Di antara patukan sangat
jauhnya kaum Muslimin akhir zaman dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam
adalah perbedaan yang mencolok antara kita dengan beliau dan generasinya.
Perbuatan yang amat digemari oleh beliau dan generasinya di zaman itu menjadi
sangat langka dikerjakan oleh kaum Muslimin akhir di zaman ini. Hal-hal yang
dianggap besar oleh generasi itu hanya dinilai sebagai sesuatu yang kecil
bahkan remeh. Dan banyak hal berkebalikan lainnya.
Sebagai contoh, ada dua
hal yang dahulu sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
sallam, namun kini digemari dan hampir menjadi langganan umatnya yang hidup di
akhir zaman.
Ialah mengikuti hawa
nafsu dan panjang angan-angan. Dua hal ini sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam karena keduanya merupakan sebab yang mengantarkan
seorang hamba pada kegagalan di dunia dan akhirat.
Mengikuti hawa nafsu
menjadi sumber keburukan karena menjadi sebab utama terhalangnya seorang hamba
dari berbagai jenis kebaikan. lantaran bisikan hawa nafsu, hal-hal yang buruk
terlihat sangat baik dan amal-amal shalih terlihat sebagai suatu perbuatan yang
buruk sehingga harus dihindari.
Lantaran tertutup hawa
nafsu, shalat tergambarkan buruk karena buang-buang waktu, menghambat waktu
kerja, dan alasan lainnya. Membaca al-Qur’an juga dibilang tidak sesuai dengan
zaman, membuang peluang mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya. Begitupun
dengan amal-amal shalih lainnya.
Sebaliknya, zina terlihat
nikmat dan asyik, minuman keras dan obat-obatan tergambar sebagai nikmat,
penambah inspirasi, penghilang stres, dan seterusnya. Hawa nafsu, disebutkan
dalam sebuah kisah tak ubahnya rantai yang dibelenggukan oleh setan di leher
setiap manusia hingga amat sukar melepaskan diri darinya.
Sedangkan panjangnya
angan-angan membuat seorang hamba lalai dari akhirat yang pasti dan fokus pada
dunia yang sementara. Dia mengejar dunia yang pasti pergi sekaligus berlari
dari akhirat yang pasti mendatangi. Dia mengupayakan kehidupan yang amat
sementara dan pasti rusak sekaligus melupakan kehidupan yang abadi dan
seharusnya dibangun serta disiapkan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian, dua hal ini harus
dihindari jika seorang hamba mendambakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana diingatkan oleh Allah Ta’ala, “Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. an-Nazi’at [79]: 40-41)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan