Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atha’illah
Satu waktu aku sowan kepada Syeikh Abu Abbas al mursyi ra. Dan
didalam hatiku berkata sesuatu. Lalu Syeikh Abu Abbas berkata, “Apabila nafsumu
menginginkan sesuatu maka kerjakanlah sesuai keinginanmu, tapi kau tidak akan
mampu mengerjakannya”. Lalu beliau berkata, “Nafsu itu seperti wanita, apabila
kau banyak mencela dia, dia juga akan banyak mencela kamu. Maka serahkanlah
nafsumu pada tuhanmu, maka tuhanmu akan memperlakukan nafsumu sesuai
kehendak-Nya. Terkadang kamu susah mengatur nafsumu yang tidak mau menurut
kepadamu. Orang islam itu, orang yang menyerahkan dirinya kepada Alloh. Dengan
dalil firman Alloh, “ Sesungguhnya Alloh telah membeli diri dan harta
orang-orang mu’min dengan (imbalan)surga untuknya”.
Ketika kau dicintai Tuanmu, maka temanmu akan berpaling darimu,
sehingga kamu tidak disibukkan mereka, sehingga meninggalkan Tuanmu. Dan
diputus hubunganmu dengan makhluk sehingga kamu kembali kepada-Nya.
Berapa kalipun kamu mengajak nafsumu supaya mau taat, akan tetapi
dia akan selalu menolak. Kalau seperti itu pertama kamu butuh obatnya nafsu
itu. Apabila nafsu merasakan kenikmatan, maka dia akan datang dengan pilihan,
bahwa rasa manis/nikmat yang dirasakan nasfsu disaat maksiat itu juga bisa dirasakan
nafsu disaat taat.
Perumpamaan iman itu bagaikan pepohonan yang hijau/subur. Apabila
pohon iman itu banyak maksiatnya maka dia akan kering dan berhenti
perkembangannya.
Orang yang suka mengerjakan kewajiban, maka tinggalkanlah perkara
yang diharamkan. Dan siapa yang meninggalkan perkara makruh maka akan mendapat
pertolongan bisa menghasilkan kebaikan. Dan siapa yang mau meninggalkan perkara
mubah, maka akan diberi kelebihan yang kelebihan itu akal tidak bisa memuatnya.
Akan tetapi perkara yang ada kesenangan hawa nafsu akan terasa
mudah. Dan perkara yang tidak ada kesenangan hawa nafsu akan terasa berat.
Contohnya haji sunnah. Apabila dikatakan kepadamu, ”sedekahkan biaya hajimu”
maka akan terasa berat. Karena haji itu bisa dilihat oleh masyarakat, dan
nafsumu dapat bagian. Sedang shodakoh itu tidak terlihat dan terlupakan.
Seperti juga mempelajari ilmu karena selain Alloh. Walaupun semalam
suntuk, kau belajar akan terasa enak dan ringan. Sebaliknya bila kamu
diperintah sholat malam dua rokaat saja, maka akan terasa berat. Karena sholat
malam itu hanya hbungan antara kamu dan Alloh taala. Dan nafsumu tidak dapat
bagian sama sekali.
Jadi seumpama kamu baca Al Qur’an atau belajar ilmu itu nafsumu
dapat bagian yang berhubungan dengan masyarakat, maka baca Al Qur’an dan
belajar ilmu akan terasa ringan.
Seorang ulama berkata, “Nafsuku sangat ingin menikah, lalu aku
melihat mihrob dimasjid itu pecah dan mengeluarkan sandal emas yang dihiasi dengan
lu’lu’. Lalu aku mendengar perkataan, “ ini sandal calon istrimu”. Kalau
sandalnya saja seperti ini bagamana dengan kecantikan wajahnya, lalu seketika
itu juga hilanglah rasa keinginan menikah dalam hatiku.
Orang yang diberi kedudukan tinggi/mulia, orang itu pasti tidak
suka menoleh/ mencari ditempat sampah.
Berusahalah mengerjakan amalan sholih dengan disamarkanantara
dirimu dan Alloh taala. Keluargamu juga jangan sampai tahu, jadikanlah amalmu
simpanan dihadapan Alloh, yang akan kau unduh besok dihari kiamat.
Karena sesungguhnya nafsu itu senang menghitung-hitung amal.
Ada seorang ulama yang puasa empat puluh tahun dan keluarganya
tidak ada yang mengetahuinya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan