OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Para
istri memperoleh hak dari suaminya amat banyak; diantaranya berbuat baik, tabah
menerima gangguan sebagai rasa kasih sayang mereka, sebab mereka amat terbatas
akalnya. Allah SWT berfirman:
"Dan
bergaullah dengan mereka secara patut,,, (QS.4 An Nisa:19)".
Firman-Nya
menerangkan besarnya hak mereka:
"Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil darimu perjanjian yang kuat,,, (QS.4 An
Nisa:21)".
Firman-Nya:
"Dan
(istrimu sebagai) teman sejawat). (QS.An Nisa:36)".
Dia
adalah wanita. Dan wasiat Rasulullah SAW yang terakhir ada 3 hal: beliau SAW
menjelaskan sampai-sampai lidahnya terbata-bata dan nyaris tak terdengar.
Sabdanya;
Shalat:
Peliharalah shalat dan apa-apa yang menjadi tanggung jawabmu, janganlah kamu
memaksa mereka terhadap sesuatu yang mereka tidak mampu.
Allah:
Tanggung jawabmu akan wanita terhadap Allah, sebab mereka adalah tawananmu.
Kamu mengambilnya berdasarkan amanah Allah, dimana halal farji-nya dengan
lafadz Allah.
Nabi
SAW bersabda:
"Barangsiapa
yang bersabar atas jelek budi pekerti istrinya, Allah akan memberikan pahala
setiap pahala yang diberikan kepada Ayyub. Dan barangsiapa yang sabar atas
jeleknya budi pekerti suaminya, Allah akan memberikan pahala seperti pahalanya
Aisyah istri Fir'aun".
Nabi
SAW bersabda:
"Seorang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus budi pekertinya dan
paling sayang terhadap keluarganya (istri dan anak)".
Nabi
SAW bersabda:
"Orang
yang paling utama diantara kamu ialah yang paling baik terhadap istrinya, dan
aku adalah orang yang paling baik diantara istri-istriku dibanding kalian'.
Umar
RA berkata dengan keras:
"Sebaiknya
seorang lelaki ketika dalam keluarganya seperti anak kecil, dan bila mereka
minta apa yang ada disampingnya, dia ditemukan sebagai seorang lelaki".
Lukman
berkata:
"Seharusnya
bagi orang berakal dalam keluarganya seperti anak kecil. Dan bila dia ada
ditengah-tengah kaum, ia ditemukan sebagai seorang lelaki".
Dalam
sebuah penafsiran diriwayatkan:
"Sesungguhnya
Allah amat murka terhadap orang Ja'dhari dan Jawwadl".
Maksudnya:
"Dia
adalah orang yang keras lagi sombong terhadap keluarganya. termasuk maksud
ayat; 'Utulin,,,' (QS.68 Al Qolam:13) artinya kasar hati,,," dan ada yang
berpendapat: Utullin adalah orang-orang yang mulut dan hatinya kasar terhadap
keluarga".
Nabi
SAW bersabda kepada Jabir RA:
"Sebaiknya
kamu mencumbu gadis (yang jadi istri), dan dia bisa mencumbumu".
Sikap
seorang suami sebagai haknya istri misalnya, dia tidak terlalu banyak bercumbu
rayu, tidak mengikuti hawa nafsunya yang sampai merusak budi pekerti istrinya,
sehingga kewibawaan lelaki hancur dihadapan istri. Namun semuanya harus dijaga
sewajar-wajarnya, (tidak berlebihan).
Al
Hasan berkata:
"Demi
Allah, tidak akan disegerakan seorang lelaki yang taat kepada istrinya dalam
hal hawa nafsu, kecuali Allah akan membuatnya tersungkur dalam neraka".
Kata
Umar RA:
"Lawanlah
seorang istri, karena dalam perlawanan (terhadap nafsu) terdapat berkah".
Sungguh
dikatakan:
"Mintalah
pendapat kepada istri, dan lawanlah mereka (ketika mengikuti hawa nafsu)".
Nabi
SAW bersabda:
"Celakalah
yang menghambakan diri kepada istri".
Beliau
SAW bersabda demikian, bila suami mengikutinya dalam hal hawa nafsu, maka
dialah hamba yang celaka. Sebab Allah menguasakan hawa nafsu terhadap wanita,
dan pria menguasakan dirinya terhadap wanita. Misalnya, dia telah mentaati
syetan sesuai yang Dikatakan:
"Dan
kuperintah mereka untuk merubah ciptaan Allah,,, (QS.4:119)".
Hak
seorang lelaki yang seharusnya diikuti, tidaklah harus mengikuti. Dan sungguh,
Allah telah menyebutkan bahwa lelaki adalah pemimpin wanita. Dan Allah
menerangkan kedudukan suami adalah sebagai Sayyid (Gusti), Firman-Nya:
",,,setibanya
di pintu, keduanya bertemu dengan sayyidnya (suaminya),,, (QS.12
Yusuf:25)".
Bilamana
seorang sayyid ternyata bisa ditundukkan (oleh seorang istri), maka dia
benar-benar telah merubah nikmat Allah dengan mengingkarinya. Wanita adalah ukuran
bagi dirimu, kalau kamu melepaskan kendalinya sekalipun sebentar, dia akan jadi
binal dalam waktu yang sama.
Kata
Imam Syafi'i:
"Ada
3 hal, bila kamu memuliakan mereka, tentu mereka akan menghinamu. Dan bila kamu
menghinakan mereka, mereka tentu akan memuliakanmu. Mereka adalah wanita,
pelayan dan bangsa Nabthi".
Maksudnya
memuliakan secara murni; tidak mencampur adukkan antara kekerasan dan
kelembutanmu, dan antara kekerasan dan kehalusanmu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan