(Bagian 2)
Oleh:
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali
Apabila dikatakan, bukankah Nabi s.a.w. bersabda:
Artinya: “Menyesali dosa adalah tobat.”
Dan beliau tidak menyebutkan syarat-syarat dan yang Anda
kemukakan tersebut yang terasa begitu memberatkan?
Maka dikatakan padanya sebagai jawabannya, ketahuilah bahwa
penyesalan (an-nadāmah)
itu, tidak berada pada kekuasaan seorang hamba. Cobalah Anda renungkan, bisa
saja seseorang merasa menyesal di dalam hatinya terhadap perkara yang
diperbuatnya, padahal ia ingin hal itu tidak terjadi. Sedangkan tobat adalah
diperintahkan bagi seorang hamba. Dengan demikian kita menjadi mengerti bahwa,
seandainya seseorang menyesali dosa-dosa lantaran kehilangan kedudukan di
antara manusia, atau kehilangan harta dan mata pencahariannya, maka hal itu,
tidak diragukan lagi bukanlah suatu tindakan bertobat.
Dengan demikian, kirannya Anda menjadi tahu bahwa tidaklah
cukup mengartikan hadis tersebut dari segi lahirnya saja. Hadis tersebut
mengandung makna bahwa penyesalan itu harus dilakukan untuk mengagungkan Allah
s.w.t. dan takut terhadap siksa-Nya, sehingga mendorong Anda untuk bertobat
dengan yang sebenar-benarnya. Dan yang demikian itu merupakan sifat dan keadaan
orang yang bertobat.
Apabila seseorang mengingat tiga hal yang menjadi
perdahuluan tobat tersebut, maka dia akan merasa menyesal dan penyesalan itu
sebagai pendorong untuk meninggalkan dosa-dosa. Penyesalan semacam itu, bila
tetap bersemayam di dalam hatinya di waktu-waktu mendatang, tentu mendorongnya
untuk menunduk dan merendah diri kepada Allah s.w.t. Ketika hal tersebut telah
menjadi sebab-sebab tobat dan sifat-sifat orang yang bertobat, maka itulah yang
dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w. dengan nama tobat. Pahamilah hal itu dengan
baik, insya Allah akan mendapatkan petunjuk dari Allah s.w.t.
Jika Anda bertanya, bagaimana mungkin manusia bisa tidak
terjatuh pada perbuatan dosa sama sekali baik dosa kecil ataupun dosa besar,
sedangkan para nabi yang merupakan manusia yang paling mulia dan pilihan Allah
saja, di antara ahli ilmu terjadi kontroversi, apakah mereka memperoleh derajat
tersebut (terbebas dan tidak pernah melakukan dosa) atau tidak.
Ketahuilah, bahwa hal itu (adanya manusia yang tidak pernah
terjatuh dalam dosa) adalah mungkin dan bukan sesuatu yang mustahil. Untuk
mewujudkan yang demikian itu mudah saja bagi Allah. Dialah yang memberikan
keistimewaan rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Selanjutnya, termasuk syarat tobat juga adalah hendaklah
seseorang tidak memiliki kesengajaan untuk melakukan dosa. Adapun jika masih
terjatuh pada perbuatan dosa karena kealpaan atau kesalahan semata, maka yang
demikian itu dimaafkan, berkat anugerah keutamaan Allah ta‘ala. Dan hal ini mudah
terjadi pada orang yang mendapatkan taufiq dari Allah s.w.t.
Jika Anda bertanya: sesungguhnya yang mencegah aku untuk
bertobat adalah karena aku tahu bahwa diriku akan mengulangi dosa itu lagi dan
aku tidak akan bisa melakukan tobat secara konsisten. Maka aku tidak bertobat,
karena hal itu tidak ada gunanya.
Jika Anda menyatakan begitu, maka ketahuilah bahwa apa yang
Anda katakan itu merupakan tipu daya setan. Dari mana Anda mengetahui kalau
Anda akan mengulanginya lagi, karena bisa saja terjadi Anda akan mati dalam
keadaan bertobat sebelum sempat mengulangi dosa itu lagi.
Ketakutan Anda untuk mengulangi dosa lagi hendaklah Anda
hilangkan dengan kebulatan tekad dan kesungguhan memegang komitmen bahwa Anda
tidak akan mengulangi dosa lagi. Jika begitu, maka adalah mudah bagi Anda untuk
memberikan kesempurnaan rahmat dan anugerah-Nya kepada Anda, sehingga Anda
tidak mengulangi dosa itu lagi. Jika Allah tidak memberikan kesempurnaan
anugerah-Nya kepada Anda maka Anda sudah beruntung dengan diampuninya dosa yang
pernah Anda lakukan, sehingga Anda telah terbebas dan bersih dari dosa Anda
yang lampau, kecuali dosa yang baru Anda lakukan sekarang, setelah bertobat.
Ini merupakan keuntungan dan faedah yang besar dan agung.
Oleh sebab itu, ketakutan kembali melakukan dosa lagi,
jangan Anda jadikan sebagai alasan yang mencegah Anda untuk bertobat. Pastikan
Anda bertobat selamanya, ketakutan Anda kembali pada dosa merupakan suatu hal
yang baik pula, sebagai pendorong Anda untuk terus menerus bertobat. Semoga
Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan