Catatan Popular

Khamis, 31 Ogos 2017

KITAB FATUR RABBANI WACANA 6 : PERLUNYA SEORANG MUKMIN NASIHATI SAUDARANYA

(Percikan Cahaya Ilahi)

SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI

Jum’at 15 Syawal 545 Hijriyah di Madrasah Al Ma’murah,

Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Hati manusia yang jernih dan suci itu tidak ingat makhluk, Ingatannya menuju Allah, lupa dunia ingat akhirat, lupa apapun yang berada di sekitarmu dan ingat apa yang berada di hadapan-Nya. Engkau tertutup dari mereka dan semua yang ada pada mereka ada padanya. Mereka sibuk dengan urusan dunia daripada akhirat. Mereka tinggalkan rasa malu. Terhadap Tuhan mereka tidak malu; terimalah nasihat saudaramu yang beriman dan jangan berselisih dengannya. Karena ia melihat kamu dalam sesuatu yang tidak engkau lihat adalam jiwamu sendiri.
Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Orang beriman menjadi cermin orang beriman.” (Riwayat Abu Daud)
Orang beriman memberi nasihat yang benar kepada sesamamnya (Mu’min), dan menunjukkan sesuatu yang tersimpan apdanya. Ia pandai membedakan antara baik dan buruk. Maha suci penuntun hatiku menjadikan aku penasehat makhluk dan menjadikan untukku sebesar-bessar himah. Sesungguhnya kau penasehat, aku tidak butuh balsan kebaikan itu. Akhiratku aku hasilkan di hadapan Tuhan. Aku bukan pengejar dunia, aku juga bukan penghamba akhirat, dunia dan segala apa pun selain Al-Haq. Aku tidak akan bersembah diri kecuali untuk Dia semata, ya untuk Dzat Mahasatu yang Qadim. Sesungguhnya kerianganku menguntungkan kamu dan kesedihanku menghancurkanmu.

Wahai manusia, tanggalkan rasa besar diri di hadapan Allah, juga terhadap ciptaan-Nya. Ketahuilah ketentuan manusia, rendahkan jiwamu. Semula engkau nutfah dari air hina, dan akhirmu jadi bangkai yang busuk. Engkau jangan sesekali termasuk orang loba (khirash) dan pemburu nafsu, membawa hawa nafsu ke pintu para penguasa untuk penghasilan dari mereka – yang tidak dibagikan untukmu – dengan tingkah hina dan rendah. Sabda Nabi saw. :
“Teramat pedih siksa Allah bagi hamba-Nya yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan untuknya.”
Celaka engkau, wahai pembodoh ketentuan yang ditetapkan. Apakah engkau mengira bahwa bangunan dunia mampu memberimu sesuatu yang tidak dibagikan untukmmu. Sesungguhnya kehendak seperti ini adalah bujuk rayu setan yang bersamayam dalam kalbu dan otakmu. Bukankah engkau hamba Allah yang lemah? Engkau hanyalah hamba (penyembah) nafsu setan, penyemabha pangkat, penyembah uang. Perangainya niscaya engkau lihat membawa keberuntungan sehingga menguntungkan jalanmu. Di antara ulama berkata “Siapa tidak melihat orang beruntung maka ia tidak beruntung.” Engkau lihat orang beruntung, tapi hanya engkau lihat melalui mata kepalamu, bukan dengan mata hatimu atau dengan penglihatan sirr (dimensi ketiga). Imanmu hanya iman yang tidak lekat dengan jiwa. Maka tidak bisa tidak bashirahmu yang bisa untuk melihat itu padam. Firman-Nya :
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada ( Q.S.Al-Haj : 46).
Rakus merebut dunia dari punya orang lain, menjual agama dengan harga rendah, yang nampak dengan yang fana, itu menjadi hoby mu.. selagi engkau kurang iman... maka perdekatlah kamu, perbaikilah kehidupanmu sampai orang lain tidak engkau butuhkan. Bila imanmu kuat dan sempurna mendekatlah kamu dengan pasrah di hdapan Allah dan melepaskan causalita, memutuskan tuhan-tuhan, melepaskan diri dari segala keberadaan ini melalui hati. Bebaskan hatimu dari tahan tumpahmu, keluarga, harta duniamu dan terhadap apa saja yang engkau lihat. Serahkan apa yang ada dalam genggamanmu untuk keperluan famili, teman dan saudaramu. Jadilah engkau seakan-akan rajapati telah mencabut nyawamu, seakan-akan sambar nyawa telah menyambar nyawamu, seakan bumi menganga menelanmu, seakan gelombang dahsyat menyedotmu ke dalam lautan dan menenggelamkanmu. Barangsiapa ssampai ke maqam ini niscaya causalit tidak berpengaruh bagimu. Karena keberadaan itu hanya menurut pandangan lahiriah saja dan bbukan menurut alam batiniahnya.

Wahai manusia, bila engkau tidak mampu melintasi apa yang ku jelaskan ... mencoba lepas dari causalita (lingkaran sebab) dan bergantung kepadanya yang kau ikuti dengan hati dari segala penjuru .. maka dirimu berada pada lapisan atas, tapi bukan lapisan atas itu. Bila engkau tidak mampu melaksanakan tersebut, maka tiada yang lebih kecil daripada sebahagian.
Nabi saw. bersabda :
“Lepaslah dari kepentingan dunia, semampumu.” (Riwayat Baihaqi)

Wahai sahaya, bila saja engkau mampu lepas dari keterjepitan dunia lakukanlah. Jika tidak mampu maka bersegeralah dengan hatimu mengadu kepada Tuhan, dab bergantunglah di bawah rakhmat-Nya sampai keterjepitanmu dari dunia longgar untukmu dan lepas dari hatimu. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Di tangan-Nya tergenggam segala sesuatu. Dapatkan pintu-Nya. Pintalah agar membersihkan hatimu dari yanglain. Penuhilah Dia dengan iman, ma’rifat, ilmu dan berkarya. Pintalah Dia agar memberimu yaqin dan berjinak hati dengan-Nya, dan agar menyibukkan setiap organ tubuhmu dengan ta’at kepada-Nya. Carilah setiap hal itu dari-Nya jangan dari yang lain.

Wahai sahaya, kelincahan lisan tanpa dibarengi amalan hati tidak akan mampu mengajakmu sampai kepada Allah. Perjalanan itu hanya perjalanan hati, kedekatan itu hanya kedekatan sirr, amal itu hanyalah amal yang berfungsi, serta menjaga hukum syari’at melalui anggota tubuhmu, serta berendah diri untuk beribadah. Barangsiapa jadikan lisannya sebagai tolok pengukur, maka ia tidak punya ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada amal baginya. Usahakan beramal dengan tersembunyi, jangan engkau tampakkan secara terang-terangan kecuali amalan wajib—yang tidak bisa tidak harus ditampakkan – hukum-hukum dasar itu telah mendahuluimu. Maka tidak berguna hukum ciptaanmu untuk kau terapkan di atas bangunan yang menadasarinya. Bila bangunan bergeser sedang dasar telah diletakkan (hukum) maka kuatlah bangunan itu dengan megah, tidak kenal ikhlas, tiada amal baginya. Hukumlah amalan dasar dengan tauhid dan ikhlas, lalu bangunlah amalan berdasar kekuatan daya Allah; bukan atas dasar daya kekuatanmu. Kekuatan tauhid itu pembangun, bukan kekuatan syirikdan munafik. Pentauhid adalah orang yang mengangkat kemampuan amalannya semaksimal, sedang orang munafik tidak demikian. Wahai Allah jauhkan antara kita dan orang munafik meliputi segala laku kita.

“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tiada ulasan: