OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Sabda Nabi SAW diriwayatkan oleh Ma'qol bin Yasar RA:
"Akan datang zaman menimpa umat manusia,
dimasa itu Al Quran amat kering di hati para lelaki (umat) laksana pakaian
usang di tubuh. Mereka hanya mengutamakan ketamakan yang disertai kekhawatiran.
Kalau mereka berbuat baik, mereka berkata:
"Amalku akan diterima,,,".
Dan kalau mereka berbuat jahat akan berkata:
"Aku pasti diampuni".
Beliau SAW mengkabarkan bahwa mereka meletakkan
ketamakkan dalam ketakutan disebabkan kebodohan mereka akan ancaman-ancaman Al
Quran, Al kisah yang sama terjadi pada umat Nasrani, Firman-Nya:
"Maka datanglah sesudah mereka generasi
(yang jahat) yang mewarisi Kitab Taurat, yang memungut harta benda duniawi yang
hina ini, dan berkata; 'Kami akan diberi ampunan'. (QS.7 Al A'raf:169)".
Maksudnya:
Sungguh mereka mewarisi Kitab Taurat, mereka
orang-orang dzalim, mengambil harta benda dunia yang hina; yakni kepuasan dunia
yang haram maupun yang halal.
Firman-Nya:
"Dan bagi orang yang takut saat menghadap
Tuhannya (untuk menjalani hisab); ada 2 teman. (QS.55 Ar Rahman:46)".
Firman-Nya:
"Yang demikian itu, bagi orang-orang yang
takut menghadap Ke Hadirat-KU dan yang takut terhadap ancaman-KU.
(QS.Ibrahim:14)".
Sejak semula Al Quran selalu memberi peringatan
dan ancaman buat orang yang tidak merenungkannya, kecuali susahnya akan lama
dan teramat takut. Demikian ini kalau mereka sudah beriman, kemudian para
manusia melecehkannya. Lihatlah,,,! Mereka mengeluarkan makhraj-makhraj Al
Quran, memperdebatkan sukun, rafa' atau nashab (bacaan dalam Al Quran), yang
laksana mereka hanya membaca sederetan syair orang-orang Arab. Mereka tidak
tertarik mempelajari lebih dalam tentang maknanya dan mengamlkan apa yang
diserukan. Adakah semua makhluk tertipu yang melebihi tipuan ini!.
Masalah yang hampir sama terjadi pada golongan
yang mencampur adukkan antara kebenaran dan kebatilan. Hanya saja, kejahatan
mereka lebih besar dan mereka mengharapkan ampunan. Lalu mereka mengira
timbangan amal baiknya lebih besar, sekalipun kejahatannya lebih besar. Mereka
tidak merasakan dan inilah puncak kebodohan.
Kemudian melihat orang-orang bersedekah
beberapa dirham dari barang haram atas halal, dari apa-apa diambil dari orang
Islam atau barang subhat, adalah lebih banyak dan berlipat-lipat. Mungkin
sedekah itu berasal dari harta orang-orang Islam. Dia mengandalkan sedekahnya
dan menyangka bahwa sedekah 1000 dirham dari barang haram mampu mengimbangi
sedekah 10 dirham dari barang haram atau halal. Sama artinya meletakkan 10
dirham di daun timbangan dan 1000 dirham di timbangan lain, guna mengangkat
daun timbangan berat dengan timbangan yang ringan. Ini juga puncak kebodohan.
Diantara mereka ada yang menyangka bahwa
ketaatannya lebih banyak daripada kemaksiatannya. Mereka menganggap pekerjaan
taatnya untuk memohon ampun kepada Allah SWT dengan lidahnya; atau bertasbih
sehari 100X lalu menggunjing sesama muslim, dia sama dengan merobek harga diri
mereka dan berbicara yang tidak diridhoi Allah SWT sepanjang siang tanpa batas
dan hitungan. 1000X bertasbih misalnya, ia pun menggunjing 1000X bahkan lebih.
Allah benar-benar mencatat dan mengancam dengan siksa-Nya. Allah SWT berfirman;
"Tiada 1 ucapanpun yang diucapkan kecuali
selalu ada didekat para malaikat pengawas yang selalu hadir.
(QS.Qoof:18)".
Orang semacam ini selalu mengandalkan
tasbih-tasbih dan tahlilnya tanpa mengoreksi (memandang) siksaan-Nya terhadap
dosa-dosa menggunjing, para pembohong, para pengadu domba serta para munafik.
Dan banyak lagi bahaya-bahaya lidah, dan jelas-jelas sikapnya adalah tipuan
murni. Andaikan para malaikat pencatat amal menuntut jasanya ketika mencatat
pergunjingan atau amalannya, sementara para penggunjing tetap aktif bertasbih,
tentu amal-amal tasbih tidak lebih sekedar upah para malaikat. Semua itu tidak
lain kecuali bencana besar bagi orang yang mau merenungkan. Sungguh, kita
benar-benar dibawa kearah arus kekafiran yang selalu menentang. Dan bila kita
membenarkan, kita pun akan ikut-ikutan menjadi orang tolol.
Maka Maha Suci Tuhan, lewat penjelasan ini
telah diantarkan pada kesadaran dan yakin. Tuhan amat nyata dan jelas, untuk
menguasakan semisal kelalaian dan tipuan terhadap beberapa hati, seharusnya
selalu takut dan hati-hati terhadap semua tipu daya yang selalu mengutamakan
angan-angan batil dan dalil-dalil syetan yang disertai hawa nafsu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan