Catatan Popular

Sabtu, 6 Mei 2017

KITAB MUKASYAFATUL QULUB BAB 3 ANTARA SABAR DAN SAKIT (MENYINGKAP RAHSIA KALBU)



OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI

Barangsiapa yang menghendaki selamat dari siksa Allah, yang ingin memperoleh pahala dan Rahmat, serta ingin dimasukkan dalam surga-Nya, maka seharusnya ia mencegah keinginan nafsu dari kesenangan duniawi, selalu sabar dalam penderitaan dan bencana. Allah SWT berfirman:

"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS.3 Al Imran:146)".

Sabar ditinjau dari berbagai segi:

Sabar selalu taat kepada Allah.

Sabar mencegah larangan Allah.

Sabar pada pukulan pertama ketika ada bencana.

Barangsiapa yang sabar melakukan ketaatan kepada Allah, artinya Allah memberikan 300 tingkat surga kelak pada hari akherat. Dan setiap tingkatnya seluas antara bumi dan langit.

Barangsiapa yang sabar mencegah tidak melakukan larangan Allah, artinya Allah memberikan 600 tingkat surga kelak di hari akherat, dimana setiap tingkatnya seluas antara langit ke-7 dan bumi ke-7 pula.

Barangsiapa yang sabar menghadapi musibah, artinya Allah memberikan 700 tingkat di surga, dimana setiap tingkatnya seluas antara Arsy dan bumi.

Diriwayatkan Nabi SAW bersabda dengan membawa Firman Allah SWT:

"Tidak ada seorang hamba yang terkena musibah dan masih berpegang teguh kepada-Ku, kecuali Aku akan memberikannya sebelum ia meminta. Dan tidak ada seorang hamba yang kena musibah, lalu ia bergantung selain dari-Ku, kecuali Aku selalu menutup pintu-pintu langit".

 

Maka jelas wajib bagi yang berakal senantiasa bersabar menghadapi bencana. Seharusnya tidak mengadukan bencana kepada sesama manusia, agar ia selamat dari siksa dunia dan akherat. Dan bencana yang paling berat ialah bencana yang dilimpahkan kepada para Nabi dan Wali.

 

Kata Imam Junaid Al Baghdadi:

"Bencana merupakan penerang bagi orang-orang yang bijak, gerakan kebangkitan bagi orang-orang yang mencari ridho Allah, kebajikan buat orang mukmin dan kebinasaan buat orang-orang yang lupa (akan Dzat-Nya). Bukankah tak ada seorang mukmin pun yang mampu merasakan manisnya iman kecuali dia memperoleh timpahan bencana, kemudian ia ridho dan bersabar".

Sabda Nabi SAW:

"Barangsiapa yang sakit semalam serta sabar dan ridho kepada Allah SWT, maka dosa-dosanya bersih laksana baru dilahirkan oleh ibunya".

Ketika kalian sakit, janganlah mengharap sembuh. Kata Dhuhak:

"Barangsiapa yang tidak kena musibah atau kesusahan selama 40 hari, maka ia menurut Allah tidak memperoleh kebajikan".

 

Melalui Mu'adz bin Jabal RA, Rasulullah SAW bersabda:

Ketika seorang hamba mukmin memperoleh bencana, maka Dia berfirman kepada malaikat sebelah kiri-Nya:

"Ambilkan alat tulis untuknya".

Kemudian Dia berfirman kepada malaikat sebelah kanan-Nya:

"Tuliskan untuk hamba-Ku ini suatu kebajikan yang ia lakukan".

 

Ada hadits Nabi Muhammad SAW:

Bilamana hamba Allah sakit, Dia mengutus dua malaikat dan berfirman:

"Lihatlah apa yang diucapkan oleh hamba-Ku".

Malaikat berkata:

"Dia mengucapkan Alhamdulillah...., dan ucapan itu dilaporkan kepada Allah".

 

Dia adalah Dzat yang lebih Mengetahui. Dia berfirman:

"Seandainya Aku mematikan hamba-Ku ini, niscaya Aku masukkan ke surga. Dan andai Aku menyembuhkan, maka Aku wajib mengganti daging yang lebih baik melalui darah yang lebih baik daripada darah yang dulu, serta Aku melebur semua kejahatannya".

 

Orang Fasik Menjadi Kekasih Allah

Di kalangan Bani Israil ada lelaki fasik (Gemar melakukan dosa) yang tidak pernah berhenti dari kejahatannya, samapai-sampai penduduk sekitar menjadi resah dan satu pun tidak ada yang berani melerai. Semua penduduk hanya bisa berdo'a kepada Allah agar ia disadarkan. Sehingga akhirnya Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS, yang memberitakan bahwa di kalangan bani Israil ada lelaki fasik. Engkau harus mengusir pemuda itu agar kejahatannya tidak menimpa ke penduduk sekitar.

 

Nabi Musa AS pun menusir pemuda itu. Namun si pemuda tetap berpindah-pindah desa dengan menyebar-nyebarkan kemunkaran. Dan sekali lagi Allah mengeluarkan perintah untuk mengusi pemuda itu. Nabi Musa AS pun mengusir si pemuda ke arah padang pasir.

 

Disana tidak dijumpai satu pun makhluk, tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bahkan keluarganya pun jauh dari sisinya. Sampai akhirnya ia jatuh sakit keras. Dia terjatuh dan kepalanya tersungkur di pasir. Dia merintih:

"Andai ibuku ada disisi kepalaku, ia pasti merasa kasihan dan menangisi aku. Andai ayahku ada disini, ia pasti membantu menguruskan masalahku. Andai istriku disini, ia pasti menangisi kepergianku.Dan adai anak-anakku ada disini juga, ia pasti menangis di belakang jenazahku sambil berdo'a: 'Ya Allah, ampunilah ayahku si pengembara yang tak berdaya, yang durhaka, yang fasik dan yang terbuang dari negaranya, dari desa ke desa, dan sampai terasingkan pada padang yang luas. Dari sini ia keluar dari dunia menuju akherat dengan memutuskan segalanya. Ya Allah, Engkau telah memisahkan aku dari kedua orangtuaku, anak-anakku dan istriku. Namun Janganlah Engkau putuskn Rahmat-Mu driku. Engkau sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan mereka, namun janganlah Engkau bakar aku dengan api neraka-Mu karena kedurhakaan-Ku".

 

Maka saat itu pun Allah mengutus para bidadari yang bisa menyerupai ibunya, istrinya, anak-anaknya dan menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk di samping pemuda sambil menangis.

 

Pemuda itu merintih:

"Inikah ayahku, ibuku, istriku dan anak-anakku sudah datang".

Hatinya langsung gembira. Ia bisa mati ke Rahmatullah dalam keadaan suci dan terampuni.

 

Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS:

"Pergilah ke padang pasir ini dan di tempat ini, sebab disana telah wafat seorang wali (Kekasih Allah) dari sekian waliyullah. Hadirlah kesana dan urus segala keperluannya".

 

Ketika Nabi Musa AS sampai disana, ia terhenyak dan melihat seorang pemuda yang dimaksud wali adalah pemuda yang dulu pernah terusir dari negaranya dengan perintah Allah jua. Nabi Musa AS melihat sekitar jenazah pemuda ada beberapa bidadari. Nabi Musa AS berkata:

"Wahai Allah, bukankah pemuda ini yang pernah terusir dari negerinya atas perintah-MU?"

Allah berfirman:

"Ini adalah Rahmat-Ku, dan Pengampunan dari-Ku lantaran rintihannya di padang luas, juga lantaran berpisahnya dengan tanah negerinya, berpisah dengan orangtuanya, anak-anaknya dan istrinya. Lalu Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua keluarganya. Dan mereka semua ternyata iba melihat dia ditempat yang perpencil ini. Sebab ketahuilah, bila seseorang mati ditempat yang terpencil, maka semua penghuni langit dan bumi menangis merasa kasihan pada dia; lantas AKU, AKU adalah Dzat yang selalu menyayangi melebihi sayangnya mereka, apakah tidak seharusnya mengkasihani dia!"

Tiada ulasan: