OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Sufyan
berpendapat bahwa cinta ialah mengikuti jejak Nabi SAW. Lainnya berpendapat:
"Cinta
pasti selalu dzikir".
Ada
yang berpendapat:
"Mengutamakan
Dzat yang dicintai".
Dan
sebagian ulama berkata:
"Merasa
tidak nyaman di dunia".
Dan
semua ini buah daripada isyarah cinta dan hakekatnya, mereka tidak menerangkan.
Sebagian
ulama berpendapat:
"Cinta
merupakan sebuah arti dari orang yang dicintai, dimana hanya hati yang mampu
merasakan dan tidak mungkin lidah mampu mengungkapkan".
Dzun
Nun berkata:
Katakanlah
kepada orang yang menampakkan kecintaannya kepada Allah:
"Takutlah
kalian akan kehinaan menghadapi selain Allah".
Rabi'ah
Al Adawiyah suatu hari berkata:
"Siapakah
yang menunjukkan kami pada kekasih kami".
Pelayan
wanitanya berkata:
"Kekasih
kita selalu bersama kami".
Benar.
Hanya saja dunia telah memisahkan kita dari-Nya.
Kata
Ibnu Jala-i Rahimakumullah:
Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi Isa AS:
"Bila
AKU menjenguk hati seorang hamba, ternyata AKU tidak menemukan cintanya
terhadap dunia maupun akherat, maka AKU akan memenuhinya dengan cinta-KU dan
AKU selalu menjaganya".
As
Sari berkata:
"Barangsiapa
yang cinta kepada Allah, dia akan hidup. Barangsiapa yang condong kepada dunia,
maka dunia akan lunglai seperti orang tolol pergi pagi dan pulang sore penuh
kesia-siaan. Sedangkan bagi orang berakal selalu meneliti
kekurangan-kekurangannya".
Adapun
"Latihan Jiwa" atau meneliti diri sendiri, dalam hal ini Allah
berfirman:
"Hai
orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah (tiap-tiap) orang
memperhatikan apa yang diusahakan untuk hari esok (hari akherat),,, (QS.59 Al
Hasyr:18)".
Ini
merupakan peringatan isyarah untuk meneliti diri sendiri (amal) yang telah
lalu. Sehingga Umar RA berkata:
"Hitunglah
dirimu sebelum engkau dihitung (dihisab) dan timbanglah sebelum engkau
ditimbang".
Ada
hadits:
Sesungguhnya
Nabi SAW didatangi seorang lelaki dan berkata:
"Ya
Rasul, berilah aku wasiat".
Nabi
SAW lantas bersabda:
"Apa
kamu minta wasiat".
Kata
lelaki:
"Ya".
Nabi
SAW bersabda:
"Kalau
kamu ingin mengerjakan sesuatu, pertimbangkanlah dulu akibatnya. Kalau benar,
teruskanlah, kalau salah, hentikan".
Dalam
hadits menyebutkan bahwa orang berakal seharusnya memiliki 4 fase: diantara
fase ialah memperhitungkan (meneliti) diri sendiri. Allah SWT berfirman:
"Bertobatlah
kalian semua kepada Allah, hai orang-orang beriman, mudah-mudahan kamu
memperoleh kemenangan. (QS.24:31)".
Tobat
ialah meneliti perbuatannya setelah melakukan (dosa) dengan cara menyesali.
Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya
aku mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam seharinya
100X".
Allah
SWT berfirman:"Sesungguhnya orang-orang bertaqwa bila mereka disentuh
was-was syetan, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka melihat (kebenaran).
(QS.7 Al A'raf:201)".
Makmun
bin Muhran berkata:
"Seorang
hamba tidak masuk dalam golongan orang-orang bertaqwa sampai dia meneliti
dirinya dengan teliti daripada meneliti dagangannya, karena 2 hal yang
berhubungan (kerja misalnya) akan selalu meneliti pekerjaan
masing-masing". (dst).
FirmanNya:
"Dan
Aku bersumpah dengan nafsu yang pencela".
Hasan
berkata:
"Seorang
mukmin tidak akan menemukan diri sendiri kecuali mencela dirinya. Apa yang kamu
harapkan dari pembicaraanku, makananku dan minumanku".
Padahal
orang yang menyeleweng melangkahkan kaki tanpa mencela diri sendiri.
Malik
bin Dinar RA berkata:
Semoga
Allah melimpahkan Rahmat terhadap yang berkata terhadap dirinya:
"Bukankah
kamu sudah memiliki ini,,, bukankah kamu sudah memiliki itu,,,".
Lalu
dia mencela, mengendalikan diri dan memaksa untuk mengambil Kitab Allah SWT,
sebab dia adalah petunjuk".
Ini
termasuk mencela diri sendiri.
Kata
Maimun bin Muhran:
"Orang
yang bertaqwa lebih keras meneliti diri sendiri daripada seorang raja yang menganiaya
dan daripada kawan dagang yang pelit".
Ibrahim
At Taimi berkata:
"Aku
membayangkan diriku dalam surga; aku makan buah-buahnya dan minum
sungai-sungainya dan memeluk gadis-gadis bidadarinya. Lalu aku membayangkan
diriku dalam neraka; aku makan buah zaqum, minum nanah, menghadapi rantai dan
belenggu. Aku berkata pada diriku:
"Hai
diriku, mana yang kamu inginkan".
Kataku:
"Aku
ingin dikembalikan ke dunia dan beramal shaleh".
Kataku:
"Kalau
begitu, kamu dalam angan-angan kosong, maka beramallah".
Kata
Malik bin Dinar:
Aku
mendengar Al Hajjah berkhutbah:
"Mudah-mudahan
Allah mencurahkan Rahmat terhadap orang yang meneliti dirinya sebelum diteliti
oleh tangan orang lain. Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang
memegang teguh amalnya dan memperhatikan apa yang diharapkan dari amal itu.
Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang mempertimbangkan
timbangannya".
Tiada
henti-hentinya dia menasehati sampai-sampai aku menangis.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan