(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Ahad pagi , 16 Dzulqaidah tahun 545
Hijriyah di Pondoknya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Allah telah memberikan untukmu berupa dua
perlawananan; lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi
nafsu, hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan
meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu :
usaha untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan
kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh
mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad
batini ternyata menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk
lahiri. Karena hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan
menetapi perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang
siapa menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh
keutamaan dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid
itu laksana bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam
kebenaran jihad untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga
meneguk air dingin.
Wahai manusia,
imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal.
Engkau jangan mempertonjolkan amal, jangan munafik atas amalmu, jangan cari
puji dan makhluk atau pengganti dari mereka. Karena itu, sedikit amat orang
yang ikhlas, dan berapa banyak orang munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk
kepada Allah, tetapi konstan tunduk di bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan
terlaknat”. Orang itu suka berharap agar tidak lepas dari beban yang diberikan
oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti bahwa, sabar atas beban, qodlo dan
qodar itu amat lebih baik dibanding isi dunia dan akhirat yang diserahkan
kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar, sesaat bersyukur, sesaat dekat
sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat sehat sesaat sakit, setiap amniah
mereka itu menjaga mereka bersama Allah. Demikian suatu hal terpenting bagi
mereka.
Wahai sahaya, jadilah orang benar, tentu engkau baik,
jadilah pembenar dalam hukum tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah
kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu engkau benar dalam kenyataan. Setiap
selamat yang ada dalam ketundukan kepda Allah, yaitu sebagai perwujudan dari
pelaksanaan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dan sabar atas
keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah niscaya Dia mengabulkan pintanya,
dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia
kemarilah karena aku membawa nasihat bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu
meliputi segala apa pun yang diriku ada di sana. Aku berpihak Dia. Apakah
engkau hendak bebas dari kehendak Allah sebagaimana yang berrlaku padaku dan
kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku butuh kamu seperti engkau buruh
diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna iman seseorang beriman sehingga ia
memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendaknya sendiri.”
(Riwayat Imam Bukhari)
Nah, demikian realisasi kata pemimpin
kita dan pembersar kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar
sejak Adam sampai kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang
tidak memenuhi pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri.
Jika engkau cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan,
sebagus-bagus pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan
sebanyak-banyak harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua
itu. Maka betapa engkau mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang
yang jarang berkhayal, ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri
termasuk keluarga muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya,
bukankah saban hari engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya
kemampuan yang bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi
mengapa engkau tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul
kefakiran. Namun bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap
membelenggu jangan harap engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan perbuatan
bajik. Rupanya engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu dan
sesuatu yang engkau miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat sifat
loba dunia, tetapi lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh
memisahkan antara halal dan haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang
kafir; sebagaimana ucapan mereka :
“Kehidupan ini tiada lain hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa. (tua bangka)” (Q.S. Al-Jatsiyah :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka,
bedanya engkau mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan
mensejajarkan diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana
tradisi kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia
seakan bertaqwa sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak
berguna bagimu.
Wahai
manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat
bagimu; lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan
makanan haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya.
Wahai pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama
buka dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku
fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku atas sesuatu yang mereka agungkan
di bulan puasa.” (Riwayat Muslim)
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa
di bulan itu, dan puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara
hukum-hukum syariat-Nya.
Wahai
sahaya puasalah, bila tiba saat berbuka berikan
sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan
sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang
membutuhkan berarti ia takut jika fakir.
Wahai
manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu
lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai
beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada
pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat
engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu,
kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu,
mengmbil apa yang ada di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua
keadaan. Tawadlu’ itu seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi
itu seharusnya asli dari hartamu. Nabi kita muhammad saw. itu selalu memberi
peminta dengan tangannya sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir
bajunya sendiri. Barang siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh
berbeda dengannya; baik kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau
datang sambil membawa syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang
Islam”. Peliharalah ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan
diri totalitas di hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia
sehingga engkau dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih
berdiri bersama nafsu tidak akan sampai
ke maqam ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau
masih berada dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah
keberuntungannya, dengan cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan
menjalin hubungan dengannya agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah
sesuatu yang harus terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat
tinggal, kelezatan dan syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan
syara’. Setiap pembagian yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu
Allah; maka pemberian yang demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu
syara’, biasakan melayaninya niscaya engaku berruntung. Engkau dengan firman
Allah “
“Dan apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, hendaklah kamu
terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu hentikan.” (Q.S. Al-Hasyr : 7).
Hasan Al-Basri berkta : “Cukup bagi orang
mukmin atas sesuatu yang mencukupi, kambing betina, tamar busuk dan seteguk
air.”
Wahai
Allah perbaguslah kami dengan tahid dan
terbitkanlah kami dengan fana’ dari makhluk dan apa pun selain yang berjumlah (Allah).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan