OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Barangsiapa
yang menghendaki selamat dari siksa Allah, yang ingin memperoleh pahala dan
Rahmat, serta ingin dimasukkan dalam surga-Nya, maka seharusnya ia mencegah
keinginan nafsu dari kesenangan duniawi, selalu sabar dalam penderitaan dan
bencana. Allah SWT berfirman:
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
(QS.3 Al Imran:146)".
Sabar
ditinjau dari berbagai segi:
Sabar
selalu taat kepada Allah.
Sabar
mencegah larangan Allah.
Sabar
pada pukulan pertama ketika ada bencana.
Barangsiapa
yang sabar melakukan ketaatan kepada Allah, artinya Allah memberikan 300
tingkat surga kelak pada hari akherat. Dan setiap tingkatnya seluas antara bumi
dan langit.
Barangsiapa
yang sabar mencegah tidak melakukan larangan Allah, artinya Allah memberikan
600 tingkat surga kelak di hari akherat, dimana setiap tingkatnya seluas antara
langit ke-7 dan bumi ke-7 pula.
Barangsiapa
yang sabar menghadapi musibah, artinya Allah memberikan 700 tingkat di surga,
dimana setiap tingkatnya seluas antara Arsy dan bumi.
Diriwayatkan
Nabi SAW bersabda dengan membawa Firman Allah SWT:
"Tidak ada seorang hamba yang terkena musibah
dan masih berpegang teguh kepada-Ku, kecuali Aku akan memberikannya sebelum ia
meminta. Dan tidak ada seorang hamba yang kena musibah, lalu ia bergantung
selain dari-Ku, kecuali Aku selalu menutup pintu-pintu langit".
Maka
jelas wajib bagi yang berakal senantiasa bersabar menghadapi bencana.
Seharusnya tidak mengadukan bencana kepada sesama manusia, agar ia selamat dari
siksa dunia dan akherat. Dan bencana yang paling berat ialah bencana yang
dilimpahkan kepada para Nabi dan Wali.
Kata
Imam Junaid Al Baghdadi:
"Bencana
merupakan penerang bagi orang-orang yang bijak, gerakan kebangkitan bagi
orang-orang yang mencari ridho Allah, kebajikan buat orang mukmin dan
kebinasaan buat orang-orang yang lupa (akan Dzat-Nya). Bukankah tak ada seorang
mukmin pun yang mampu merasakan manisnya iman kecuali dia memperoleh timpahan
bencana, kemudian ia ridho dan bersabar".
Sabda
Nabi SAW:
"Barangsiapa yang sakit semalam serta sabar
dan ridho kepada Allah SWT, maka dosa-dosanya bersih laksana baru dilahirkan
oleh ibunya".
Ketika
kalian sakit, janganlah mengharap sembuh. Kata Dhuhak:
"Barangsiapa
yang tidak kena musibah atau kesusahan selama 40 hari, maka ia menurut Allah
tidak memperoleh kebajikan".
Melalui
Mu'adz bin Jabal RA, Rasulullah SAW bersabda:
Ketika
seorang hamba mukmin memperoleh bencana, maka Dia berfirman kepada malaikat
sebelah kiri-Nya:
"Ambilkan
alat tulis untuknya".
Kemudian
Dia berfirman kepada malaikat sebelah kanan-Nya:
"Tuliskan
untuk hamba-Ku ini suatu kebajikan yang ia lakukan".
Ada
hadits Nabi Muhammad SAW:
Bilamana hamba Allah sakit, Dia mengutus dua
malaikat dan berfirman:
"Lihatlah apa yang diucapkan oleh
hamba-Ku".
Malaikat berkata:
"Dia mengucapkan Alhamdulillah...., dan
ucapan itu dilaporkan kepada Allah".
Dia
adalah Dzat yang lebih Mengetahui. Dia berfirman:
"Seandainya
Aku mematikan hamba-Ku ini, niscaya Aku masukkan ke surga. Dan andai Aku
menyembuhkan, maka Aku wajib mengganti daging yang lebih baik melalui darah
yang lebih baik daripada darah yang dulu, serta Aku melebur semua
kejahatannya".
Orang Fasik Menjadi Kekasih Allah
Di
kalangan Bani Israil ada lelaki fasik (Gemar melakukan dosa) yang tidak pernah
berhenti dari kejahatannya, samapai-sampai penduduk sekitar menjadi resah dan
satu pun tidak ada yang berani melerai. Semua penduduk hanya bisa berdo'a
kepada Allah agar ia disadarkan. Sehingga akhirnya Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi Musa AS, yang memberitakan bahwa di kalangan bani Israil ada lelaki
fasik. Engkau harus mengusir pemuda itu agar kejahatannya tidak menimpa ke
penduduk sekitar.
Nabi
Musa AS pun menusir pemuda itu. Namun si pemuda tetap berpindah-pindah desa
dengan menyebar-nyebarkan kemunkaran. Dan sekali lagi Allah mengeluarkan
perintah untuk mengusi pemuda itu. Nabi Musa AS pun mengusir si pemuda ke arah
padang pasir.
Disana
tidak dijumpai satu pun makhluk, tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bahkan keluarganya
pun jauh dari sisinya. Sampai akhirnya ia jatuh sakit keras. Dia terjatuh dan
kepalanya tersungkur di pasir. Dia merintih:
"Andai
ibuku ada disisi kepalaku, ia pasti merasa kasihan dan menangisi aku. Andai
ayahku ada disini, ia pasti membantu menguruskan masalahku. Andai istriku
disini, ia pasti menangisi kepergianku.Dan adai anak-anakku ada disini juga, ia
pasti menangis di belakang jenazahku sambil berdo'a: 'Ya Allah, ampunilah
ayahku si pengembara yang tak berdaya, yang durhaka, yang fasik dan yang
terbuang dari negaranya, dari desa ke desa, dan sampai terasingkan pada padang
yang luas. Dari sini ia keluar dari dunia menuju akherat dengan memutuskan
segalanya. Ya Allah, Engkau telah memisahkan aku dari kedua orangtuaku,
anak-anakku dan istriku. Namun Janganlah Engkau putuskn Rahmat-Mu driku. Engkau
sudah membakar hatiku lantaran berpisah dengan mereka, namun janganlah Engkau
bakar aku dengan api neraka-Mu karena kedurhakaan-Ku".
Maka
saat itu pun Allah mengutus para bidadari yang bisa menyerupai ibunya,
istrinya, anak-anaknya dan menyerupai ayahnya. Mereka semua duduk di samping
pemuda sambil menangis.
Pemuda
itu merintih:
"Inikah
ayahku, ibuku, istriku dan anak-anakku sudah datang".
Hatinya
langsung gembira. Ia bisa mati ke Rahmatullah dalam keadaan suci dan terampuni.
Kemudian
Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS:
"Pergilah ke padang pasir ini dan di tempat
ini, sebab disana telah wafat seorang wali (Kekasih Allah) dari sekian
waliyullah. Hadirlah kesana dan urus segala keperluannya".
Ketika
Nabi Musa AS sampai disana, ia terhenyak dan melihat seorang pemuda yang
dimaksud wali adalah pemuda yang dulu pernah terusir dari negaranya dengan
perintah Allah jua. Nabi Musa AS melihat sekitar jenazah pemuda ada beberapa
bidadari. Nabi Musa AS berkata:
"Wahai
Allah, bukankah pemuda ini yang pernah terusir dari negerinya atas
perintah-MU?"
Allah
berfirman:
"Ini adalah Rahmat-Ku, dan Pengampunan
dari-Ku lantaran rintihannya di padang luas, juga lantaran berpisahnya dengan
tanah negerinya, berpisah dengan orangtuanya, anak-anaknya dan istrinya. Lalu
Aku mengutus beberapa bidadari untuk menyerupai semua keluarganya. Dan mereka
semua ternyata iba melihat dia ditempat yang perpencil ini. Sebab ketahuilah,
bila seseorang mati ditempat yang terpencil, maka semua penghuni langit dan
bumi menangis merasa kasihan pada dia; lantas AKU, AKU adalah Dzat yang selalu
menyayangi melebihi sayangnya mereka, apakah tidak seharusnya mengkasihani
dia!"
Tiada ulasan:
Catat Ulasan