(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Pada Ahad pagi , 12 Dzulqa’idah tahun 545
Hijriyah,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai Ghulam,
tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa engkau barengi tujuan untuk-Nya semata.
Karena setiap orang yang mengaku berkehendak menuju Dia ternyata malah
melampaui batas bahkan ia mencari selain Dia; berakibat sia-sialah
pengakuannya. Di sana penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat
sedikit. Tapi penuju Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak
Dia lebih sedikit jika dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan
kekurangan mereka laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang
penuh keganjilan. Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta
engkau bermesra dengan kehadiran setan, fikiran dunia, syahwat. Penampakan
setan yagberbentuk manusia adalah mereka yang menjalin persahabatan dengan
nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini tidak mungkin tercapai hanya
dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu dalam hal ini adalah suatu
kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan ketidak tegran di hadapn
Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak bisa tidak bila hal ini
sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka ucapanmu di sana ada
pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk dengan menyebut
ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam hati. Setiap yang
nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya penghayal.
Engkau pernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang dibayangi oleh makan daging manusia
(mengumpatnya).”(Riwayat Bahaiqi & Thayalisi)
Dan Rasulullah juga menjelaskan bahwa
“puasa itu bukanlah karena meninggalkan makan, minum dan buka, lalu cukup;
bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada bentuk peninggalan laku dosa.
Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong yang baik laksana api menyantap
kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai
syahwat, karena hal itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak
terpuji di dunia dan akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu
laksana rumah tanpa kamar; maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan
sumpah dusta dan engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu
engkau tahu bila hal ini termasuk pandangan lemah.
Allah berfirman : “Tidaklah dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak
menurut perumpamaan perseorangan.”
Bertatakramalah, wahai orang yang
mendapat rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan
pendidikan syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang
termasuk dalam lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan
wudlunya? Jawab : “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang
sebagai petuah, penakutan dan pengkhawatiran.”
Wahai sahaya,
kehampaan mungkind atang padamu di pagi nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau
mungkin kehampaan itu tiba pada waktu yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat
hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga
berkata padamu tetapi engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah
disampaikan, tidakkah hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku
para sahabat utama juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti
penting dari mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming
dari kondisi semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak
mengambil petuah yang terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia
tidak lama penyesalan akan tampak di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah
dirimu sebelum datang hari akhirat yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah
dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena
laku maksiat, goncangan dan suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir,
seperti penyakit cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya,
sebelum datang Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia
tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan
pengujian-Nya – sampai engkau mau bertaubat – sedang engkau tidak
berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman ini tiada cobaan atas seseorang
keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat –
jadi tersiksa akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di
hadapan Tuhannya. Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali
peroleh rela-Nya. Bila hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan
menimpa.
Wahai
Allah, janganlah Engkau binasakan kami. Kami
mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan dunia. Di
dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai
manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk
Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus
asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
”Engkau tidak mengetahui, boleh jadi Allah mengadakan sesudah
itu kejadian yang baru.” (Q.S. Ath-Thalaq : 1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena
kebersamaan bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi
kenabian, kerasulan, kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’.
Jika engkau tidak sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah
engkau rummah mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang
lari dari bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian.
Ma’rifat dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama
hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah
berupaya sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu
yang lebih dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan
manusia yang mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu
pula mereka yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada
Allah atau tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan
dan rahasia. Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah
sedang mereka menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia
kendati hatinya berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami termasuk orang-orang
pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Q.S. Shad : 47).
Wahai sahaya,
tidak bisa tidak engkau pasti merasai kemanisan, kepahitan, kebaikan,
kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin bersih secara total, maka
lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan dengan Allah, lepaskan
dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada Tuhan. Lalu keluarkan
isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu akhirat dan masuklah,
jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka keluarlah sambil berlari
kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau menjumpai-Nya niscaya akan
menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi pecinta Allah tiada sesuatu
dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk mencari derajat an sebagai
sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah berfirman :
“Di sana ada semua apa yang diingini jiwa dan yang sedap
dipandang mata.” (QS. Az-Zukhruf : 71).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat
rahasia, apa yang diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud
dari syahwat dan kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun,
kediaman dengan kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang
arif beramal karena Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang
ia tak bicara. Bumi berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam
penjagaan. Manusia yang tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar
selain dari Dia, bagi mereka disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas
undang-undang, tapi selain mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah
menghendaki, ketersebaran mereka, maka menciptakan surga untuk lisan.
Wahai sahaya
engkau dengar : Berfahamlah kemudian mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri
lalu asingkan menuju kefahaman batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga
mendekatkan mu pada ilmu yang tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi
penerang lahir dan ilmu batin menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu
dan Tuhan. Kala engkau beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu
dekat jalanmu kepada Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu
sebelah yang menetukanmu.
Wahai
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan