KITAB
RIYADHUS SHALIHIN (TAMAN ORANG-ORANG SHALIH)
IMAM NAWAWI
Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya
Allah
Ta'ala berfirman:
"Apa
saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu
semua, maka ambillah itu - yakni lakukanlah dan apa saja yang dilarang olehnya,
maka hentikanlah itu." (al-Hasyr: 7)
Allah
Ta'ala berfirman lagi:
"Ia - yakni Muhammad - itu tidaklah berkata-kata dengan kemauannya
sendiri. Itu tiada lain
kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)
Juga
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Katakanlah-hai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka
ikutilah aku, maka Allah tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni
dosa-dosamu." (ali-lmran: 31)
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Dan niscayalah di dalam peribadi Rasulullah itu merupakan ikutan - teladan - yang baik
bagimu semua, juga bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari
akhir." (al-Ahzab: 21)
Allah
Ta'ala berfirman lagi
"Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebeium mereka
meminta
keputusan kepadamu dalam perkara-perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang
engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang
bulat-bulat." (an-Nisa': 65)
Juga
Allah Ta'ala berfirman:
"Jikalau engkau semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka
kembalikanlah itu
kepada Aliah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhir." (an-Nisa': 59)
Para
alim-ulama berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan
al-Kitab
- al-Quran - dan as-Sunnah - al-Hadis."
Allah
Ta'ala berfirman pula:
"Barangsiapa mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah."
(an-Nisa')
Lagi
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau itu niscayalah memberikan petunjuk kejalan yang
lurus yaitu
jalan Allah.'' (asy-Syura: 52-53)
Allah
Ta'ala berfirman:
"Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi
takut, supaya jangan
sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih."
(an-Nur: 63)
Juga
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ingat-ingatlah olehmu semua - kaum wanita - apa-apa yang dibaca
dalam rumahrumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmat - ilmu pengetahuan." (al-Ahzab: 34)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
156. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w.
bersabda: "Tinggalkanlah apa
yang saya tinggalkan untukmu semua -maksudnya: Jangan
ditanyakan apa yang tidak saya
terangkan kepadamu semua, karena hanyasanya yang
menyebabkan kerusakan orang-orang
- ummat - yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya
mereka bertanya-tanya - yang tidak
berfaedah - lagi pula mereka suka menyalahi kepada
Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu
jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka
jauhilah itu dan jikalau saya
memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka
lakukanlah itu sekuat usahamu."
(Muttafaq 'alaih)
Keterangan:
Isi yang terkandung dalam Hadis ini ialah:
Sesuatu yang merupakan larangan, maka samasekali
jangan dilakukan, tetapi kalau
berupa perintah, cobalah lakukan sedapat-dapatnya dan
jangan putusasa untuk memperbaiki
dan menyempurnakannya. Misalnya shalat di waktu sakit:
Tidak dapat dengan berdiri,
lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh
dengan berbaring dan pendek kata
sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun
hanya dengan isyarat memejamkan
serta membuka mata dalam melakukan shalat itu. Allah
telah berfirman:
"Allah tidak memaksa pada
seseorang melainkan menurut kekuatannya."
Ummatnya Nabi Musa 'alaihissalam yang meminta pada
beliau sebagaimana kata
mereka yang diuraikan dalam al-Quran:
"Tampakkanlah pada kita Allah
hu dengan terang-terangan."
Bukankah ini permintaan yang melampaui batas dan tidak
bermanfaat sedikitpun?
Juga seperti ummatnya Nabi Isa 'alaihissalam
sebagaimana yang diterangkan dalam
al-Quran pula. Mereka berkata:
"Adakah Tuhan Tuan dapat
menurunkan pada kita hidangan dari langit?"
Mereka menyangka bahwa Allah tidak kuasa melakukannya.
Tetapt setelah
dikabulkan permintaan mereka, tetap masih banyak yang
ingkar dan kufur. Bukankah ini
keterlaluan yang luarbiasa?
Menyalahi Nabi-nabinya sendiri sehingga menyebabkan
timbul bid'ah yang
bermacam-macam dan lain-lain lagi.
Adapun kalau berselisih dalam memahamkan hukum cabang
(furu'iyah), maka itu
tidaklah menjadi bahaya sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
"Perselisihan ummatku adalah
rahmat."
Tetapi perselisihan yang berbahaya dan tercela ialah
apabila soal-soal cabang atau
perincian-perincian itu dibesar-besarkan hingga
menjadi retaknya barisan ummat Islam
dalam menghadapi lawannya. Ini sungguh terlarang dalam
agama sebagaimana firman Allah:
"Dan janganlah engkau semua
bercerai-berai, maka akan lemahlah engkau semua dan
lenyaplah kekuatanmu."
157. Kedua: Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a.,
katanya: "Rasulullah s.a.w.
pernah memberikan wejangan kepada kita semua, yaitu
suatu wejangan yang mengesankan
sekali, hati dapat menjadi takut karenanya, matapun
dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya
Rasulullah,seolah-olah itu adalah wejangan seseorang
yang hendak bermohon diri. Oleh
sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!"
Beliau s.a.w. bersabda:
"Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau
semua bertaqwa kepada Allah,
juga suka mendengarkan dan mentaati -pemerintahan -
sekalipun yang memerintah atasmu
itu seorang hambasahaya Habsyi. Karena sesungguhnya
saja, barangsiapa yang
masih hidup panjang di antara engkau semua itu ia akan
melihat berbagai perselisihan
yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau
semua menetapi sunnahku dan sunnah
para Khalifah Arrasyidun yang memperoleh petunjuk -
Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali
radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan
gigi-gigi taringmu - yakni pegang
teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua
dari melakukan perkara-perkara yang
diada-adakan, karena sesungguhnya segala sesuatu
kebid'ahan itu adalah sesat."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Termidzi dan
Termidzi mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan shahih.
Keterangan:
Banyak sekali hal-hal penting yang terkandung dalam
Hadis ini, di antaranya ialah:
(a) Orang yang berpamit yakni hendak meninggal
dunia,sebab isi nasihatnya itu
sangat mendalam.
(b) Memang kita wajib taat pada pemimpin-pemimpin kita
yang memegang
pemerintahan itu, apabila mereka itu tetap menjalankan
pemerintahan sebagaimana yang
diridhai oleh Allah.
(c) Sunnahku yakni perjalanan dan sari hidupku.
(d) Khalifah-khalifah Arrasyidun yakni
pengganti-pengganti Nabi yang bijaksana
dan senantiasa mengikuti kebenaran. Mereka itu ialah
Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali
radhiallahu 'anhum.
(e) Gigitlah teguh-teguh yakni peganglah selalu
sekuat-kuatmu dan jangan sampai
terlepas sedetikpun.
(f) Apa yang disabdakan Nabi s.a.w. ini agaknya kini
telah tampak benar, bukanlah
bermacam-macam perselisihan yang kita hadapi sekarang,
baik karena banyak faham yang
tumbuh atau memang percekcokan sesama ummat Islam
sendiri dan lain-lain sebab lagi.
Karena itu satu-satunya jalan agar kita tetap selamat
di dunia dan akhirat ialah dengan
berpegang teguh pada sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah
khalifah-khalifah Arrasyidun, yang
pokok kesemuanya itu ialah dalam kandungan al-Quran
dan Hadis.
(g) Bid'ah yakni sesuatu yang tidakada dalam agama
lalu diada-adakan sehingga
seolah-olah itu jugatermasuk dalam agama. Bid'ah
yang sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang
sesat pasti ke neraka sebagaimana
dalam Hadis lain disebutkan:
"Maka sesungguhnya setiap
sesuatu yang diada-adakan, itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah
sesat dan setiap kesesatan adalah
di dalam neraka."
(h) Tetapi kalau yang diada-adakan itu baik (bid'ah
hasanah), maka tentu saja tidak
terlarang seperti mendirikan sekolah-sekolah
(madrasah), pondok-pondok, pesantrenpesantren
dengan cara yang serba moden. Semua tidak terlarang
sekalipun dalam zaman
Rasulullah s.a.w. belum ada.
158. Ketiga: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Semua ummatku itu dapat memasuki syurga,
melainkan orang yang enggan - tidak
suka."
Beliau ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu,
ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia dapat
memasuki syurga dan barangsiapa
yang bermaksiat padaku - menyalahi ajaranku, maka
dialah orang yang benar-benar enggan."
(Riwayat Bukhari)
159. Keempat: Dari Abu Muslim; ada yang mengatakan,
dari Abu lyas, yaitu Salamah
bin 'Amr bin al-Akwa' r.a., bahwasanya ada seorang
lelaki disisi Rasulullah s.a.w., makan
dengan tangan kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda
padanya: "Makanlah dengan tangan
kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak
dapat." Beliau s.a.w. bersabda: "Jadi engkau tidak
dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian itu
hanyalah karena terdorong oleh kecongkaannya
belaka. Akhirnya ia benar-benar tidak dapat mengangkat
tangan kanannya ke mulutnya -
untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
160. Kelima: Dari Abu Abdillah yaitu an-Nu'man bin
Basyir radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Hendaklah engkau semua benar-benar meratakan
barisan-barisanmu - dalam shalat,
atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah
Allah akan membalikkan antara wajahwajahmu
semua -maksudnya ialah bahwa Allah akan memasukkan
rasa permusuhan, saling
benci-membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu
semua." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:
"Rasulullah s.a.w. itu meratakan barisan-barisan
kita sehingga seolah-olah beliau itu
meratakan letaknya anak panah, sampai-sampai beliau
meyakinkan bahwa kita semua telah
mengerti betul-betul akan meratakan barisan itu.
Selanjutnya pada suatu hari beliau keluar -
untuk bersembahyang - kemudian berdiri sehingga
hampir-hampir beliau akan bertakbir.
Tiba-tiba beliau melihat ada seorang yang menonjol
dadanya - agak ke muka sedikit dari
barisannya - lalu beliau bersabda:
"Hai hamba-hamba Allah, hendaklah engkau semua
benar-benar meratakan
barisanmu, atau kalau tidak suka meratakan barisan,
pastilah Allah akan membalikkan
antara wajah-wajahmu semua."
Keterangan:
Dalam Hadis di atas terdapat anjuran yang sangat keras
agar di waktu shalat, barisan
itu benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan
sekencang-kencangnya. Selain itu
terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya
berkata-kata dalam waktu antara selesai-nya
iqamah dengan akan dilakukannya shalat, tetapi kata-kata
itu hendaknya yang bermanfaat
dan berguna.
161. Keenam: Dari Abu Musa r.a. katanya:
"Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar
mengenai penghuni-penghuninya di
waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan
kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau
s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka
dari itu, jikalau engkau semua
tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu."
(Muttafaq 'alaih)
162. Ketujuh: Dari Abu Musa r.a. juga, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu
yang dengannya saya diutus
oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai
bumi.Di antara bumi itu ada bagian yang
baik,yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula
menumbuhkan rumput dan lalang yang
banyak sekali, tetapi di antara bumi itu ada pula yang
gersang, menahan masuknya air dan
selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu
memberikan kemanfaatan kepada para
manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat
menyiram dan menanam. Ada
pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang
ini hanyalah merupakan tanah rata lagi
licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan
air dan tidak pula dapat menumbuhkan
rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang
yang pandai dalam agama Allah
dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya
diutus, dapat pula memberikan
kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun
mengetahuinya - mempelajarinya,
kemudian mengajarkannya - yang ini diumpamakan bumi
yang dapat menerima air atau
dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang
yang tidak suka mengangkat kepala
untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia
enggan menerima petunjuk Allah yang
dengannya itu saya dirasulkan - ini contohnya bumi
yang rata dan licin." (Muttafaq 'alaih)
Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada
pula
yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha), artinya menjadi pandai atau ahli
fiqih.
163. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Perumpamaanku dan
perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang
lelaki yang menyalakan api,
kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh
dalam api tadi, sedang orang itu
mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di
situ. Saya ini - yakni Rasulullah
s.a.w. - adalah seorang yang mengambil -memegang -
pengikat celana serta sarungmu semua
agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka,
tetapi engkau semua masih juga
hendak lari dari peganganku." (Riwayat Muslim)
Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu (dari
golongan binatang kecil yang
terbang), sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, artinya tempat mengikatkan sarung atau
celana.
164. Kesembilan: Dari Jabir r.a. pula bahwasanya
Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat
tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda:
"Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di
tempat manakah yang ada berkahnya." (Riwayat
Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan
seseorang dari engkau semua itu jatuh,
maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah
disingkirkan kotoran yang melekat di
situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah
itu dibiarkan - ditinggalkan -untuk
dimakan oleh syaitan. Jangan pula seseorang itu
mengusap tangannya dengan saputangan -
sehabis makan itu - sehingga jari-jarinya
dijilat-jilatnya dulu, sebab seseorang itu tentulah
tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya
keberkahan."
Dalam riwayat Imam Muslim pula:
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan
itu mendatangi seseorang di antara
engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari
pekerjaannya, sampai-sampai
syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan.
Maka dari itu jikalau suapan itu
jatuh dari seseorang di antara engkau semua, maka
hendaklah menyingkirkan kotoranRiyadhus
kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan
jangan dibiarkan untuk dimakan oleh
syaitan."
165. Kesepuluh: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Rasulullah s.a.w.
berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan
nasihat. Beliau bersabda:
"Hai
sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah
Ta'ala dalam
keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup - tidak dikhitan,
sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
artinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka
itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri,
sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu." (al-Anbiya': 104)
"Ingatlah, bahwasanya pertama-tama makhluk yang
diberi pakaian pada hari kiamat
ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahwasanya Ibrahim itu
akan didatangkan dengan disertai
beberapa orang dari ummatku, kemudian orang-orang itu
diseret ke sebelah kiri -maksudnya
ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka
adalah sahabat-sahabatku." Lalu
kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak
mengetahui apa yang mereka ada-adakan
sepeninggalmu." Oleh sebab itu saya berkata
sebagaimana yang diucapkan oleh seseorang
hamba yang shalih - yakni Nabiullah Isa a.s.:
"Dan saya dapat menyaksikan perbuatan
mereka selagi aku ada di kalangan mereka - semasih
sama-sama di dunia," hingga ucapannya
"Maha Mulia Serta Bijaksana."
Lengkapnya ucapan Nabiullah Isa a.s. itu tersebut
dalam sebuah ayat yang artinya:
"Dan saya dapat menyaksikan
perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi
setelah Engkau menghilangkan
diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan-kelakuan mereka itu
dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa
mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni
mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana." (al-Maidah: 117-118)
"Setelah itu lalu dikatakan kepadaku:
"Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya
kembali pada kaki-kakinya - maksudnya menjadi murtad
dari agama Allah - sejak engkau
berpisah dengan mereka itu." (Muttafaq 'alsih)
166. Kesebelas: Dari Abu Said yaitu Abdullah bin
Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. itu melarang berkhadzaf - yaitu melemparkan
kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari
yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni
ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang
lain yakni jari telunjuk.
Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf
itu tidak dapat membunuh
binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan
bahwasanya berkhadzaf itu
dapat melepaskan mata - membutakannya - dan dapat juga
merontokkan gigi." (Muttafaq
'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya ada seorang
keluarga dekat dari Ibnu
Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut
dilarang dan berkata bahwasanya
Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata:
"Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak
dapat membunuh binatang buruan." Kemudian orang
yang dilarangnya itu masih
mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal
berkata: "Saya telah memberitahukan
kepadamu bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang
berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga
mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan
berbicara lagi padamu selamalamanya."
Keterangan:
Hadis ini menjelaskan bolehnya tidak menyapa atau
tidak berbicara dengan para ahli
pelaku kebid'ahan, orang-orang fasik serta para
penentang dan pelanggar sunnah Rasulullah
s.a.w., sekalipun hal itu dilakukan untuk
selama-lamanya. Tetapi keadaan sedemikian itu
wajib diakhiri, manakala mereka yang tersebut di atas
itu sudah mengubah sikapnya dan
suka mentaati ajaran-ajaran agama sebagaimana yang
semestinya dilakukan oleh seorang
muslim dan mu'min.
167. Dari'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya
melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium
batu hitam - hajar aswad -dan ia berkata: "Saya
mengetahui bahwa engkau itu adalah batu,
engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak
pula dapat membahayakan.
Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri
menciummu, pastilah aku juga tidak
suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan