OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Kata-kata
yang paling tepat:
Bahwa
pernikahan mirip semacam perbudakan. Jadi istri dalam perkawinan laksana budak
saja. Dalam setiap hal seorang istri wajib mentaati suaminya secara mutlak, dan
hadits banyak yang menerangkan.
Sabda
Nabi SAW:
"Wanita
manapun yang meninggal dunia, sementara suami ridho, maka dia ada di
surga".
Nabi
SAW bersabda:
"Bila
seorang wanita shalat 5 waktu, berpuasa sebulan, menjaga farjinya dan taat
kepada suaminya, maka dia masuk surga Tuhannya".
Rasulullah
SAW pernah menerangkan tentang wanita, beliau SAW bersabda:
"Mereka
para wanita adalah yang mengandung, melahirkan, menyusui dan menyayangi
anak-anak mereka,,,".
Nabi
SAW bersabda:
"Aku
melihat neraka, dan penduduknya terbanyak dari para wanita".
Ada
yang bertanya:
"mengapa
bisa begitu, ya Rasul".
Sabda
Nabi SAW:
"Mereka
sering melaknat dan mengingkari suaminya (yang menggauli/jima')".
Dalam
hadits lain:
"Aku
diperlihatkan ke dalam surga, dan penghuni dari wanita amat sedikit".
Ada
yang bertanya:
"Lantas
dimana para wanitanya".
Sabda
Nabi SAW:
"Mereka
hanya sibuk mengurusi 2 buah barang merah, emas perak dan minyak wangi".
Aisyah
RA berkata:
Ada
seorang pemuda menghadap Nabi SAW, dia berkata:
"Ya
Rasul, sesungguhnya aku seorang pemuda yang dipinang, namun aku benci dengan
pernikahan. Lantas apa hak suami yang diberikan istri".
Nabi
SAW bersabda:
"Andaikan
bagian tubuh suami sampai telapak kakinya dipenuhi nanah dan istrinya
menjilatnya, dia belum memenuhi syukurnya terhadap suami".
Pemuda
itu berkata:
"Apakah
aku harus menikah".
Sabda
Nabi SAW:
"Ya,
menikahlah. sebab nikah lebih utama".
Ibnu
Abbas RA meriwayatkan;
Seorang
wanita dari Khats'am menghadap Nabi SAW, dia berkata:
"Sesungguhnya
aku wanita bujangan dan ingin menikah, lalu apa hak suami".
Sabda
Nabi SAW:
"Sesungguhnya
hak suami yang diberikan istri adalah bila suami menghendaki dan merayu
(jima'), sedang wanita berada di unta (misalnya), maka dia tidak boleh menolaknya.
Diantara hak suami lagi, sebaiknya wanita tidak memberi sesuatu dari rumah
lelaki kecuali tanpa izin suami. Bila ia melakukannya, maka dosanya ditanggung
istri dan pahalanya diberikan kepada lelaki. Diantara haknya, sebaiknya dia
tidak berpuasa sunnah kecuali atas izinnya. Bila ia tetap mengerjakan, puasanya
tidak diterima, hanya memperoleh lapar dan haus. Bila si wanita keluar rumah
tanpa izinnya, maka para malaikat melaknati sampai ia kembali ke rumah suami
atau bertobat".
Nabi
SAW bersabda:
"Andaikan
aku diperbolehkan memerintah bersujud kepada orang lain, pasti aku memerintah
istri bersujud kepada suami, sebab besarnya hak atas istri".
Nabi
SAW bersabda:
"Seorang
wanita bisa dekat dengan Dzat Tuhan bila ia berada dalam rumah suami.
Sesungguhnya shalat wanita dalam rumah lebih utama daripada shalat di masjid.
Shalat dikamarnya lebih utama daripada shalat di ruang tengah rumahnya. Dan
shalat dalam mihda' lebih utama daripada shalat dalam kamar".
Mihda'
ialah kamar didalam kamar, sebab tempat itu lebih tertutup.
Nabi
SAW bersabda:
"Wanita
adalah aurat, bila dia keluar, maka syetan selalu mengawasinya".
Nabi
SAW bersabda:
"Wanita
memiliki 10 aurat; ketika dia menikah, maka suaminya menutupi 1 auratnya. Bila
ia meninggal dunia, maka kuburan akan menutupi 10 auratnya".
Istri
memberikan hak suami amat banyak sekali, namun yang utama ada 2:
Menjaga
dan menutupi,
Tidak
menuntut apa yang diluar kebutuhan dan menahan diri dari hasil suami akan
barang haram.
Memang
demikian kebiasaan para wanita zaman dahulu. Bila seorang pria (suami) keluar
dari rumahnya, si wanita akan berkata:
"Hati-hatilah
memperoleh penghasilan haram. Kami lebih senang tabah menghadapi kelaparan dan
penderitaan daripada menghadapi neraka".
Pernah
seorang lelaki zaman dahulu bepergian, sementara tetangga amat tidak suka dia
pergi. Mereka berkata kepada istri pria itu:
"Mengapa
kamu ridho dengan kepergiannya! Padahal dia tidak memberikan nafkah
untukmu".
Kata
sang istri:
"Sejak
aku kenal suamiku, dia kukenal sebagai orang yang pekerjaannya makan dan tidak
kukenal sebagai orang yang mencari rizki. Dan aku punya Tuhan Yang Maha memberi
makan".
(Kisah):
Rabi'ah
binti Ismail meminang Ahmad bin Abil Hawari, dan Ahmad merasa tidak senang demi
membela ibadahnya. Dia berkata kepada Rabi'ah:
"Demi
Allah, lantaran kesibukanku, aku tidak berkeinginan dengan wanita".
Jawab
Rabi'ah:
"Sungguh
aku lebih sibuk dengan keadaanku dan tidak ada selera untukku. Aku mewarisi
banyak harta dari suamiku, dan aku berharap kamu bisa menginfakkan buat
teman-temanmu, sehingga aku bisa mengenal orang-orang shaleh lantaran kamu. Dan
itu menjadi jalanku menuju Allah SWT".
Kata
Ahmad:
Sampai
akhirnya aku minta izin kepada guruku, dan dia melarangku untuk menikah,
katanya:
"Diantara
muridku tidak akan kawin kecuali telah berubah. Namun setelah guruku mendengar
perkataan Rabi'ah binti Ismail, dia berkata:
"Kawinilah
dia, sebab dia seorang kekasih (wali) Allah".
Ini
adalah bahasan orang-orang beriman. Kata Ahmad:
"Nikahkanlah
aku dengannya".
Rabi'ah
binti Ismail dalam kalangan penduduk Syam mirip dengan Rabi'ah Al Adawiyah.
Diantara
kewajiban bagi seorang istri ialah tidak menghamburkan harta suami, dia harus
memelihara untuk suaminya. Nabi SAW bersabda:
"Tidak
halal bagi seorang istri memberi makan dari rumah suami kecuali dengan izin
suami,,,".
Hak
orang tua wajib mengajarkan kepada putrinya agar mengajarkan kebaikan kepada
suami. Sebagaimana ada riwayat bahwa Asma' binti Kharijah Al Fazari berkata
kepada putrinya ketika menikah:
"Sesungguhnya
kamu sudah keluar dari sarangmu yang selama ini mengembangkan dirimu, yakni
menuju ke suatu tempat yang belum engkau kenal dan belum terbiasa dengannya.
Kamu sebagai dasarnya, dan dia sebagai tiang penyanggamu. Jadilah kamu sebagai
budak perempuan untuk lelakimu. Kamu jangan terlalu meminta, sebab dia bisa
melupakanmu. Jika ia dekat, dekatilah; jika dia jauh, menjauhkan; jagalah
hidung, pendengaran dan matanya. Sekali-kali dia jangan menciummu kecuali
engkau selalu harum, tidak mendengar (darimu) kecuali yang bagus-bagus dan
tidak melihat kecuali yang bersih-bersih".
Kata
seorang pria kepada istrinya:
",,,janganlah
terlalu banyak keluhan, ia bisa menghilangkan kecintaan yang tertolak dari hatiku.
Memang hati selalu berubah; sungguh dalam hati ada suatu cinta dan penyakit,
bila ia berkumpul, ia tidak bisa menetap dan selalu pergi".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan