SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Sahabatku! Apabila Allah
SWT. Telah memberikan kepada kalian sifat Qana’ah dan tawadhu’, bersyukurlah
kepada-Nya sebanyak-banyaknya, dan tetap mawas dirilah kepada-Nya dalam hal makanan
yang dengannya kamu merasa puas itu. Kemudian, selalu berusahalah mencari yang
terhalal dan terbaik selama kalian mampu menemukan jalannya. Hal demikian
supaya lebih memudahkan untuk hisab kalian, dan supaya menyempurnakan untukmu
kebaikan akhirat melalui baiknya usaha tersebut, sebagaimana engkau bersegera
dengan sikap qana’ah kepada ketenangan hati di dunia.
Ketahuilah, tidak
diragukan lagi, sesungguhnya barang yang halal itu sudah lama menjadi langka,
dan kita selalu berada dalam syubhat yang di situ bercampur baur antara yang
haram dan yang batil! Terlebih lagi terhadap syubhat yangsamar! Tetapi, hal itu
sudah lumrah dan sering kita kerjakan, sehingga kita sadar kapan orang seperti
kita mempu menjadi wara’? Atau kapan amal perbuatan kita menjadi jernih,
sedangkan diri kita selalu penuh dengan syahwat, dan senantiasa memakai
perhiasan yang syubhat?
Telah sampai kepada kami
bahwa di antara ahli ilmu ada yang mengatakan : “Pada hari kiamat kelak Allah
akan membangkitkan sekelompok orang dari kuburan mereka, yang menyebarkan bau
yang lebih menyengat daripada bau bangkai, yaitu mereka yang berfoya-foya
dengan kelebihan harta yang didapatkan dari yang syubhat.” Ahli ilmu ini
berkomentar, “Demi Allah, di antara mereka adalah aku.”
Saudaraku, seorang alim
yang selalu takut semacam ini, masih demikian cara memandang jiwanya dan
keprihatinannya terhadap barang-barang syubhat! Maka, bandingkanlah olehmu,
bagaimana menurut pandanganmu, orang-orang seperti kita yang timbul tenggelam
dalam kubangan dunia, syahwat, syubhat bahkan lebih kotor dari pada itu? Karena
itu, ingat! Mawas dirilah kepada Allah dan bersikap wara’-lah dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Sesungguhnya, tegaknya
Agama adalah dengan sikap WARA’. Telah sampai kepadaku bahwa ibadah itu ada
tujuh puluh bagian, yang paling utama di antaranya ialah berusaha mendapatkan
yang halal. Deceritakan bahwa orang mencari makanan dari barang yang halal
bagaikan orang berperang di jalan Allah SWT.
Ketahuilah, sesungguhnya
banyak beribadah tapi dibarengi dengan makanan yang kotor, tidak ada jaminan
bahwa ibadah tersebut tidak menjadi sia-sia. Seorang sahabat mengatakan,
”Apabila baik usaha seseorangdalam mencari nafkah, akan bersihlah perbuatan,
kemudian akan dikembalikan lagi sehingga dapat diketahui (hasilnya.” Lalu
diceritakan oleh salah seorang tokoh, bahwa setan berkata “ “Hanya satu bagian
yang aku inginkan dari anak manusia, kemudian setelah itu aku biarkan antara
dia dan antara apa yang ia kehendaki dalam berbuat ibadah, yaitu aku jadikan
usahanya dari jalan yang tidak halal. Maka jika ia beristri, ia lakukan dengan
cara yang haram, jika ia berbuka puasa, ia berbuka di atas yang haram, dan jika
ia menunaikan ibadah haji, ini pun ia lakukan atas dasar hal yang haram.”
Oleh karena itu,
saudara-saudaraku, berhati-hatilah dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan. Takutlah kepada Allah terhadap hal yang haram agar kamu tidak
mendekatinya, dan waspadalah terhadap unsur syubhat. Sesungguhnya di kalangan
salaf ash-shalih dahulu, di antara mereka ada yang sampai menginggalkan tujuh
puluh pintu halal karena khawatir akan memasuki satu di antara pintu-pintu yang
haram. Oleh karena itu, waspadalah terhadap syubhat, baik yang diyakini paling
halal, paling ringan, paling sedikit, dan paling aman, Sebab, telah sampai kepada
kami bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Yang halal itu nyata dan yang haram pun
nyata, sedang di antara keduanya adalah syubhat yang tidak ddisadari oleh
sebagian besar orang; apakah termasuk yang halal atau termasuk haram.”
Rasulullah saw. Juga bersabda : “Siapa yang berani bermain api dalam syubhat,
hampir saja ia jatuh ke dalam lingkaran haram.”
Sahabatku!
Berpindah-pindahlah dalam berusaha mencari nafkah dari satu kondisi kepada
kondisi yang lain, dari satu profesi kepada profesi yang lain yang lebih menjamin
keselamatan; dari satu usaha kepada usaha yang lain yang lebih cocok agar kamu
benar-benar mengerjakan ketakwaan dan betul-betul mencari yang halal.
Waspadalah dalam usahamu terhadap berbagai jenis riba karena riba itu ada
sekitar tujuh puluh bagian, bahkan lebih. Hindarilah perbuatan khianat, keji,
curang, bohong, sumpah palsu dan sanjungan. Dan hati-hatilah untuk dirimu,
sesungguhnya indikator taqwa terdapat dalam sikap wara’, dan dengan wara’
itulah akan dikenali orang-orang yang bertakwa. Telah sampai kepada kami bahwa
Rasulullah saw. Bersabda : “Orang yang menipu seorang Muslim bukan termasuk
golongan kami.” (Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Sabdanya lagi : “Celaka
dan celakalah orang yang menghalalkan hal yang haram dan syubhat dengan syahwat.”
Saudara-saudaraku, berhati-hatilah terhadap Allah, karena merasa ridha dengan
yang sedikit dan mendapatkan kemenangan yang besar lebih utama daripada harta
yang melimpah yang disertai dengan hisab yang sangat teliti dan siksa yang
pedih.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan