KITAB
RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)
IMAM NAWAWI
Memelihara Kelangsungan Amalan-amalan
Allah Ta'ala berfirman:
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, supaya hati
mereka itu khusyu'untuk mengingat-ingat kepada Allah dan kebenaran yang turun
kepada mereka itu - yakni al-Quran. Janganlah mereka itu berkeadaan yang serupa
dengan orang-orang yang telah diberi kitab-kitab pada masa dahulu - sebelum
mereka, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keraslah
hati mereka tersebut - yakni enggan menerima kebenaran." (al-Hadid: 16)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Kemudian
Kami - Allah - iringkan di belakang mereka dengan beberapa
Rasul Kami dan
Kami
iringkan pula dengan Isa anak Maryam, serta Kami berikan Injil kepadanya. Kami
memberikanperasaan kasih sayang dalam hati para pengikutnya. Keruhbaniahan itu
mereka ada-adakan saja.Kami tidak mewajibkan demikian itu atas mereka. Yang
Kami perintahkan - tidak tain kecuali mencari keridhaan Allah, tetapi mereka
tidak memelihara itu sebagaimana mestinya yang ditentukan." (al-Hadid: 27)
Keterangan:
Keruhbaniahan, artinya hidup dalam klooster bagi para
penganut atau pendeta-pendeta
agama Nasrani. Ini bukan berasal dari ajaran Nabiullah
Isa a.s. dan itu hanyalah buatan
kepala-kepala agama yang datang sepeninggal beliau.
Islam juga tidak membenarkan adanya
ruhbaniah.
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Janganlah
engkau semua itu seperti perempuan yang menguraikan benangnya menjadi iepas kembali
setelah dipintal kuat-kuat." (an-Nahl:
92)
Juga Allah
Ta'ala berfirman:
"Dan
sembahlah Tuhanmu sehingga datanglah keyakinan - dan maksudnya kematian -
kepadamu."
(al-Hijr: 99)
Adapun Hadis-hadis yang menerangkan bab di atas itu,
di antaranya ialah Hadisnya
Aisyah: "Mengerjakan agama yang tercinta di sisi
Allah ialah yang dikekalkan oleh orangnya
- yakni tidak bosan-bosan melakukannya sekalipun
sederhana." Hadis ini telah disebutkan
dalam uraian sebelum ini - Lihat Hadis nombor 142.
Selain Hadis di atas ialah:
153. Dari Umar al-Khaththab r.a., katanya: Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang tertidur sehingga kelupaan
membacakan hizibnya di waktu malam
atau sebagian dari hizibnya itu, kemudian ia
membacanya antara waktu shalat fajar dengan
zuhur, maka dicatatlah untuknya seolah-olah ia
membacanya itu di waktu malam harinya."
(Riwayat Muslim)
154. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu
'anhuma, katanya: Rasulullah
s.a.w. pernah bersabda kepadaku:
"Hai Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan
itu. Dulu ia suka bangun
bersembahyang malam, kemudian ia meninggalkan bangun
malam itu."
(Muttafaq 'alaih)
155. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya:
"Rasulullah s.a.w. itu apabila terlambal
dari shaiat malam, baik karena sakit ataupun
lain-lainnya, maka beliau bersembahyang di
waktu siangnya sebanyak duabelas rakaat."
(Riwayat Muslim)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan