KITAB
RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)
IMAM NAWAWI
Menerangkan
Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan apa saja yang engkau
semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahuinya." (al-Baqarah: 215)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan,
pasti Allah Maha Mengetahuinya."
(al-Baqarah: 197)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Maka barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, maka Ia akan
mengetahuinya - di akhirat nanti
memperoleh balasannya." (az-Zalzalah: 7)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan
amal shalih, maka perbuatannya Itu akan menguntungkan
dirinya sendiri." (al-Jatsiyah: 15)
Ayat-ayat yang berhubungan dengan bab ini amat banyak
sekali.
Adapun Hadis-hadis yang menguraikan bab ini juga amat
banyak sekali dan tidak
dapat diringkaskan keseluruhannya. Maka itu akan kami
sebutkan sebagian daripada Hadishadis tersebut:
117. Pertama: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah
r.a., katanya: "Saya berkata: Ya
Rasulullah, amalan manakah yang lebih utama - banyak
fadhilahnya?" Beliau s.a.w.
menjawab: "Yaitu beriman kepada Allah dan
berjihad untuk membela agamaNya." Saya
bertanya lagi: "Hambasahaya manakah yang lebih
utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu
yang dipandang terindah bagi pemiliknya serta yang
termahal harganya."
Saya bertanya pula: "Jikalau saya tidak dapat
mengerjakan itu -yakni berjihad fisabilillah
ataupun memerdekakan hambasahaya yang mahal harganya,
maka apakah yang
dapat saya lakukan?" Beliau s.a.w. bersabda:
"Berilah pertolongan kepada seseorang pekerja -
shani' - atau engkau mengerjakan sesuatu kepada seseorang
yang kurang pandai bekerja -
akhraq." Saya berkata pula: "Ya Rasulullah,
bukankah Tuan telah mengetahui, jikalau saya ini
lemah sekali dalam sebagian pekerjaan?" Beliau
s.a.w. bersabda:
"Tahanlah keburukanmu, jangan sampai mengenai
orang banyak, amalan sedemikian
itupun merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu
sendiri - yakni tidak mengganggu
orang lain." (Muttafaq 'alaih)
Lafaz Shani' - yang artinya pekerja - dengan menggunakan shad muhmalah, itulah
yang masyhur. Tetapi ada riwayat lain yang menyebutkan
bahwa kalimat itu berbunyi dha-i',
yakni dengan mu'jamah - dhad, maka artinya ini ralah
orang yang mempunyai banyak apaapa
yang hilang, misalnya karena kefakirannya ataupun
karena kekurangan keluargakeluarganya
dan lain-lain lagi. Adapun akhraq itu artinya ialah orang yang tidak dapat
memperbaguskan apa-apa yang sedang diusahakan untuk
mengerjakannya.
118. Kedua: Dari Abu Zar r.a. juga bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap ruas tulang dari seseorang di antara
engkau semua itu setiap paginya
hendaklah memberikan sedekahnya, maka tiap setasbihan
- bacaan Subhanallah - adalah
sedekah, tiap setahmidan -bacaan Alhamdulillah - adalah sedekah, tiap setahlilan bacaan La
ilaha illallah - adalah sedekah, tiap setakbiran - bacaan
AllahuAkbar - adalah sedekah,
memerintah pada kebaikan adalah sedekah, melarang
kemungkaran adalah sedekah dan
yang sedemikian itu dapat dicukupi - diimbangi
pahalanya - oleh dua rakaat yang seseorang
itu bersembahyang dengannya di waktu dhuha - antara
sedikit setelah terbitnya matahari
sampai matahari di tengah-tengah atau istiwa'."
(Riwayat Muslim)
119. Ketiga: Dari Abu Zar juga, katanya: "Nabi
s.a.w. bersabda: "Ditunjukkanlah
padaku amalan-amalan ummatku, yang baik dan yang buruk.
Maka saya mengetahuinya
dalam golongan amalan-amalan yang baik adalah
menyingkirkan sesuatu yang berbahaya
dari jalan, sedang dari golongan amalan-amalan yang
buruk ialah dahak yang dilakukan di
dalam masjid dan tidak ditanam."(Riwayat Muslim)
120. Keempat: Dari Abu Zar pula, bahwasanya
orang-orang sama berkata: "Ya
Rasulullah, orang-orang yang kaya raya sama pergi
dengan membawa pahala yang banyak -
karena banyak pula amalannya. Mereka itu bersembahyang
sebagaimana kita juga
bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita juga
berpuasa, tambahan lagi mereka
dapat bersedekah dengan kelebihan harta-harta mereka.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bukankah Allah telah menjadikan untukmu semua
sesuatu yang dapat engkau semua
gunakansebagai sedekah. Sesungguhnya datam setiap
tasbih adalah merupakan sedekah,
setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid
merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan
sedekah, memerintahkan kebaikan juga sedekah, melarang
kemungkaran itupun sedekah
pula dan bahkan dalam bersetubuhnya seseorang dari
engkau semua itupun sedekah."
Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah apakah
seseorang dari kita yang mendatangi
syahwatnya itu juga memperoleh pahala?" Beliau
s.a.w. bersabda:
"Adakah engkau semua mengerti, bagaimana jikalau
syahwat itu diletakkannya dalam
sesuatu yang haram, adakah orang itu memperoleh dosa?
Maka demikian itu pulalah jikalau
ia meletakkan syahwatnya itu dalam hal yang
dihalalkan, iapun memperoleh pahala."
(Riwayat Muslim)
Ad-dutsuur, dengan tsa' yang bertitik tiga buah,
artinya harta benda yang melimpah
ruah, mufradnya berbunyi Ditsrun.
Keterangan:
Yang menghadap Nabi s.a.w. ini adalah dari golongan
kaum Muhajirin (orangorangyangsama
berpindah mengikuti Nabi s.a.w. dari Makkah ke
Madinah) yang fakir-fakir.
Jadi pokoknya mereka mengadu karena merasa kurang
pahalanya kalau dibanding dengan
orang-orang yang kaya-kaya itu, sebab merasa tidak
dapat bersedekah karena miskinnya.
Setashbih, yakni sekali membaca tasbih (Subhanallah).
Takbir yaitu membaca Allahu
Akbar. Tahmid yakni bacaan Alhamdulillah dan Tahlil
yaitu La ilaha illallah.
Dalam kemaluan isteripun ada sedekahnya yakni
bersetubuh itupun ada pahalanya
seperti pahala sedekah.
Menyampaikan syahwat dalam keharaman yakni melacur
atau berzina.
121. Kelima: Dari Abu Zar lagi, katanya: "Nabi
s.a.w. bersabda kepadaku:
"Janganlah engkau menghinakan sesuatu kebaikan
sedikitpun, sekalipun hanya
dengan jalan engkau menemui saudaramu dengan wajah
yang berseri-seri." (Riwayat Muslim)
122. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap ruas tulang dari para manusia itu harus
memberikan sedekah setiap harinya
yang di situ terbitlah matahari. Berlaku adil antara
dua orang itupun sedekah, ucapan yang
baik itupun sedekah, dengan setiap langkah yang
dijalaninya untuk pergi shalat juga sedekah,
melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan itu juga
sedekah." (Muttafaq 'alaih)
Imam Muslim meriwayatkan juga dari riwayat Aisyah
radhiallahu 'anha, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Bahwasanya setiap manusia dari Bani Adam itu
dijadikan atas tigaratus enampuluh
ruas tulang. Maka barangsiapa yang bertakbir kepada
Allah, bertahmid kepada Allah,
bertahlil kepada Allah, bertasbih kepada Allah, mohon
pengampunan kepada Allah, suka
melemparkan batu dari jalan para manusia, ataupun duri
ataupun tulang dari jalan orang
banyak, atau memerintahkan kebaikan atau melarang
kemungkaran, sebanyak tigaratus
enampuluh kali banyaknya, maka sesungguhnya orang itu
bersore-sore pada hari itu dan ia
telah menjauhkan dirinya dari neraka."
Keterangan:
Berlaku adil yang dimaksudkan dalam Hadis ini seperti
waktu memberi pulusan pada
dua orang yang sedang berselisih adalah sebesar-besar
pahala dalam arti sedekah ini.
Ingatlah firman Allah:
"Tidak ada kebaikan sama
sekali di dalam bisik-bisik mereka itu. Kecuali orang yang menyuruh bersedekah
dan kebaikan atau yang mendamaikan antara para manusia. Dan barangsiapa yang
suka melakukan sedemikian itu untuk mencari keridhaan Allah, maka padanya oleh Allah diberi pahala yang besar
sekali."
Perkataan yang baik itu seperti memberi nasihat,
menunjukkan orang yang tersesat
jalan dan lain-lain.
Menghindarkan bahaya dari jalan misalnya bahaya itu
ialah batu, pecahan kaca, paku
dan lain-lain agar tidak mengenai kaki orang yang
melaluinya.
123. Ketujuh: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi
s.a.w.,sabdanya:
"Barangsiapa yang pergi ke masjid pagi atau sore
hari, maka Allah menyediakan
untuknyasebuah jaminan - nuzul - dalam syurga setiap
ia pergi, pagi atau sore hari itu."
(Muttafaq 'alaih)
Nuzul, maksudnya jaminan yang berupa makanan atau
rezeki dan apa saja yang dapat
disediakan untuk tamu.
124. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a. katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai kaum muslimat - wanita Islam, janganlah
seseorang tetangga itu menghinakan
tetangganya,sekalipun yang diberikan oleh tetangganya
itu hanya berupa kaki kambing."
(Muttafaq 'alaih)
Imam al-Jauhari berkata: Al-Firsin, artinya kaki binatang umumnya dipergunakan
untuk kaki unta, sebagaimana halnya lafaz At-Hafir dipergunakan untuk menerangkan kaki
ternak yang lain-lain. Tetapi adakalanya Al-Firsin itu
digunakan sebagai kata isti'arah
(pinjaman) untuk menerangkan kaki kambing.
Keterangan:
Hadis ke-24 itu mengandung dua macam pengertian yaitu:
Pertama: Orang yang diberi jangan sekali-kali
menghinakan tetangganya yang
memberikan sesuatu kepadanya, sekalipun berupa kaki
kambing. Uraian inilah yang
kami cantumkan di atas dan sesuai pula dengan
penafsiran yang dapat kita periksa dalam
kitab Dalilul Falihin syarah Riyadhus Shalihin, yang dikarang oleh Syekh 'Alan ash-Shiddiqi
asy-Syafi'i al-Makki yang wafat pada tahun 1057
Hijriyah-Rahimahullahu Ta'ala rahmatan
wasi'ah - yakni dalam jilid kedua halaman 128,
diterbitkan oleh "Darul Kitabil 'Arabi", Beirut
Libanon.
Jadi yang diberi hendaknya bersyukur dan mengucapkan
terima kasih kepada
pemberinya, meskipun apa yang diberikan itu baginya
tidak berarti.
Sebabnya orang yang diberi itu dilarang menghinakan
pemberian orang lain,
sekalipun sedikit nilainya, karena pada umumnya orang
yang enggan berterima kasih pada
pemberian sedikit, ia enggan pula berterima kasih pada
pemberian yang banyak.
Dalam sebuah Hadis lain di sebutkan:
"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang enggan bersyukur kepada sesama manusia."
Kedua: Dapat pula diberi penafsiran bahwa orang
yang mem-beri itu jangan sekali-kali
menghinakan kecilnya pahala yang akan diperolehnya
dengan jalan memberikan sedekah
atau hadiah yang disampaikan kepada tetangganya,
meskipun hanya berupa kaki kambing.
Ini sebagai sindiran karena yang diberikan itu amat
sedikitnya, kurang berharga atau tidak
berarti.
Jadi memberi itu sekalipun sedikit adalah lebih baik
daripada tidak memberi
samasekali. Dalam persoalan pahalanya, Allah Ta'ala
berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan
kebaikan - meskipun - itu seberat debu (biji sawi atausemut
kecil), maka ia akan mengetahuinya
(yakni mendapatkan pahalanya)."
Penjelasan ini sesuai dengan catatan yang ditulis oleh
Al-Ustadz Ridhwan
Muhammad Ridhwan dalam kitab Riyadhus Shalihin yang drterbitkan oleh "Darul Kitabil
'Arabi", Beirut Libanon.
Kedua pendapat di atas itu sama-sama dapat dipakainya,
yakni baik bagi pemberi
atau yang diberi. Yang memberi jangan menghina
kecilnya pahala, sebab yang disedekahkan
atau dihadiahkan hanya sedikit sekali, sedang yang
diberipun jangan menghina orang yang
memberi, sebab sedekah atau hadiah yang disampaikan
kepadanya itu hanya sedikit dan
kurang berharga, yaitu kaki kambing atau lain-lain
yang sifatnya tidak bernilai tinggi atau
tidak mahal harganya.
125. Kesembilan: Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Iman itu ada
tujuhpuluh lebih atau enampuluh lebih - lebihnya ialah
antara tiga sampai sembilan -
cabangnya. Maka yang terutama sekali ialah ucapan La
ilaha illallah, sedang yang terendah
sekali ialah melemparkan apa-apa yang berbahaya dari
jalan. Perasaan malu - berbuat
keburukan - adalah salah satu cabang dari
keimanan." (Muttafaq 'alaih)
126. Kesepuluh: Dari Abu Hurairah r.a. lagi bahwasanya
Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Pada suatu ketika ada seorang lelaki berjalan di
suatu jalan, ia sangat merasa haus,
lalu menemukan sebuah sumur, kemudian turun di
dalamnya terus minum. Setelah itu iapun
keluarlah. Tiba-tiba ada seekor anjing
mengulur-ulurkan lidahnya sambil makan tanah
karena hausnya, Orang itu berkata - dalam hati;
"Niscayalah anjing ini telah sampai pada
kehausan sebagaimana yang telah sampai padaku
tadi." lapun turun lagi ke dalam sumur
lalu memenuhi sepatu khufnya dengan air, kemudian
memegang sepatu itu pada mulutnya,
sehingga ia keluar dari sumur tadi, terus memberi
minum pada anjing tersebut. Allah
berterima kasih pada orang tadi dan memberikan
pengampunan padanya."
Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, apakah
sebenarnya kita juga memperoleh
pahala dengan sebab memberi - makan minum - pada
golongan binatang?" Beliau s.a.w.
menjawab:
"Dalam setiap hati yang basah - maksudnya setiap
sesuatu yang hidup yang diberi
makan minum - ada pahalanya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam sebuah riwayat dari Imam Bukhari disebutkan
demikian: "Allah lalu berterima
kasih pada orang tersebut, kemudian memberikan
pengampunan padanya, lalu
memasukkannya ke dalam syurga."
Dalam riwayat lain dari Bukhari dan Muslim disebutkan
pula: "Pada suatu ketika ada
seekor anjing berputar-putar di sekitar sebuah sumur,
hampir saja ia terbunuh oleh
kehausan,tiba-tibaada seseorang pezina - perempuan -
dari golongan kaum pelacur Bani
Israil melihatnya. Wanita itu lalu melepaskan
sepatunya kemudian mengambilkan air untuk
anjing tadi dan meminumkan air itu padanya, maka
dengan perbuatannya itu diampunilah
wanita tersebut.
Keterangan:
Hadis di atas mengandung suatu anjuran supaya kita
semua berbuat baik terhadap
segala macam binatang yang muhtaram atau yang dimuliakan.
Yang dimaksudkan binatang
muhtaram ialah binatang yang menurut agama Islam tidak
boleh dibunuh.
127. Kesebelas: Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi
s.a.w. sabdanya:
"Niscayalah saya telah melihat seseorang yang
bersuka-ria dalam syurga dengan sebab
memotong sebuah pohon dari tengah jalanan yang pohon
itu membuat kesusahan bagi kaum
Muslimin." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain disebutkan demikian:
"Pada suatu ketika ada
seorang lelaki berjalan melalui sebuah cabang pohon
yang melintang di tengah jalanan,
kemudian ia berkata:
"Demi Allah, niscayalah pohon ini hendak
kulenyapkan dari jalanan kaum Muslimin
supaya ia tidak membuat kesukaran pada mereka
itu." Orang tersebut lalu dimasukkan
dalam syurga.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim pula disebutkan
demikian: "Pada suatu ketika ada
seorang lelaki yang berjalan di jalanan. Ia menemukan
cabang dari sebuah pohon berduri
pada jalanan itu, kemudian cabang berduri itu
disingkirkan olehnya. Allah lalu berterima
kasih kepada orang tadi dan memberikan pengampunan
kepadanya."
128. Keduabelas: Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang berwudhu' lalu memperbaguskan
wudhu'nya kemudian
mendatangi shalat Jum'at, lalu mendengarkan - khutbah
serta berdiam diri - tidak bercakapcakap
sedikitpun, maka diampunilah untuk antara Jum'at itu
dengan Jum'at yang berikutnya
dan ditambah pula dengan tiga hari lagi. Barangsiapa
yang memegang - mempermainmainkan
- batu kerikil - di waktu ada khutbah - maka ia telah
berbuat kesalahan." (Riwayat
Muslim)
129. Ketigabelas: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang hamba muslim ataupun mu'min
berwudhu', kemudian ia
membasuh mukanya, maka keluarlah dari mukanya itu
setiap kesalahan yang dilihat olehnya
dengan menggunakan kedua matanya bersama dengan air
atau bersama dengan tetesan air
yang terakhir. Selanjutnya apabila ia membasuh kedua
tangannya, maka keluarlah dari
kedua tangannya itu semua kesalahan yang diambil -
dilakukan - oleh kedua tangannya
bersama dengan air atau bersama tetesan air yang
terakhir. Kemudian apabila ia membasuh
kedua kakinya, maka keluarlah semua kesalahan yang
dijalani oleh kedua kakinya itu
bersama dengan air atau bersama dengan tetesan air
yang terakhir, sehingga keluarlah orang
tersebut dalam keadaan bersih dari semua dosa."
(Riwayat Muslim)
130. Keempatbelas: Dari Abu Hurairah r.a.dari
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Shalat lima waktu, dari Jum'at yang satu ke
Jum'at yang benkutnya,dari Ramadhan
yang satu ke Ramadhan yang berikutnya itu dapat
menjadi penghapus dosa-dosa antara
jarak keduanya itu, jikalau dosa-dosa besar
dijauhi." (Riwayat Muslim)
131. Kelimabelas: Dari Abu Hurairah r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sukakah engkau semua saya tunjukkan pada sesuatu
amalan yang dengannya itu
Allah akan menghapuskan segala macam kesalahan serta
mengangkat pula dengannya tadi
sampai beberapa derajat?" Para sahabat menjawab;
"Baik, ya Rasulullah." Beliau s.a.w.
bersabda:
"Yaitu menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi
kesukaran-kesukaran
banyaknya, melangkahkan kaki untuk pergi ke masjid
serta menantikan shalat setelah selesai
shalat yang satunya. Yang sedemikian itulah yang
dinamakan perjuangan." (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Menyempurnakan wudhu' sekalipun menghadapi kesukaran,
misalnya di saat yang
udaranya dingin sekali, sehingga airnyapun menjadi
sangat pula dinginnya.
Dalam Hadis di atas dijelaskan bahwa senantiasa
berthaharah yakni tetap suci dari
hadas besar dan kecil, juga shalat dan segala sesuatu
yang dilakukan ditujukan untuk niat
beribadat dan berbakti kepada Tuhan, adalah sama
pahalanya dengan berjihad fi-sabilillah.
132. Keenambelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a.,
katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Barangsiapa yang bersembahyang dua shalat barad
- makna sebenarnya dingin, maka
ia dapat masuk syurga." (Muttafaq 'alaih)
Dua shalat barad maknanya ialah shalat Subuh dan Asar.
133. Ketujuhbelas: Dari Abu Musa al-Asy'ari pula,
katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Apabila seseorang hamba itu sakit atau
bepergian, maka dicatatlah untuknya pahala
ketaatan sebagaimana kalau ia mengerjakannya di waktu
ia sedang berada di rumah sendiri
dan dala keadaan sihat." (Riwayat Bukhari)
134. Kedelapanbelas: Dari Jabir r.a., katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setiap perbuatan baik itu merupakan
sedekah." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
Juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat
Hudzaifah r.a.
135. Kesembilanbelas: Dari Jabir r.a. pula, katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang muslimpun yang menanam suatu
tanaman, melainkan apa saja yang
dapat dimakan dari hasil tanamannya itu, maka itu
adalah sebagai sedekah baginya, dan apa
saja yang tercuri daripadanya, itupun sebagai sedekah
baginya. Dan tidak pula dikurangi
oleh seseorang lain, melainkan itupun sebagai sedekah
baginya." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan:
"Maka tidaklah seseorang muslim
itu menanam sesuatu tanaman, kemudian dari hasil tanamannya
itu dimakan oleh manusia
ataupun binatang, ataupun burung, kecuali semuanya itu
adalah sebagai sedekah baginya
sampai hari kiamat."
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain lagi disebutkan:
"Tidaklah seseorang muslim
itu menanam sesuatu tanaman, tidak pula ia menanam
sesuatu tumbuh-tumbuhan,
kemudian dari hasil tanamannya itu dimakan oleh
manusia, ataupun oleh binatang ataupun
oleh apa saja, melainkan itu adalah sebagai sedekah
baginya."
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan Hadis-hadis
semuanya itu dari
riwayat Anas r.a.
136. Keduapuluh: Dari Jabir r.a. lagi, katanya:
"Bani Salimah - salah satu kabilah kaum
Anshar yang terkenal radhiallahu 'anhum - bermaksud
hendak berpindah tempat di dekat
masjid. Berita itu sampai kepada Rasulullah s.a.w.,
kemudian beliau s.a.w. bersabda kepada
Bani Salimah itu: "Sesungguhnya saja telah sampai
berita kepadaku bahwa engkau semua
ingin berpindah ketempat di dekat masjid?" Mereka
menjawab: "Benar, ya Rasulullah, kita
berkehendak sedemikian itu." Beliau s.a.w.
bersabda lagi: "Wahai Bani Salimah, tetaplah
di rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah
langkah-langkahmu itu - pahala
melangkahkan kaki dari rumah ke masjid itu pastt
dicatat sebanyak yang dijalankan. Jadi
tidak perlu berpindah ke dekat masjid. Tetaplah di
rumah-rumahmu itu saja, akan dicatatlah
langkah-langkahmu itu." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya dengan setiap langkah itu ada
derajatnya sendiri." Imam Bukhari
meriwayatkan pula dengan pengertian yang semakna
dengan di atas dari riwayat Anas r.a.
137. Keduapuluhsatu: Dari Abdulmundzir yaitu Ubaybin
Ka'ab r.a. katanya: "Ada
seseorang yang saya tidak mengetahui ada orang lain
yang rumahnya lebih jauh lag!
daripada orang itu untuk pergi ke masjid. Orang tadi
tidak pernah terluput oleh shalat -
jamaah. Kemudian kepadanya itu ditanyakan, atau saya
sendiri bertanya kepadanya:
Alangkah baiknya jikalau engkau membeli seekor keledai
yang dapat engkau naiki apabtla
malam gelap gulita ataupun di waktu siang yang
panasnya amat terik." Orang itu menjawab:
"Saya tidak senang sekiranya rumahku itu ada di
dekat masjid. Sesungguhnya saya ingin
sekali kalau perjalananku ke masjid itu dicatat-
sebagai pahala, demikian juga pulangku
jikalau saya pulang ketempatkeluargaku."Rasulullah
s.a.w. lalu bersabda: "Allah telah
mengumpulkan untukmu semua yang kau kehendaki itu -
yakni keinginanmu untuk
memperoleh pahala banyak itu dikabulkan oleh
Allah."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Sesungguhnya bagimu adalah pahala apa yang telah
engkau amalkan-yakni
diperhitungkan menurut banyak sedikitnya langkah yang
dijalani dari rumah ke masjid itu."
Ar-ramdha' ialah bumi yang terkena panas matahari
yang amat terik.
138. Keduapuluh dua: Dari Abu Muhammad yaitu Abdullah
bin 'Amr bin Ash
radhiallahu 'anhuma, katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Ada empat puiuh perkara, setinggi-tingginya -
dalam derajat-nya - ialah memberikan
- manihah - kambing. Tiada seorangpun yang mengerjakan
salah satu perkara dari
empatpuiuh perkara itu, dengan mengharapkan pahalanya
dan mempercayai apa yang
dijadikan - oleh Tuhan - melainkan Allah akan
memasukkannya ke dalam syurga." (Riwayat
Bukhari)
Manihah ialah memberikan kambing betina pada orang
lain agar diperah susunya -
binatang yang diberikan tadi, lalu dimakan -yakni
diminum, kemudian dikembalikan lagi
kepada yang memilikinya, apabila sudah habis susu yang
ada di dalam teteknya. Manihah
itu dapat berupa kambing dan disebut Manihatul 'ami atau Manihatusy syaati dan dapat pula
berupa unta, lalu disebut Manihatun naaqati.
139. Keduapuluh tiga: Dari 'Adi bin Hatim r.a.,
katanya: Saya mendengar Nabi s.a.w.
bersabda:
"Takutlah pada - siksa - neraka itu, sekalipun
dengan memberikan sedekah potongan
kurma." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan lagi,
dari 'Adi bin Hatim, katanya:
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan
akan diajak berbicara oleh
Tuhannya dan antara dia dengan Tuhannya tidak ada
seorang tarjumanpun - penyambung
kata. Orang itu melihat ke sebelah kanannya, maka
tidak ada yang dilihat olehnya kecuali
amalan yangtelah dilakukannya sebelum itu -dari amalan
yang baik - dan juga dia melihat ke
sebelah kirinya, maka tidak ada pula yang dilihat
olehnya, kecuali amalan yang dilakukan
sebelum itu - dari amalan yang jelek. Dia melihat pula
antara kedua tangannya, maka tidak
ada yang dilihatnya kecuali neraka yang ada di
hadapannya. Maka takutlah engkau semua
pada - siksa - neraka, sekalipun dengan bersedekah
potongan kurma. Kemudian barangsiapa
yang tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan, maka
bersedekahlah dengan ucapan
yang baik saja."
140. Keduapuluh empat: Dari Anas r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah itu niscaya meridhai pada
seseorang hamba, jikalau ia makan sesuatu
makanan - pagi ataupun sore, kemudian mengucapkan
puji-pujian kepada Allah atas
makanan yang dimakannya itu, ataupun meminum sesuatu
minuman, kemudian
mengucapkan puji-pujian kepada Allah atas minuman yang
diminumnya itu." (Riwayat
Muslim)
Al-Aktah, dengan difathahkan hamzahnya, artinya
ialah makan siang atau makan
malam.
141. Keduapuluh lima: Dari Abu Musa r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Setiap orang
Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya: "Tahukah
Tuan, bagaimanakah jikalau ia
tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan?"
Beliau menjawab: "Kalau tidak ada
hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian
ia dapat memberikan kemanfaatan
kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia
bertanya lagi: "Tahukah Tuan,
bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat
demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia
memberikan pertolongan kepada orang yang menghajatkan
bantuan." Ia bertanya lagi:
"Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak
dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab:
"Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau
kebagusan." Ia bertanya lagi: "Tahukah
Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat
demikian." Beliau menjawab: "Hendaklah
ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang
sedemikian itupun sebagai sedekah yang
diberikan olehnya." (Muttafaq 'alaih)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan