Iman menjadi satu dari
sekian banyak kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ialah kepercayaan yang
penuh kepada Allah Ta’ala di dalam hati, diucapkan dengan tulus oleh lisan, dan
berbuah dalam amal shalih oleh seluruh anggota badan. Ialah kepercayaan yang
murni. Tanpa sedikit pun syirik atau riya’.
Iman juga menjadi kunci
atas segala hal yang berkaitan dalam interaksi antara seorang hamba dengan
Allah Ta’ala.
Ketika iman bicara,
ibadah terasa nikmat dan ringan meski banyak sekali ujian dan godaan yang
menerpa.
Saat iman sudah berkata,
panas yang terik, perut yang lapar, badan yang lelah, udara yang menyengat, dan
seluruh aspek yang berkombinasi untuk tidur atau bersantai tak kuasa
menggoyahkan seorang hamba untuk bergegas menuju masjid untuk shalat Dhuhur
atau Jum’at berjamaah.
Di sana ada kenikmatan
iman. Nikmat berjuang menundukkan nafsu, syahwat, dan egoisme. Kebahagiaan
bertemu, mengucap salam, berjabat tangan, dan bertukar senyum kepada sesama
Muslim. Kepuasaan batin ketika mendengarkan nasihat-nasihat ruhani dan
ayat-ayat penyejuk jiwa yang berasal dari Firman Allah Ta’ala.
Ketika iman bicara,
pelukan hangat pasangan hidup, empuknya kasur yang membuat nyaman, gigit dingin
yang menusuk kulit dan tulang, serta gulitanya malam tak akan pernah menjadi
penghalang bagi seorang hamba untuk beranjak mengambil air wudhu, lalu
berlama-lama dalam berdiri, duduk, rukuk, dan sujud kepada Allah Ta’ala.
Semua godaan itu tak
mampu menjadi penghalang bagi seorang hamba untuk berlama-lama dalam duduk
memuji nama-Nya, melafal ayat-ayat-Nya, dan memuhasabah setiap kesalahan yang
pernah terjadi di sepanjang hidupnya.
Hanya betah. Hanya suka.
Hanya senang. Hanya bahagia. Ujian dunia yang terkesan berat tak terasa, sebab
ada bayangan bahagia yang begitu besar baginya, kelak di akhirat yang abadi.
Namun, tatkala iman
tiada, seringan apa pun ibadah akan terasa berat. Semudah apa pun amal akan
terkesan sukar. Sedekat apa pun kebaikan akan terasa jauh. Sekecil apa pun amal
shalih akan terkesan besar hingga tak mampu dikerjakan.
Maka perjuangan
mengadakan iman di dalam hati amatlah berat. Dan lebih berat lagi untuk
mempertahankannya hingga akhir kehidupan seorang hamba.
Kabar gembiranya, sukar
tidak pernah bermakna tidak mungkin. Jika ada kesungguhan, Allah Ta’ala pasti
berikan jalan dan kekuatan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan