Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini. Karena
mereka adalah manusia-manusia mulia yang diberi kesempatan Allah SWT untuk
bertatap muka dengan Rasulullah SAW, beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan
Islam. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani -seorang ulama
hadits abad ke-9- tentang definisi sahabat :
“Siapa saja yang berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam.
Masing-masing sahabat Rasulullah SAW mempunyai
potensi dan kelebihan masing-masing. Rasulullah SAW sebagai pemimpin bagi para
sahabat pun menempatkan mereka sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya.
Ada salah seorang sahabat mulia yang mendapatkan
ujian kebutaan sejak masa kecilnya. Namun, kekuarangannya itu tidak menghalangi
dirinya untuk beribadah dan berjuang di jalan Allah SWT.
Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Sejak kapan,
engkau kehilangan penglihatan?” Ia menjawab, “Sejak kecil.” Maka Rasulullah SAW
bersabda,
“Allah
Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Jika Aku mengambil penglihatan hamba-Ku, maka
tidak ada balasan yang lebih pantas kecuali surga.” (HR Bukhari, Ahmad dan
Tirmidzi).
Abdullah bin Ummi Maktum adalah sosok yang dimuliakan
Rasulullah SAW. Karena dirinya menjadi Asbabun Nuzul surat Abasa ayat 1-16.
Sayyid Qutub berkomentar tentang ayat tersebut,
“Mengapa engkau bermuka masam di hadapannya?
Barangkali orang buta ini bisa menjadi mercusuar di bumi yang dapat menerima
cahaya dari langit.”
Pada kenyataannya, Abdullah bin Ummi Maktum, seorang
fakir miskin lagi buta dapat menerima cahaya dari langit.
Suatu hari dia mendatangi Rasulullah SAW, dan
berkata, Wahai Rasulullah, rumahku sangat jauh dari masjid, dan aku tidak
mempunyai penuntun dalam berjalan, maka apakah ada keringanan untukku
(meninggalkan shalat jama’ah di masjid)? Lalu Rasulullah SAW pun memberinya
keringanan. Namun, tatkala dia telah berpaling, Nabi berkata kepadanya, Apakah
engkau mendengar suara azan?
Dia menjawab, Ya.
Nabi SAW bersabda, Maka jawablah seruannya, karena
aku tidak mendapatkan keringanan untukmu
Dan Ibnu Mâjah:)
Lantas, Abdullah selalu datang shalat berjamaah di
masjid di waktu cuaca dingin, di waktu panas, di kegelapan malam, tanpa seorang
penunjuk jalan, dia meraba-raba di kegelapan, agar Allah menjadikan untuknya
cahaya pada hari semua cahaya terputus bagi orang-orang yang berbuat dosa.
Sebuah keteledanan bagi kita semua yang tidak diuji
dengan kebutaan sebagaimana sahabat Abdullah. Tentu “lebih wajib” bagi kita
bagi seorang muslim untuk melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah.
Syahidnya
Abdullah bin Ummi Maktum
Abdullah bin Ummi Maktum yang buta, tatkala mendengar
seruan jihad, dia berkata, “Pakaikan untukku persenjataan.”
Orang-orang pun berkata kepadanya, “Allah telah
memberimu udzur, engkau seorang yang buta.”
Dia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan tinggal
diam, dan Allah telah berfirman
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.,” (At-Taubah:
41)
Kemudian, Abdullah berangkat dan memegang bendera
pada perang Al-Qadisiyyah. Akhirnya, tibalah pada hari ketiga saat kaum
muslimin berhasil mengalahkan tentara Persia. Pasukan pimpinan sahabat Sa’ad
bin Abi Waqash ini mampu memporak-porandakan kedigdayaan negara Majusi ini.
Namun, kemenangan besar ini juga harus dibayar dengan
gugurnya para sahabat. di antara mereka adalah Abdullah bin Ummi Maktum RA.
Jasadnya ditemukan terkapar di medan perang sambil
memeluk bendera yang diamanatkan kepadanya untuk dijaga.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan