KITAB
MIHAJUL ABIDIN IMAM AL GHAZALI
PENDAHULUAN DAN DAFTAR ISI
Oleh: Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali
Segala puji tetap bagi Allah SWT. Yang penuh Hikmah,
Pemurah, MuLlia, Penyayang , Tuhan yang menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, d an yang menciptakan langit dengan Kudrat-Nya, Mengatur segala
urusan dengan Hikmat-Nya, dan tiada Ia menciptakan jin dan manusia melainkan
untuk ibadah kepada-Nya.
Jadi, jalan kepada-Nya jelas bagi siapa yang
bermaksud, begitu pula bukti yang menunjuk kepada-Nya bagi siapa yang berfikir,
namun Allah jua menyesatkan siapa yang ditakdirkan-Nya sesat, dan Ia Pula memberi
hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, karena Ia lebih tahu akan
orang–orang yang beroleh hidayah.
Semoga sholawat serta salam melimpah atas penghulu
segala Rosul beserta keluarganya yang baik-baik lagi suci, semoga Alah SWT.
Menyelamatkan dan memuliakan mereka hingga hari pembalasan.
Ketahuilah, saudara-saudaraku semoga Allah
membahagiakan anda dan aku dengan keridoan-Nya, bahwa ibadah itu adalah buah
dari ilmu, faedah dari umur, hasil usaha dari hamba-hamba Allah yang kuat-kuat,
berang berharga dari para aulia, jalan yang ditempuh oelh mereka yang bertaqwa,
bagian untuk mereka yang mulia. Tujuan dari orang-orang yang berhimmah, syiar
dari goloongan terhormat, pekerjaan dari orang-orang yang berani berkata jujur,
pilihan dari mereka yang waspada, jalan menuju surga.
Allah SWT. Berfirman:
“ dan Aku Tuhan kamu sekalian, berbaktilah kepada-Ku”
dalam firman lainya
“ ini adalah
ganjaran bagi kamu, atas usaha kamu yang bersyukur”
hal ibadah telah cukup kami pikirkan, telah pula kami
teliti jalanya dari awal hingga tujuan akhirnya yang diidam-idamkan oleh para
penempuhnya. Ternyata suatu jalan yang amat sukar, banyak tanjakan-tanjakan
(pendakian-pendakiannya), sangat payah, dan jauh perjalanannya, besar
bahayanya, tidak sedikit pula halangan dan rintangannya, samar dimana tempat
celaka dan akan binasa, banyak lawan dan penyamun, sedikit teman dan
penolongnya.
Memang seharusnya begitu, sebab ibadah itu ialah
jalan ke surga, jadi semua ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW.
“ Perhatikanlah surga itu dikepung oleh segala macam
kesukaran sedangkan neraka dikelilingi oleh segala hal yang menarik.”
Rosulullah bersabda pula,:
“ Perhatikan
jalan kesorga itu penuh rintangan dan menanjak sedangkan jalan keneraka itu
mudah dan rata.”
Semua itu ditambah dengan kenyataan bahwa manusia itu
lemah, sedangkan jaman sudah payah, urusan agama mundur, kesempatan kurang,
banyak tugas, umur pendek , penguji amat teliti, ajal dekat, perjalanan jauh,
taat satu-satunya jadi bekal, karena itu harus taat, tidak dapat tiada.
Namun waktu telah berlalu, tak dapat dipanggil
kembali, pendeknya siapa yang taat, dialah yang beruntung, bahagia
selama-lamanya. Tetapi siapa yang tidak mau taat, maka rugi dan celakalah dia.
Kalau begitu soalnya sulit dan bahayanya besar,
karena itulah maka jarang sekali orang yang memilih jalan ini, diantara yang
telah memillihnyapun jarang sekali yang benar-benar menempuhnya.
Diantara yang menempuhnya juga jarang pula yang
sampai kepada tujuannya dan berhasil mencapai apa yang dikejarnya. Mereka yang
berhasil itulah orang-orang mulia pilihan Allah SWT. Untuk ma’rifat dan
mahabbah kepada-Nya. Diberinya taufik dan pemeliharaan terhadap mereka, dan
disampaika-Nya dengan penuh karunia kepada keridoan-Nya.
Kita bermohon semoga Allah SWT. Memasukan kita
kedalam golongan yang beruntung dengan memperoleh rahmat-Nya.
Oleh karena kami lihat jalan kearah ini begitu
keadaannya, kamipun berpikir dan merenungkan bagai mana cara menampuhnya, alat
dan perlangkapan apa yang diperlukan si penempunhnya, dengan ilmu dan amal,
mudah-mudahan saja ia dapat menempuhnya dengan taufik Ilahi dalam keadan
selamat, tidak terhenti dalam tanjakan-tanjakannya sehingga patah disitu dan
masuk golongan yang celaka binasa, na’uzubillah.
Itulah sebabnya maka kami berusaha menyusun beberapa
kitab tentang jalan kearah itu dan cara menempuhnya, seperti antara lain kitab
Ihya, Al Qurbah dsb, akan tetapi , kitab-kitab tersebut banyak mengandung
soal-soal yang halus, mendalam sekali, sukar untuk dimengerti oleh kebanyakan
orang, sehingga akhirnya mereka benci dan mencela, mengecam apa saja yang
mereka belum paham dalam-kitab-kitab tersebut.
Namaun kita tidak harus heran, karena kitab mana yang
lebih mulia dan lebih baik dari Al Qur’an, tetapi kitab suci tersebut masih
saja dicela oleh orang-orang yang tidak mau menerima, mereka katakan hanya
dongengan-dongengan kuno belaka.
Zainal Abidin, Ali bin Ali bin Abu Tholib r. a pernah
berkata:
“diantara ilmu-ilmuku, johar mutu manikamnya
kusembuyikan, agar tiada terlihat orang yang tidak mampu, karena akhirnya ia
akan tersesat.
Hal ini memang telah dipesankan oleh Abu Hasan kepada
Husain dan Hasan. Karena terkadang ada johar ilmu yang kalau dibuka tabirnya
pasti ada orang yang akan menuduh aku musyrik, dan menghalalkan jiwaku untuk
dibunuh, karena dikiranya perbuatan keji itu suatu amal yang baik.”
Keadaan seperti itu menuntut para ulama agar
memandang mereka dengan rasa belas kasih, tidak berbantah-bantahan.
Karena itu, lalu aku bermohon kepada Allah Swt. Minta
diberi-Nya taufik agat dapat menyusun sebuah kitab yang cocok bagi mereka.
Permohonanku itu diluluskan-Nya, diilhami-Nya sehingga dapat mengarang sebuah
kitab dengan suatu susunan yang indah, belum pernah kudapat dalam
karangan-karanganku sebelumnya, kitab baru itu, ialah (kitab minhajul A’bidin)
yang kusajikan sekarang ini.
Adapun hamba Allah itu bila mulai bangun dan ingat
untuk ibadah, ia tajarrud dengan membulatkan hati menempuh jalan ibadah,
mula-mula ialah karena ada suatu lintasan dihatinya yang suci. Itu adalah
pemberian dari Allah Swt. Dengan taufik yang khusus dari Dia, dan ini adalah
yang dimaksud dengan firman Allah :
“apakah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah
untuk menerima Islam, ia dikarunia Allah dengan suatu nur (apakah dia itu lebih
baik atau tidak?)dan telah diisyaratkan pula hal tadi oleh Rosulullah Saw.
Sabda beliau :
“ Nur itu apabila sudah masuk dihati manusia, menjadi
lapang dan menjadi lega hatinya.”
Disini ada yang bertanya kepada Rosulullah :
“ Ya Rosulullah, ! apa yang seperti itu ada tandanya
sampai bisa diketahui tanda itu?”jawab beliau:
“ Ada
tandanya, yaitu menjauhkan diri dari negri palsu (dunia) dan kembali ke negri
kelanggengan serta bersiap untuk mati sebelum mati.”
Apabila hal ini terlintas di hati seseorang maka
mula-mula ia akan berkata (kepada dirinya) :
“ Oh ! aku sekarang merasa bahwa diriku ini
dikaruniai dengan bermacam-macam kenikmatan oleh Allah, seperti nikmat hidup,
nikmat mempunyai sifat kudrat (kekuasan) bisa berbuat apa-apa, bisa berfikir,
bisa bicara, dan hal yang mullia lainnya, dan ada padaku kenikmatan,
kesenangan, disamping selamatnya aku dari bermacam-maccam ujian dan musibah,
banyak musibah yang terhindar dari aku dan aku tahu seemua ini ada pemberinya
yang menuntut supaya aku bersyukur kepada-Nya, dan berhidmat kepadanya, dan
apabila aku lalai, lupa, tidak bersyukur dan tidak berhidmat, pasti dia akan
hilangkan nikmat-Nya dan pasti aku diberi hukkuman dan balasan, dan dia sudah
mengutus kepadaku seorang Rosul ( namanya : Muhammad Saw.) dia menndukung rosul
itu dan menguatkannya dengan mu’jizat yang luar biasa, diluar kemampuan
mannusia..
Rosul itu memberitakan kepadaku bahwa aku hanya
mempunyai satu Tuhan yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup,
Maha Berkehendak, Berbicara, Menyurh, Melarang dan Kuasa Menghukum apabila aku
durhaka kepada-Nya dan Ia akan mamberi ganjaran apabila aku taat kepada-Nya,
Dia tahu segala rahasiaku, dan tahu apa saja yang terlintas dipikiranku, dan
Dia sudah menjanjikan sesuatu, dan Dia telah memerintahkan agar aku taat pada
hukum-hukum syari’at.
Apabila seseorang sudah berkata begitu dihatinya dia
itu faham bahwa ini mungkin, tidak mustahil, ia dengar berita-berita dari
Rosulullah S.A.W (melalui ulama-ulama yang
menyampaikan kepadanya) Ia berkata dihatinya :
“ ini mungkin, tidak mustahil, tidak ada kemustahilan
bagi yang demikian itu dalam akal, sepintas lalu saja sudah bisa dimengerti. “
disini dia kuatir tentang nasib dirinya karena rasa
takut.
Ini namanya lintasan hati yang membawanya takut
tetapi engkau sudah mengerti sekarang engkau terikat.
Untuk memutuskan diri daripadanya, tidak ada alasan,
apalagi unutk berayal-ayalan, sehingga mendorong dia dengan keras untuk
berfikir tetapi berusaha dan mencari jalan keselamatan, bagaimana? Dia
ketakutan, bagaimana supaya merasa aman dari apa yang sudah masuk dihatinya
atau yang sudah didengar oleh telinganya sendiri?
Tidak ada jalan lain lagi dihadapannya selain dengan
otaknya yang sehat, memikirkan dan mencari bukti.
Mula-mula terhadap adanya buatan yang menunjukan
adanya si pembuat, adanya alam semesta, ini juga buatan, yang menunjukan adanya
si pembuat, yaitu Allah SWT. Agar ada baginya ilmu yakin dan tidak syak
wasangka lagi akan hal-hal yang ghaib. Benar, Allah itu tidak dapat dilihat,
tetapi bukti akan perbuatannya, yaitu alam semesta yang indah dan unik, yang
menandakan adanya Allah.
Disini dia akan yakin bahwa memeng dia mempunyai
Tuhan yang memerintah dan melarangnya.
Inilah tanjakan yang pertama, pendakian yang pertama,
yang dihadapinya dalam perjalanan ibadah. Yaitu tanjakan ILMU & MA’RIFAT.
DAFTAR ISI:
VII Tahapan
Pendahuluan
BAB I : Tahapan Pertama: ILMU DAN MAKRIFAT
BAB II : Tahapan Kedua: T O B A T
BAB III: Tahapan Keempat:
KENDALA-KENDALA DI JALAN IBADAH
BAB IV: Tahapan Ketiga:
GODAAN-GODAAN
BAB V : Tahapan Kelima: DORONGAN DAN MOTIVASI
BAB VI : Tahapan Keenam: MENGHINDARI PERUSAK IBADAH
BAB VII : Tahapan Ketujuh
: PUJIAN DAN SYUKUR
Tiada ulasan:
Catat Ulasan