Terjemahan Kitab Tajul ‘Arus Alhawiy li tahdzibin Nufus Karya Syeikh Ibnu ‘Atha’illah
Sangatlah jelek jika kamu sudah ubanan rambutmu, sedangkan akalmu masih seperti anak kecil. dan tidak faham apa yang menjadi kehendak Alloh ta’ala pada dirimu.
Kalau kamu orang yang berakal, maka tangisilah dirimu, sebelum
orang lain menangisimu. karena sesungguhnya anakmu, istrimu, pembantumu
danteman-temanmu itu tidak menangisi dirimu ketika kamu meninggal, tapi menagisi
apa yang terputus darimu.
Maka dari itu segeralah menangisi dirimu, dan katakana pada dirimu,
“Aku harus menangis, karena aku kehilangan bagian dari Tuhanku, sebelum orang
anak, istri dan teman-temanku menangisiku.
Cukuplah menunjukkan kebodohanmu, ketika Alloh berbuat baik
kepadamu dan memenuhi kebutuhanmu. sedangkan kamu menghadap kepada Alloh dengan
ingkar(menutup).
Lelaki sejati itu bukan
orang yang menangis dimajlis dihadapan orang banyak, tapi lelaki sejati itu
menjerit(menangis) atas dirinya sendiri dan mengembalikan segala urusannya pada
Alloh ta’ala.
siapa saja yang mementingkan dirinya untuk menyusahi urusan dunia,
dan meninggalkan menyusahi urusan akhirat, dia seperti orang yang akan di
terkam harimau, lalu ada nyamuk yang menggigit dirinya, dan dia sibuk
menyingkirkan nyamuk, dan lupa tidak berusaha lepas dari harimau.
Karena orang yang lupa dari Alloh itu pasti sibuk dengan sesuatu
yang remeh/kecil. dan orang yang tidak lupa pada Alloh, pasti tidak di sibukkan
oleh sesuatu selain Alloh. maka perbaikilah tingkah/keadaanmu dengan
meninggalkan dunia untuk menghasilkan akhirat.
Sudah terlalu lama kamu kehilangan akhirat karena mencari dunia.
Sungguh sangat mengherankan, dan sungguh amat buruk kalau tentara
itu ketakutan. sungguh amat buruk kalau ahli nahwu itu keliru bacaannya,
sungguh amat buruk sibuk mencari dunia bagi orang yang memperlihatkan zuhudnya.
Bukan dikatakan lelaki sejati orang yang mengatur ucapannya supaya terdengar
bagus, akan tetapi lelaki sejati itu orang yang luas pandangannya.
Diriwayatkan dari syeikh Abil Abbas al Mursi ra. beliau berkata: “Penyu itu kalau merawat anaknya itu hanya dilihat dari kejauhan, begitu juga guru mursyid kalau mendidik muridnya hanya diawasi/dilihat (dari kejauhan). Karena penyu itu bertelur di daratan, lalu dia mengawasi telurnya dari pinggir sungai, Lalu Alloh Ta’ala merawat anak penyu tersebut, sebab penngawasan penyu kepada telur tersebut.
Takutlah kamu, jangan sampai kamu keluar dari dunia ini, sedang kamu belum merasakan manisnya cinta kepada Alloh. karena manisnya cinta Alloh itu tidak ada bandingannya dari makanan, minuman. karena kalau seperti itu kamu hanya seperti orang kafir dan hewan. akan tetapi jadikan dirimu seperti malaikat didalam merasakan manisnya dzikir, dan berkumpul bersama(ingat) Alloh. karena ruh itu tidak mampu menanggung percikan nafsu, jadi kalau tercebur kedunia yang seperti bangkai, kamu tidak pantas sowan kehadhrotulloh ta’ala. Karena Hadhrotulloh itu tidak bisa dimasuki oleh orang yang masih kotor dengan najis maksiat.
Maka dari itu bersihkanlah hatimu dari cela/aib, kamu akan
dibukakan pintu ghoib. dan bertaubatlah kamu kepada Alloh, dan kembali kepada
Alloh dengan taat dan dzikir.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan