OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Seharusnya
orang berakal mengendalikan keinginan nafsunya dengan lapar. Dengan lapar,
musuh Allah SWT bisa terkalahkan. Sabda Nabi SAW:
"Sesungguhnya
syetan menjalari anak Adam lewat aliran darah, maka sempitkan aliran itu dengan
lapar".
Sesungguhnya
di hari kiamat orang yang dekat dengan Allah ialah orang sering lapar dan haus.
Dan suatu perkara besar yang merusak anak adam ialah persoalan perut. Lantaran
keinginan perut itu pula Adam dan Hawa terusir dari surga. Ketika Tuhan mereka
melarang makan buah khuldi, mereka tidak kuasa dan memakannya. Akhirnya aurat
mereka kelihatan,. Disini nampak jelas bahwa perut bisa menumbuhkan keinginan
nafsu.
Kata
sebagian Hukama:
"Barangsiapa
yang selalu condong terhadap nafsu, maka ia menjadi tawanan nafsu yang selalu
mencintai keinginan-keinginannya. Ia semakin terjebak dan hatinya tidak bisa
menerima faedah. Barangsiapa yang menyiram anggota tubuhnya dengan nafsu,
artinya ia menanam pohon penyesalan dalam hatinya".
Sesungguhnya
Allah SWT menciptakan makhluk tiga macam:
Dia
menciptakan malaikat yang dilengkapi akal tanpa nafsu.
Dia
menciptakan binatang yang dilengkapi nafsu tanpa akal.
Dia
menciptakan manusia dan lebih baik dari keduanya. Artinya siapa yang bisa
mengalahkan nafsu ia lebih baik dari malaikat.
Antara
Sengatan Nafsu dan Lebah
Ibrahim
Al Khawash RA bercerita:
"Aku
pernah ke gunung Lukas. Disana aku melihat buah delima dan aku langsung
menginginkan buah itu. Aku pun memetiknya dan lantas membelahnya. Buah itu
ternyata busuk, aku pun membuangnya dan kembali berjalan. Tiba-tiba aku melihat
seorang lelaki terjatuh dan langsung dikerumuni banyak lebah. Aku memberi
salam:
"Assalamu'alaika"
Dia
menjawab salamku:
"Wa'alaikassalaam,
yaa ibrahim".
Aku
berkata padanya:
"Kau
tahu darimana aku?"
Ia
menjawab:
"Allah
tahu semuanya dan apakah kamu tidak mengkhawatirkan sesuatu!"
Aku
berkata:
"Aku
melihat kamu punya urusan dengan Allah; maka mintalah kepada-Nya agar
diselamatkan dari lebah".
Dia
justru menjawab:
"Aku
juga melihat kamu punya urusan dengan Allah, maka mintalah selamat dari godaan
nafsu buah delima. Gara-gara delima, bisa saja manusia menemukan kesakitan
didunia. Terus sengatan lebah letaknya di tubuh, sementara sengatan delima
terletak dihati".
Aku
pun termenung dan meninggalkan dia begitu saja.
Menuruti
hawa nafsu bisa mengalihkan raja menjadi seorang hamba. Dan seorang hamba yang
sabar bisa menjadikan dia raja. Tidakkah kau ingat cerita Yusuf AS dan
Zulaikha! Dia sabar dengan penderitaan yang akhirnya menjadi raja mesir.
Sementara greget cinta Zulaikha terhadap Yusuf terlalu meluap, yang akhirnya ia
menjadi terhina, rendah dan buta, padahal dulunya menjadi istri pembesar
kerajaan.
Abul
Hasan Ar Razi punya cerita ketika melihat ayahnya dalam mimpi semenjak dia
meninggal 2 tahun yang lalu. Si ayah memakai pakaian dari aspal, dia pun bertanya:
"Mengapa
ayah seperti keadaan ahli neraka"
Sang
ayah menjawab:
"Wahai
anakku, hati-hatilah engkau dengan tipu daya nafsu".
(Tertuang
dalam sya'ir):
"Aku
dipermainkan dengan 4 perkara yang tidak bisa kukuasai, kecuali lantaran celaka
dan kepayahanku. Yakni iblis, dunia, dan nafsu; bagaimana bisa menyucikan diri,
padahal semuanya musuhku!.
Aku
merasakan bisikan hati selalu mengikuti nafsu; dalam kegelapan nafsu dan
keinginan".
Hatom
Al Ashom RA berkata:
"Nafsuku
sangat kuat, ilmuku adalah pedangku, dosaku kerugianku, syetan musuhku,
sementara jiwaku selalu berkhianat".
Macam-Macam
Jihad
Seorang
ahli ma'rifat menerangkan bahwa jihad ada tiga macam:
Jihad
(berjuang) menghadapi orang kafir. Ini jihad secara lahiriah. Sebagaimana Allah
SWT berfirman:
"Mereka
berjuang dijalan Allah. (QS.5:54)
Jihad
terhadap yang batil dengan memberikan suatu hujjah, sesuai firman Allah SWT:
"Dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (QS.16:125)
Jihad
melawan hawa nafsu yang cinta dengan kejahatan, sesuai firman Allah SWT:
"Dan
orang yang berjuang (untuk menunaikan hak) kami, Kami selalu menunjukkan ke
jalan Kami... (QS.29:69)"
Nabi
SAW bersabda:
"Jihad
yang paling utama ialah jihad melawan nafsu".
Para
Sahabat ketika pulang dari perang melawan orang-orang kafir, mereka berkata:
"Kita
kembali dari perang kecil menuju perang yang besar".
Melawan
hawa nafsu dan syetan merupakan perang besar. Perang tersebut terjadi pada
setiap waktu dan detik; sementara dengan orang kafir hanya sewaktu-waktu saja,
itupun musuhnya kelihatan.
Perang
melawan syetan; syetan punya banyak tentara dalam dirimu, sementara orang kafir
tidak punya pembantu dalam dirimu. Orang kafir bisa dibunuh, sementara syetan
tidak. Bila syetan berhasil membunuhnya, engkau bisa kena siksa Tuhan,
sementara orang kafir yang membunuhmu akan memperoleh surga dengan gelar mati
syahid.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan