat, lupa apapun yang
berada di sekitarmu dan ingat apa yang berada di hadapan-Nya. Engkau tertutup
dari mereka dan semua yang ada pada mereka ada padanya. Mereka sibuk dengan urusan
dunia daripada akhirat. Mereka tinggalkan rasa malu. Terhadap Tuhan mereka
tidak malu; terimalah nasihat saudaramu yang beriman dan jangan berselisih
dengannya. Karena ia melihat kamu dalam sesuatu yang tidak engkau lihat adalam
jiwamu sendiri.
Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Orang beriman menjadi cermin orang beriman.” (Riwayat Abu Daud)
Orang beriman memberi nasihat yang benar kepada
sesamamnya (Mu’min), dan menunjukkan sesuatu yang tersimpan apdanya. Ia pandai
membedakan antara baik dan buruk. Maha suci penuntun hatiku menjadikan aku
penasehat makhluk dan menjadikan untukku sebesar-bessar himah. Sesungguhnya kau
penasehat, aku tidak butuh balsan kebaikan itu. Akhiratku aku hasilkan di
hadapan Tuhan. Aku bukan pengejar dunia, aku juga bukan penghamba akhirat,
dunia dan segala apa pun selain Al-Haq. Aku tidak akan bersembah diri kecuali
untuk Dia semata, ya untuk Dzat Mahasatu yang Qadim. Sesungguhnya kerianganku
menguntungkan kamu dan kesedihanku menghancurkanmu.
Wahai
manusia, tanggalkan rasa besar diri di hadapan
Allah, juga terhadap ciptaan-Nya. Ketahuilah ketentuan manusia, rendahkan
jiwamu. Semula engkau nutfah dari air hina, dan akhirmu jadi bangkai yang
busuk. Engkau jangan sesekali termasuk orang loba (khirash) dan pemburu nafsu,
membawa hawa nafsu ke pintu para penguasa untuk penghasilan dari mereka – yang
tidak dibagikan untukmu – dengan tingkah hina dan rendah. Sabda Nabi saw. :
“Teramat
pedih siksa Allah bagi hamba-Nya yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan
untuknya.”
Celaka engkau, wahai pembodoh ketentuan yang
ditetapkan. Apakah engkau mengira bahwa bangunan dunia mampu memberimu sesuatu
yang tidak dibagikan untukmmu. Sesungguhnya kehendak seperti ini adalah bujuk
rayu setan yang bersamayam dalam kalbu dan otakmu. Bukankah engkau hamba Allah
yang lemah? Engkau hanyalah hamba (penyembah) nafsu setan, penyemabha pangkat,
penyembah uang. Perangainya niscaya engkau lihat membawa keberuntungan sehingga
menguntungkan jalanmu. Di antara ulama berkata “Siapa tidak melihat orang
beruntung maka ia tidak beruntung.” Engkau lihat orang beruntung, tapi hanya
engkau lihat melalui mata kepalamu, bukan dengan mata hatimu atau dengan
penglihatan sirr (dimensi ketiga). Imanmu hanya iman yang tidak lekat dengan
jiwa. Maka tidak bisa tidak bashirahmu yang bisa untuk melihat itu padam.
Firman-Nya :
“Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada
di dalam dada ( Q.S.Al-Haj : 46).
Rakus merebut dunia dari punya orang lain, menjual
agama dengan harga rendah, yang nampak dengan yang fana, itu menjadi hoby mu..
selagi engkau kurang iman... maka perdekatlah kamu, perbaikilah kehidupanmu
sampai orang lain tidak engkau butuhkan. Bila imanmu kuat dan sempurna
mendekatlah kamu dengan pasrah di hdapan Allah dan melepaskan causalita, memutuskan
tuhan-tuhan, melepaskan diri dari segala keberadaan ini melalui hati. Bebaskan
hatimu dari tahan tumpahmu, keluarga, harta duniamu dan terhadap apa saja yang
engkau lihat. Serahkan apa yang ada dalam genggamanmu untuk keperluan famili,
teman dan saudaramu. Jadilah engkau seakan-akan rajapati telah mencabut
nyawamu, seakan-akan sambar nyawa telah menyambar nyawamu, seakan bumi menganga
menelanmu, seakan gelombang dahsyat menyedotmu ke dalam lautan dan
menenggelamkanmu. Barangsiapa ssampai ke maqam ini niscaya causalit tidak
berpengaruh bagimu. Karena keberadaan itu hanya menurut pandangan lahiriah saja
dan bbukan menurut alam batiniahnya.
Wahai
manusia, bila engkau tidak mampu melintasi apa
yang ku jelaskan ... mencoba lepas dari causalita (lingkaran sebab) dan
bergantung kepadanya yang kau ikuti dengan hati dari segala penjuru .. maka
dirimu berada pada lapisan atas, tapi bukan lapisan atas itu. Bila engkau tidak
mampu melaksanakan tersebut, maka tiada yang lebih kecil daripada sebahagian.
Nabi saw. bersabda :
“Lepaslah dari kepentingan dunia, semampumu.” (Riwayat Baihaqi)
Wahai
sahaya, bila saja engkau mampu lepas dari keterjepitan
dunia lakukanlah. Jika tidak mampu maka bersegeralah dengan hatimu mengadu
kepada Tuhan, dab bergantunglah di bawah rakhmat-Nya sampai keterjepitanmu dari
dunia longgar untukmu dan lepas dari hatimu. Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Di tangan-Nya tergenggam segala sesuatu. Dapatkan pintu-Nya. Pintalah
agar membersihkan hatimu dari yanglain. Penuhilah Dia dengan iman, ma’rifat,
ilmu dan berkarya. Pintalah Dia agar memberimu yaqin dan berjinak hati
dengan-Nya, dan agar menyibukkan setiap organ tubuhmu dengan ta’at kepada-Nya.
Carilah setiap hal itu dari-Nya jangan dari yang lain.
Wahai
sahaya, kelincahan lisan tanpa dibarengi amalan hati tidak
akan mampu mengajakmu sampai kepada Allah. Perjalanan itu hanya perjalanan
hati, kedekatan itu hanya kedekatan sirr, amal itu hanyalah amal yang
berfungsi, serta menjaga hukum syari’at melalui anggota tubuhmu, serta berendah
diri untuk beribadah. Barangsiapa jadikan lisannya sebagai tolok pengukur, maka
ia tidak punya ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada
amal baginya. Usahakan beramal dengan tersembunyi, jangan engkau tampakkan
secara terang-terangan kecuali amalan wajib—yang tidak bisa tidak harus
ditampakkan – hukum-hukum dasar itu telah mendahuluimu. Maka tidak berguna
hukum ciptaanmu untuk kau terapkan di atas bangunan yang menadasarinya. Bila
bangunan bergeser sedang dasar telah diletakkan (hukum) maka kuatlah bangunan
itu dengan megah, tidak kenal ikhlas, tiada amal baginya. Hukumlah amalan dasar
dengan tauhid dan ikhlas, lalu bangunlah amalan berdasar kekuatan daya Allah;
bukan atas dasar daya kekuatanmu. Kekuatan tauhid itu pembangun, bukan kekuatan
syirikdan munafik. Pentauhid adalah orang yang mengangkat kemampuan amalannya
semaksimal, sedang orang munafik tidak demikian. Wahai Allah jauhkan antara
kita dan orang munafik meliputi segala laku kita.
“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan
kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan