(Percikan Cahaya Ilahi)
SULTHANUL AULIYA SYEIKH ABD QADIR AL JAILANI
Selasa Petang , 4 Dzulqaidah tahun 545
Hijriyah di Madrasahnya,
Syeikh Abdul Qadir Al Jalani bertutur :
Wahai sahaya,
dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau akan memperoleh laba dari kduanya.
Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat, niscaya engkau rugi secara
menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan
sesuatu yang tidak diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas
dunia niscaya Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat
pencabutan kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama
artinya engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga
beramal untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut
kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu
jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya
tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu
menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai
taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai
berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah
dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara
sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan kebenaran
akhir.
Wahai pemaling dari Allah
dan orang-orang dari hamba-Nya, justru menghadap makhluk dan berserikat bersama
mereka, sampai kapan engkau menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di
tangan mereka tidak mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau
pencegah. Tiada pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan
nista dan manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai
manfaat ada satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu.
Dia Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim
lagi Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau
orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala
keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi
Mahamelihat.” (Q.S. Asy-Syura : 11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah.
Apa engkau belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari
kiamat ada sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai
akhir ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa
melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya
maka terjadilah jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk
mencapai ke sana. Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata
“menurut” (katanya) dan segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika
sampai ke tanganmu hanya berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki
seorang hamba lebih baik ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia
dikabulkan sebagaimana pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman
kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau untuk diri-Ku.” (Q.S Thaha :
41)
Wahai sahaya, jangan
engkau putus asaatas rakhmat Allah dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan
dosa besar, sucickan busana agamamu dari najis dengan air taubat, tetap bersama
Dia dan ikhlas di samping-Nya. Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu,
karena bagaimana pun dirimu berpaling sorot mata binatang buas tetap
mengitarimu, penyakit terus menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena
itu kembalilah kepada allah sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil
burukmu atau yang keu peroleh dengan syahwat
atau nafsu. Engkau jangan makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu
Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu
telah menyatu dalam hati. Pabila dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka
hatimu menanti bagian perempat; itu adalah perbuatan Allah. Engkau jangan
seperti lentera malam yang memijari sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang
sedang terjadi pada dirinya. Inilah sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan
tahili, tamanni, takalluf, dan tasni. Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah
perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu pekerjaan yang bermotif kerana Allah
semata.
Wahai sahaya,
sehat itu tergantung peninggalan mencari yang jernih. Kaya menurut peninggalan
mencari kaya, dan pengobat menurut peninggalan mencari pengobat. Semua obat
terletak dalam penyerahan diri di hadapan Allah, memutus causalita dan
pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur
terletak dalam pengesaan Allah menurut hati, bukan lisan. Tauhid dan zuhud
keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di
hati, ma’rifat di hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta
Allah dalam hati dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main
gila-gilaan, jangan berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu
engkau kurungi makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati
menuju makhluk itu cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari
Al-Haq, ternyata engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata :
Aku hendak pulang ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari
Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas
dari makhluk yang mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka.
Lahirimu benci tapi batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu
menjalin makhluk. Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan.
Inilah tingkah yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan
selain Allah. Dia Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima
sekutu, karena Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah
ketentuan yang diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya
berlaku atas diri mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan
kalam dari ilmu-Nya – tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka.
Pengesa Allah yang lagi salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di
antara mereka ada yang suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini.
Dan di antara mereka ada pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini
saja. Allah tidak menampakkan dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati
orang-orang sufi. Siapa mampu melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan
dari makhluk. Dia pemberani menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa
takut kepada siapapun kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain
Allah, kemudian tegar bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi
syari’at. Saat itu tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun
hati dengan kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat
sama-sama mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata
kami; tentang sesuatu yang kembali.
Engkau ucapkan ini haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang
engkau tidak melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw.
bersabda :
“Celaka bagi orang-orang bodoh sekali dan bagi orang-orang
pintar tujuh kali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh,
mengapa tidak mau berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu
tetapi tidak beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda
baginya. Berilmu lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari
makhluk – kemudian memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu
bersih niscaya hal itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan
yang lain. Jika di kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau
memperharum namamu di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu
Allah beserta para wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya,
kebenaran mutlak hanya Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di
hati, rahasia dan al ma’ani. Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi,
dunia dan apa saja selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada
Allah; yang Mahaqadim, azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi
bebanmu, wahai munafik. Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini.
Engkau pengamba makan, pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar
(siddiqin) itu pergi dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan
ilmunya itu mengganti para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng
orang-orang yang berada di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka,
memerintah untuk kebangkitan agama dalam pusat syari’at dan membentengi
kehancurannya. Di hari kiamat mereka terkumpul bersama para Nabi, maka mereka
dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan membuat misal orang pandai (berilmu) yang
tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana
himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah himar
memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa
bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu.
Mana tangismu karena takut Allah? Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu
terhadap dosa-dosamu? Mana pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh
kepada Allah, mana pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah?
Citamu hanya busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang
ramai, dan menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun
engkau dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan
waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar
bersama Allah.
Wahai cahaya,
kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan tidak bersih. Cih, engkau beramal
dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur,
engkau jangan tidur untuk mereka, wahai pemaling, engkau jangan berpaling dari
mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa, wahai para peninggal engkau jangan
tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu
dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu yang panjang, ia tidak membuat
kebaikan sesuatu pun.
Wahai Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami
dari siksa neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan