SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS
BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Kawanku, aku merenungkan
kodisi kita pada masa sekarang. Lama aku berfikir, lalu aku mendapatkan bahwa
masa sekarang adalah masa-masa amat kompleks. Syariat-syariat keimanan telah
berganti, pakain-pakaian ke Islaman telah terlepas, ajaran-ajran agama telah
berubah, dinding-dinding hukum telah runtuh, serta kebenaran pu telah menjadi
hilang sehinga penghuninya terancam binasa, kebatilah merajalela serta pengikutnya
hari demi hari kian bertambah. Aku juga menemukan segala bentuk fitnah semakin
saling tumpang tindih sehingga membuat
bingung orang yang berakal, hawa nafsu kian dominan, dan musuhpun makin
leluasa. Jiwa-jiwa dengan kegandrungannya terhadap seklurisme tersandera oleh
nafsu syahwat yang bergelantungan; keinginan rendahnya ia perturutkan, dan
dunia lebih ia priorotaskan daripada akhirat. Kemudian, dengan kegemarannya
terhadap kedudukan dan kemegahan, ia sangat berambisi. Pemikirannya terhalang
oleh riya” sehingga butalah ia akan akhirat.
Nurani dan kondisi pada
masa kita memang jauh berbeda dengan
nurani serta keadaan para salaf pendahulu kita. Telah sampai kepada kita bahwa
sebagian sahabat berkata : “Seandainya salah seorang pendahulu kita yang salih
dibangkitkan kembali dari kuburnya, lalu melihat pembaca-pembaca Al Qur’an,
tentu tidak mau berbicara dengan mereka, dan akan berkata kepada semua orang,
“mereka itu tidak beriman kepada hari perhitungan”.” Hanya kepada Allah saja
aku mengeluhkan keadaan yang menimpa kita, berupa perubahan, pergantian dan
pertentangan dengan “akhbar”(1) (akhbar adalah bentuk jamak dari khabar, yaitu
berita-berita baik yang bersumber dari Al Qur’an maupun hadis.)
Tentang hal ini, telah
sampai kepada kita Sabda Rasulullah saw. Yang mengatakan, ’Akan datang pada
umat ini suatu masa ketika orang yang berpegang pada agamanya pada hari itu
bagaikan menggenggam bara api”, (2) (Hadis diriwayatkan oleh Ahmad dan
Tirmidzi. Juga Sabda Beliau yang berbunyi : “Orang yang tetap berpegang pada
Sunnah pada saat terjadi kerusakan moralitas manusia, akan mendapat pahala
seratus orang syahid.” (3) Hadis ini dikeluarkan oleh Al Bazzar, sedang
Thabrani meriwayatkannya dengan lafal “Khamsina Syahida”. Hingga manakala aku
menyadari bahwa bahaya benar-benar telah mengancam batas-batas agama, segala
macam bentuk fitnah telah mengepung kita, sedang hawa nafsu di lingkungan kita
benar-benar dipuja dan diperturutkan, aku pun sangat mengkhawatirkan bahwa
agama akan tercabut secara keseluruhan. Sebab telah sampai kepada kita, hanya
Allah yang lebih tahu, bahwa “Akan terjadi seseorang tercabut keimanannya
sedang ia tidak menyadarinya”, Dan ada kalanya seseorang keluar dari rumahnya
bersama agamanya, namun ketika pulang ia tidak lagi membawa serta agamanya sedikit
pun. (4) (Hadis ini dikeluarkan oleh Ibn Abi’Ashim dalam bab tentang Zuhud
dengan redaksi sedikit berbeda.
Prihatin terhadap hal
demikian, aku berpandangan, sangat urgen bagi kita untuk berpedoan kepada satu
di antara dua hal, yaitu : Bla kita tidak termasuk di antara orang-orang yang
melaksanakan perintah Allah secara keseluruhan (utuh), tidak seharusnya kita
mengabaikan apa-apa yang diperintahkan Allah kepada kita, sehingga kita akan
menjadi binasa selama-lamanya. Ingat, mawas dirilah kepada Allah SWT.
Sahabatku, janganlah
kalian menarik dirimu dari kebajikan seluruhnya, janganlah pula menganggap
ringan perintah Allah seluruhnya, serta janganlah bersikap terang-terangan
terhadap Allah dengan perilaku yang bertolak belakang dengan kehendak-Nya. Berpeganglah,
meski sedikit saja di antara yang banyak, pada apa yang diwajibkan kepada
kalian sekalipun ada alasan untuk meninggalkan sedikit di antara Perintah-Nya,
tapi lakukanlah itu untuk menutupi kekurangan. Memang sebagian kejahatan lebih
ringan bobotnya daripada yang lain, dan sedikit saja yang dipertahankan jauh
lebih baik daripada hilang secara keseluruhan. Karena, telah sampai kepada kita
bahwa Rasul saw. Berkata kepada para sahabat-nya : “Akan datang setelah kalian
suatu golongan, jika mereka berpegang pada sepersepuluh dari apa yang diberikan
kepada kalian, mereka selamat.” (5). Hadis ini gharib, diriwayatkan oleh
Tirmidzi. Ingat dan renungilah apa yang
telah au katakan kepada kalian. Di sini aku hanya meringkas yang penting untuk
disamppaikan, dan aku takut kepada kebinasaan bila menyia-nyiakannya. Aku
berharap ampunan dari Yang Maha Mulia melalui Kemurahan-Nya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan