(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Pagi Jum’at , 14 Dzulqaidah tahun
545 Hijriyah di Madrasahnya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Engkau jangan bercita terhadap makhluk
dengan dzikirmu, karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu
kepada-Nya. Bila engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita
dengan pendapatan rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin
dan pagi mendatang; tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau
tidak merepotkan dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah
tentu engkau tidak terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal
Allah segala lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga
lisan di hadapan Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan
makhluk. Kala menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya
hingga jadi fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya
gagap, gopoh, tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu
dikuasakan cita kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu) dari lidahku, sehingga mereka
memahami bicaraku.” (Q.S. Thaha : 27&28).
Musa berkata : Ketika aku berada di
tempat penggembalaan domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah
datang kesibukan atasku bersama manusia
untuk bicara kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur
dari lisanku, maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu
bicara sembilan bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa
yang dibicarakan – selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak
kecil (bahasa cdal). Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan
Fir’aun dan Aisyiah, lalu Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Wahai
sahaya, ku lihat engkau amat sedikit
berma’rifat kepada Allah, Rasul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para
pengganti Nabi, para khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi
dari kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah
roboh, laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa
hidup jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan
secara total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam
jiwamu, yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu
berhenti di hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk).
Apabila Allah menghendaki tentu Dia
memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan
perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah
sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang
berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di
hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu
kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada Engkau, wahai Tuhanku! Supaya
Engkau rihda.” (Q.S. Thaha : 84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk,
pemutus persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu
segera, agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang Jahil,
apa yang engkau punya untuk ini? Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu,
engkau hamba makhluk pemusyrik mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar
dan naf. Di lain pihak terhadap sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang
neraka engkau takut memasukinya. Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati
dan sedikit memperhatikan sesuatu.
Wahai sahaya
engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi sampai menaruh rasa kagum
padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah jika sampai engkau
tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin keamananmu yang dikatakan
agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan jadilah keruh. Siapa
mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama sesuatu dan tidak gelisah
terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman) sampai dunia keluar darimu
lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa yang ada di antaranya dan
Allah.
Wahai manusia
jagalah amal serta kebersihannya dengan hati ikhlas yang sempurna adalah
menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun Ma’rifat (mengenal) Allah itu
landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas manusia kecuali pendusta dalam
bicara dan perbuatan, baik secara terang atau tersembunyi. Mengapa engkau tidak
punya ketetapan kata serta perbuatan, juga perbuatan ikhlas tanpa tauchid.
Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang engkau lakukan – dapat menerimamu
dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau dapat membuka pinjamanmu di
hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan “inilah yang putih, inilah
yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar secara teratur, di hari
kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah dinafkahkan : “Setiap amal
selain untuk Allah batal (sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan
bercarilah kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar dan
Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan
semua ini dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan
berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya.
Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau
laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan;
lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah,
Rasul-Nya, orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki
keberuntungan, maka seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan,
jika tidak demikian, maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau
buang, dan tinggalkan keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang
semua itu ada pada seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal
serta kefahamanmu. Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti
tentu memahami rasa rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh
membutakan hatimu, lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia,
ia hanya menjadi tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan
menggorokmu. Karena itu takutlah.
Wahai pelayan,
tiada untuk bagimu kendati engkau senang.
Dan engkau, wahai pemohon cinta Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud
itu jika engkau masih menaruh cinta Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia.
Orang yang mengenal Allah Allah itu cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak
pula terikat sesuatu selain Allah. Bila cinta telah sempurna karena Allah
semata, dan nyata dunia yang diberikan untuknya situ selalu mencukupi dan ia
telah sampai ke akhirat, maka segala yang tertinggal di belakangnya akan
terlihat olehnya di pintu Allah. Ia mendahuluinya sampai ke sana, karena hal
itu ia tinggalkannya karena Allah. Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu
menurut pembagian yang berlaku untuk mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu,
tuah hati pada batini dan tuah nafsu terletak pada lahiri. Sesungguhnya
keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai setelah ada pembatas nafsu. Bila
engkau sanggup mencegah tentu pintu keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga
bila hati berkarya keberuntungan segera datang dari Allah. Maka rakhmat datang
pada jiwa. Untuk hamba seperti ini dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia
akan mendatanginya saat terjadi keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu
sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di
dunia, dan carilah orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera
warna itu sendiri. Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang
yang mencintai sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang
mencintai Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka
Dia mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta
orang lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq).
Mereka menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka
memungut dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang
siapa melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan
barang siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka
tentu api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi
milikmu sendiri. Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau
mengharap surga dari Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap
datangnya sesuatu yang tidak akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak
melandasi amalanmu menurut ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia
beramal dengan hati tanpa disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta
tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan dilandasi
hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat otang hidup,
adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman beramal semata
karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia di samping
untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri dan
batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq sudah
merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian untuknya
dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya, ia tidak
ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam akuan atau
karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi mereka
selain siksa neraka.
Wahai
Allah, k ami mohon perlindungan darimu dari
segala masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan
bersih di akhirat. Aamiin.
Wahai sahaya,
perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan padangan dan perhatikan amalmu;
jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena
nikmatnya. Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah
ridha-Nya sampai Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan
akhirat engkau dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa
melihat-Nya dan memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.
Wahai sahaya,
serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan kehendak Dia, serahkan jualan kepada
pembeli; niscaya hari esok engkau diberi penghargaan.
Wahai sahaya,
serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa segala isi jiwa, harta sorga hanya
untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu semata, kami tiada berkehendak sesuatu
selain-Mu. Tetangga sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang
yang berkehendak surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari
ini lebih banyak parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.
Wahai sahaya,
kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan pandangan. Yaitu suatu hari di mana di
dalamnya diturunkan ketegaran diri, setiap orang berdiri di atas pijakan iman
dan ketegarannya, konsttansi diri hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di
hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit
tangannya.” (Q.S. Al-Furqan : 27).
Ya, para aniaya dan perusak sama
menggigit tangannya. Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Wahai sahaya,
engkau jangan risau dengan amal, karena amal itu terletak pada akhir kehidupan.
Periharalah, biasakan untuk tetap memohon kepada Allah agar memperindah akhir
kehidupan dan mencabut nyawamu saat melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau
jangan berkawan dengan nafsu, hawa, tabiat dan jangan membelakangi Tuhan,
karena hal itu termasuk maksiat, jika engkau menentang Tuhan tentu engkau akan
terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai
Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk
kepada-u dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan
kebaikan hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan