Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atha’illah
Ketahuilah bahwa maksiat itu mengandung arti merusak janji, dan
melepaskan ikatan cinta dengan mengalahkan Tuannya (Alloh) dan mengikuti
kesenangan hawa nafsunya, melepaskan tutupnya rasa malu, dan cepat cepat menuju
Alloh dengan mengerjakan perkara yang tidak diridhoi oleh Alloh. Selain itu semua:
Bekas maksiat yang dhohir/nyata seperti: pada diri orang yang
maksiat terlihat suram, dimatanya kelihatan keras, malas berkhidmat kepada
Alloh, tidak bisa menjaga kehormatan, berusaha keras menuruti keinginan hawa
nafsunya, dan tidak bisa mengerjakan
ketaatan.
Bekas maksiat yang batin seperti: kerasnya hati, memenuhi dadanya dengan syahwat, hilangnya rasa manis/nikmatnya taat, banyaknya penghalang dari makhluk yang selalu menghalangi terpancarnya Nur, selalu dikalahkan oleh kekuasaan hawa nafsu, dan selain itu semua masih ada seperti hati selalu ragu-ragu, lupa kalau nanti kan kembali menghadap Alloh, dan lamanya penghitungan amal.
Sudah cukup menunjukkan jeleknya maksiat dengan bergantinya nama, karena bila kamu menjadi orang yang taat, kamu disebut orang yang mengerjakan kebaikan, sedangkan bila kamu maksiat, maka akan berubah dan disebut orang durhaka. Itulah artinya berpindahnya sebutan/nama. Lalu bagaimana kalau yang berganti itu atsar/labet?, yaitu dari atsar rasa manisnya taat berubah menjadi manisnya maksiat.
Atsar nikmatnya mengabdi kepada Alloh berganti menjadi nikmatnya syahwat. Begitulah bergantinya atsar, lalu bagaimana kalau yang berubah/berganti itu sifat? Yaitu setelah kamu memiliki sifat yang baik dihadapan Alloh ta’ala, lalu berganti menjadi orang yang memiliki sifat yang buruk. Itu yang berhubungan dengan pergantian sifat, lalu bagaimana kalau yang berubah itu kedudukan?, yaitu setelah kamu menjadi orang yang sholih/baik dihadapan Alloh, lalu menjadi orang yang rusak dihadapan Alloh, setelah kamu menjadi orang yang berhati-hati dihadapan Alloh berubah menjadi orang yang ingkar dan khianat kepada-Nya.
Maka apabila macam-macamnya dosa itu sudah terbuka dihadapanmu, maka segeralah minta pertolongan kepada Alloh ta’ala, dan mengungsilah kapada-Nya dan taburi tanah dikepalamu(merasa hina) dan berdo’a: “Ya Alloh, pindahlah kami dari hinanya maksiat menuju kemuliaannya taat kepada-Mu”.
Dan berusahalah kamu untuk bisa berziarah kemakam-makam para Auliya’ dan sholihin, dan bacalah “Yaa Arhamar-roohimiin” (Wahai Dzat yang sangat belas kasih, belaskasihi kami).
Apakah kamu termasuk orang yang ingin memerangi nafsumu? Sedang
nafsumu kamu kuatkan dengan menuruti kesenangannya(syahwat). Sehingga kamu
dikalahkan nafsumu. ketahuilah, sungguh kamu termasuk orang yang bodoh.
Hati itu seperti pohon yang disirami dengan ketaatan. Dan buahnya yaitu apa-apa yang menempel pada pohon tersebut.
Mata, buahnya bisa mengambil I’tibar/contoh(tepotulodo).
Telinga, buahnya bisa mendengarkan Al Qur’an.
Mulut, buahnya bisa berdzikir kepada Alloh.
Kedua tangan dan kaki, buahnya bisa berjalan menuju kebaikan.
Jadi apabila hati kering, maka akan rontok buah-buahnya. Apabila
hatimu kering maka perbanyaklah dzikir kepada Alloh.
Kamu jangan seperti orang yang sakit dan berkata, “aku tidak akan
berobat sehingga ada obatnya.” Maka katakan padanya, “kamu tidak akan menemukan
obat/sembuh kalau kamu tidak mau berobat”.
Dalam jihad/perang itu tidak ada rasa manis/enaknya, yang ada hanya
ujungnya tombak. Maka dari itu
perangilah hawa nafsumu, itu termasuk perang yang besar.
Ketahuilah, wanita yang kehilangan anak itu tidak punya hari raya, tapi yang punya hari raya itu orang yang bisa mengalahkan nafsunya. Yang punya hari raya itu orang yang bisa mengumpulkan masalah yang berbeda-beda yakni, bisa menghadapi semua persoalan.
Seorang ulama lewat didepan rumah seorang pendeta, lalu ulama itu
bertanya, “hai pendeta? Kapan hari rayanya orang/kaum itu? Pendeta itu
menjawab, “ hari rayanya itu pada hari dia mendapat ampunan dari
tuhannya”.
Sifat antara dirimu dan
nafsumu itu seperti orang yang menemukan istrinya di warung minuman(khomr) lalu
istri tersebut diberi pakaian yang bagus, dan diberi makanan yang enak-enak.
Jadi apabila kamu meninggalkan sholat itu berarti kamu memberi makanan nafsumu
dengan bubur harisah (harisah: makan yang terbuat dari tepung dan telur/daging)
dan macam-macam makanan(yang dirasa enak menurut nafsu).
Ada sebagian ulama yang selama empat puluh tahun tidak pernah
mengikuti sholat berjamaah, karena merasa tidak kuat mencium bau busuk(tidak
enak)nya hati orang-orang yang lupa kepada Alloh.
Sungguh mengherankan! Kamu mengerti perkara yang menjadikan kebaikan duniamu, tapi kamu bodoh tentang perkara yang menjadikan kebaikan akhiratmu.
Contoh sifat dunia pada dirimu itu seperti seorang yang keluar menuju pekarangannya, dan giat bekerja. Setelah berhasil lalu ditimbun menjadi bahan makanan, lalu dia mendapat manfaat dari bahan yang ditimbun pada waktu dibutuhkan.
Sedangkan kamu menimbun syahwat/keinginan nafsumu yang seperti ular dan maksiatmu yang seperti kalajengking, sehingga kamu menjadi rusak/binasa. Itu cukup menunjukkan kebodohanmu. Para manusia menyimpan bahan makanan untuk persiapan diwaktu butuhnya, sedang kamu menyimpan perkara yang menjadikan bahaya dirimu yaitu maksiat.
Bagaimana pendapatmu, ada orang yang datang membawa ular dan
dipelihara didalam dirumahnya. Dan ketahuilah, kamu itu yang mengerjakan
seperti itu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan