Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atha’illah
Siapa saja yang mau terus menerus mengetuk pintu, dia akan
dibukakan juga. Seumpama aku tidak berkeinginan yang halus/baik padamu, aku
tidak akan mengatakan apa yang sudah aku terangkan kepadamu.
karena pintu Alloh taala, itu seperti apa yang sudah dikatakan oleh Robi’ah al Adawiyyah ra.: “Kapankah pintu Alloh taala itu ditutup, sehingga butuh dibuka lagi. akantetapi yang aku maksudkan yaitu, pintu yang menyebabkan kamu semua dekat dengan Alloh taala. dan hatimu takut dari lupa kepada sifat Esa-Nya Alloh taala. karena permulaan derajat orang-orang yang berdzikir yaitu dengan menghadirkan hatinya kepada sifat Esa-Nya Alloh taala. tidak ada orang yang berdzikir kepada Alloh lalu dibukakan pintu-Nya, kecuali sebab dia menghadirkan hatinya kepada sifat Esa-Nya Alloh taala. Dan tidak ada dzikirnya orang-orang yang berdzikir, kecuali sebab hatinya lupa pada sifat wahdaniah/Esa-Nya Alloh taala.
Bantutah hatimu supaya bisa menghadap Alloh dengan menahan dua
syahwat/keinginan, yaitu: syahwatnya perut dan syahwatnya farji/kemaluan. Dan
tidak ada yang menghalangi kamu menghadap Alloh kecuali nafsumu sendiri.
Sangat mengherankan, apa yang menjadikan kamu lebih banyak cinta
pada makhluk, dan apa yang menjadikan
kamu lebih sedikit cinta kepada Alloh(Al Haq).
Seumpama kamu dibukakan pintu cinta kepada Alloh, tentu kamu akan mengtahui keajaiban(yang mengherankan.
Bagian dari mencari cinta Alloh yaitu, sholat dua rokaat ditengah
malam. menengok orang sakit, menyolati
janazah, shodaqoh untuk membantu saudara muslim, mengilangkan perkara yang
membuat orang celaka/sakit di jalanan itu juga sebagian dari mencari cinta
Alloh. Akan tetapi pedang yang tajam itu juga butuh tangan yang memeganginya.
Tidak ada ibadah yang lebih bermanfaat kepadamu dibandingkan berdzikir. karena dzikir itu mampu dilakukan oleh orang yang sudah tua renta dan orang yang sakit, yang sudah tidak kuat berdiri, tidak kuat ruku’ dan sujud.
Ketahuilah, para ulama dan para hukama’ itu sudah menunjukkan
kepadamu, bagaimana caranya kamu bisa sowan ke-Hadhrotulloh taala. ketahuilah,
apa budak yang baru dibeli sudah pantas untuk melayani tuannya? (tentu belum).
akan tetapi budak itu berikan orang yang mengajari tatakerama/adab kepadanya.
dan apabila sudah pantas, dan sudah tahu tatakerama, barulah budak tadi
diajukan untuk melayani tuannya. Begitu juga para Walinya Alloh ra. Para wali
itu selalu menemani dan mendidik muridnya sehingga naik ke-Hadhrotulloh taala.
Seperti juga orang yang sudah ahli renang mengajari anak kecil berenang, dengan diberi pengarahan sehingga anak tersebut bisa berenang sendiri. dan setelah anak mahir berenag sendiri baru dilepas di lautan dan ditinggalkan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan