Syufay
Al-Ashbahi, menceritakan bahwa suatu ketika ia memasuki kota Nabi, Madinah.
Ternyata di sana ada seorang lelaki yang dikerumuni oleh banyak manusia. Ia pun
bertanya kepada orang-orang, ‘Siapa lelaki ini?’ mereka menjawab, “Abu
Hurairah.”
Syufay ,
seorang tabi’in yang dinilai oleh Ibnu Hajar dan Adz-Dzahabi sebagai perawi
tsiqqah-, kemudian mendekat hingga duduk di hadapan Abu Hurairah, yang sedang
menyampaikan hadits kepada manusia.
Ketika Abu
Hurairah diam dan berhenti sejenak, Syufay berkata, “Aku memohon kepadamu,
dengan nama Allah, dan kebenaran, agar Anda berkenan menyampaikan sebuah hadits
kepadaku; hadits yang Anda dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa
sallam; hadits yang Anda hafal, dan ketahui.
Abu Hurairah
pun menjawab, “Baik, sungguh, aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang
aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam; hadits yang
aku hafal, dan ketahui.
Tetapi apa
setelah itu?
Abu Hurairah
malah menangis pilu, tersedu-sedan, terisak-tangis. Setelah berjeda sejenak,
beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.
Beliau
berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan menyampaikan hadits yang aku dengar
dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam, ketika aku membersama
beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada orang lain selain aku dan
beliau,”
Abu Hurairah
kembali menangis. Setelah beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya
yang basah oleh air mata, beliau berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan
menyampaikan hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa
sallam, ketika aku membersama beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada
orang lain selain aku dan beliau,”
Abu Hurairah
lagi-lagi menangis. Setelah beliau boleh menguasai diri, dan mengusap wajahnya
yang basah oleh air mata, beliau berkata, “Ya, sungguh, aku benar-benar akan
menyampaikan hadits yang aku dengar dari Rasulullah Shallallâhu alaihi wa
sallam, ketika aku membersama beliau di rumah ini. Pada saat itu, tidak ada
orang lain selain aku dan beliau,”
Tapi setelah
itu, Abu Hurairah terisak-isak lebih hebat lagi. Beliau terhuyung-huyung
menundukkan wajahnya, hingga aku menyandarkannya di atas pundakku dalam waktu
yang lama. Setelah boleh menguasai diri, Abu Hurairah kembali berkata,
“Rasulullah telah menyampaikan kepadaku, bahwa pada hari kiamat nanti, akan
turun menemui para hamba-Nya untuk memberikan keputusan di antara mereka. Dan
semua orang berdiri dengan lututnya. Kemudian, orang yang pertama dipanggil
adalah seorang qari’, orang yang terbunuh di jalan Allah, dan orang yang
memiliki banyak harta.”
Kepada yang
qari’ hafal dan bagus dalam membaca Al-Qur’an, Allah bertanya, ”Bukankah Aku
telah mengajarkan kepadamu tentang apa yang Aku turunkan kepada utusan-Ku?”
”Benar,
duhai Rabb” jawab yang ditanya.
”Lantas, apa
yang telah kamu amalkan dari ilmumu itu?” tanya Allah.
”Aku
menggunakannya untuk shalat di tengah malam dan siang hari,” jawabnya.
”Kamu
dusta!” bantah Allah. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu
dusta!”
Kemudian
Allah berfirman, ”Tetapi, kamu ingin disebut bahwa si fulan adalah seorang
Qari’, dan kamu sudah mendapatkan sebutan itu.”
Orang yang
banyak harta pun dipanggil. Allah berfirman kepada mereka, ”Bukankah Aku telah
memberi kekayaan yang sangat banyak kepadamu sehingga Aku tidak membiarkanmu
membutuhkan orang lain?”
”Ya, benar,”
jawab orang-orang dengan banyak harta.
”Lalu, apa
yang kamu perbuat dengan harta yang telah Kuberikan kepadamu?” tanya Allah.
”Aku gunakan
untuk menyambung tali silaturahmi, dan bersedekah,” kata mereka.
”Kamu dusta!”
Allah berfirman. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu susta!”
Allah Ta’ala
berfirman, “Bahkan, engkau melakukan itusemua agar disebut bahwa si fulan
adalah orang dermawan, dan itu sudah kamu dapatkan.”
Setelah itu,
orang-orang yang gugur di jalan Allah didatangkan untuk menghadap. ”Dalam
rangka apa kamu terbunuh?” tanya Allah.
Lalu mereka
memberikan jawaban, ”Aku diperintahkan untuk berjihad di jalan-Mu, lalu aku
berperang hingga terbunuh.”
”Kamu
dusta!” Allah berfirman. Dan para malaikat mengulanginya dengan tegas. ”Kamu
dusta!”
Kemudian
Allah berfirman, ”Kamu hanya ingin disebut sebagaima pemberani, dan kamu sudah
mendapatkan hal itu.”
Kemudian di
akhir hadits, Abu Hurairah melanjutkan, ”Kemudian Rasulullah saw menepuk
lututku dan bersabda, “Wahai Abu Hurairah, tiga orang itulah makhluk pertama
yang akan digunakan untuk menyalakan api neraka pada hari kiamat kelak.”
Demikianlah
kisah Abu Hurairah. Tetapi setelah kisah itu, masih ada penjelasan berikutnya
yang dicantumkan oleh At-Tirmidzi, yaitu bahwa berdasarkan informasi Ala’ bin
Abu Hakim kepada Walid Abu Utsman, Syufay adalah seorang algojo dari Mu’awiyah.
Suatu hari,
Syufay pernah datang menemui Mu’awiyah kemudian mengabarkan tentang hadits Abu
Hurairah ini. Mu’awiyah pun berkata, “Itulah yang akan ditimpakan kepada mereka
–bertiga-, lantas bagaimana dengan keadaan manusia yang tersisa” Mu’awiyah
menangis dengan tangisan yang memilukan; tangisannya keras. Sehingga kami
menyangka beliau akan binasa.
Ala’
melanjutkan, “Lelaki itu datang dengan membawa keburukan. Dan tatkala Mu’awiyah
tersadar, dan bolwh menguasai diri, beliau mengusap wajahnya, dan berkata, “Shadaqallâh
wa Rasûluh, “Barangsiapa menginginkan kehidupan dunia, dan perhiasannya,
kami akan memberikan balasan yang sempurna atas amal mereka, dan mereka di
dunia itu tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang di akhirat nanti
tidak memperoleh apa-apa kecuali nereka, dan lenyaplah apa yang dulu mereka
usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan –QS. Hûd :
15-16.”
(Hadits
inidiriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim.
Lafazh dalam hadits ini adalah milik Tirmidzi, dan Syaikh Al-Albani berkomentar
bahwa hadits ini ‘Shahih’).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan