OLEH IMAM NAWAWI {ulama besar mazhab Syafi'i}
Dari Abu Al
‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Pada suatu hari
saya pernah berada di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau
bersabda :
"Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat :
Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan
mendapati Dia di hadapanmu.
Jika kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah
tolong juga kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk
memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh
selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul
untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan
kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah
diangkat dan lembaran-lembaran telah kering." (HR. Tirmidzi, ia telah
berkata : Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih.
Dalam riwayat
selain Tirmidzi :
“Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu
mendapati-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang
(senang), niscaya Allah akan mengingat kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah
bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu, tidak akan menimpamu, dan apa
yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu. Ketahuilah sesungguhnya
kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan
dan kesulitan”)
[Tirmidzi no.
2516]
Riwayat hidup
‘Abdullah bin ‘Abbas sudah banyak dikenal. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
mendo’akannya dengan sabdanya :
“Ya Allah, jadikanlah dia paham tentang agamanya
dan ajarkanlah kepadanya penafsiran Al Qur’an”.
Nabi juga
mendo’akannya agar diberi hikmah dua kali. Ada riwayat yang sah dari dirinya
bahwa dia pernah melihat Jibril dua kali. Ia adalah ulama yang kaya ilmu di
kalangan umat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melihatnya
sebagai seorang anak yang patut menerima pesan beliau.
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadanya :
“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga kamu”, maksudnya hendaklah kamu menjadi orang yang taat
kepada Tuhanmu, melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua
larangan-Nya.
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
“Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di
hadapanmu”, maksudnya
hendaklah beramal karena-Nya dengan penuh ketaatan sehingga Allah tidak
memandangmu sebagai orang yang menyalahi perintah-Nya, niscaya kamu akan
mendapati Allah menjadi penolongmu di saat situasi sulit, seperti yang pernah
terjadi pada kisah tiga orang yang tertimpa hujan lebat lalu mereka berlindung
di dalam gua, kemudian pintu gua tertutup batu. Pada saat itu mereka berkata
kepada sesamanya : “Ingatlah kebaikan yang pernah kamu lakukan, lalu mohonlah
kepada Allah dengan kebaikan itu supaya kamu diselamatkan”. Kemudian
masing-masing menyebut kebaikan yang pernah dilakukan, maka batu penutup gua
itu kemudian terbuka lalu mereka dapat keluar. Kisah mereka ini popular dan
terdapat pada Hadits shahih.
Sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Jika
kamu minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga
kepada Allah”, memberikan petunjuk supaya bertawakkal kepada Allah, tidak
bertuhan kepada selain-Nya, tidak menggantungkan nasibnya kepada siapa pun baik
sedikit ataupun banyak.
Allah
berfirman :
“Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah maka
Allah pasti akan memberinya kecukupan”. (QS. Ath Thalaq : 3)
Berapa besar
ketergantungan seseorang kepada selain Allah baik dalam hatinya maupun dalam
angan-angannya, maka sebesar itu pula ia telah menjauhkan diri dari Allah untuk
bergantung kepada sesuatu yang tidak kuasa memberinya manfaat atau kerugian.
Begitu juga takut kepada selain Allah.
Dalam hal ini
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menegaskan dengan sabdanya :
“Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu
keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah
Allah tetapkan untuk dirimu”.
Begitu pula
dalam hal kerugian, “niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuk dirimu”. Inilah yang disebut iman kepada taqdir.
Iman kepada
taqdir adalah wajib, baik taqdir yang baik maupun yang buruk. Apabila seorang
mukmin telah yakin dengan hal ini, maka apa perlunya dia meminta kepada selain
Allah atau memohon pertolongan kepada yang lain. Begitu pula jawaban Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada malaikat Jibril ketika ia
bertanya kepada beliau saat berada di langit (ketika mi’raj) : “Apakah engkau
membutuhkan pertolongan?” Beliau menjawab : “Kalau kepadamu tidak”.
Sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Segenap pena telah diangkat dan
lembaran-lembaran telah kering”, menguatkan keterangan tersebut diatas,
maksudnya tidak berlawanan dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kemudian sabda
beliau : “Ketahuilah sesungguhnya
kemenangan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan menyertai kesusahan
dan kesulitan”, maksudnya beliau mengingatkan kepada manusia di dunia ini,
terutama orang-orang shalih bahwa mereka itu selalu dihadapkan kepada ujian dan
cobaan sebagaimana firman Allah :
“Sungguh Kami pasti memberi cobaan kepada kamu
sekalian dengan sesuatu berupa rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan gembirakanlah orang-orang yang bersabar, yaitu mereka yang
bila ditimpa musibah, mereka berkata : ‘Sungguh kami semua adalah milik Allah
dan sungguh hanya kepada-Nyalah kami kembali’. Mereka itulah orang-orang yang
mendapatkan limpahan karunia dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang terpimpin”. (QS. 2 : 155-157)
Allah
berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu
pastilah dipenuhi pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az Zumar : 10)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan