KARYA BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM KITAB
INDUK “RISALAH NUR”
O Penjelasan
mengenai hakikat kalimat, “ya baaqi anta
baaqi”
(Wahai
Yang Maha Kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal).
a.
Mensucikan hati dari segala sesuatu selain Allah
c.
Perbedaan waktu terhadap kehancuran sesuatu dan proses perubahan umur yang fana
kepada yang abadi.
(Pada cahaya
yang ketiga ini, unsur emosi dan perasaan terlibat didalamnya. Oleh karena itu
kami berharap ia tidak diukur dengan ukuran logika. Sebab, faktor yang membuat
perasaan ini bergejolak seringkali tidak logis dan tidak rasional)
Segala sesuatu hancur binasa kecuali
Dzat-Nya. Segala ketetapanadalah milik-Nya. Dan kepada-Nya kalian dikembalikan.
(al-Qashash [28]: 88)
Ayat
al-Quran di atas ditafsirkan oleh dua kalimat yangmenjelaskan dua hakikat
penting yang oleh sekelompok guruTarekat Naqsyabandiyah dijadikan sebagai
esensi wirid merekaketika mereka melakukan khataman al-Quran secara khusus.
Bunyikedua kalimat tersebut adalah:
Wahai Yang
Maha kekal, Engkaulah Yang Maha Kekal. WahaiYang Maha Kekal, Engkaulah Yang
Maha Kekal .Karena kedua kalimat itu termasuk dalam pengertian maknaAyat di
atas, kami akan menyebutkan beberapa catatan untukmenjelaskan dua hakikat yang
menggambarkan keduanya
1. PENGOSONGAN KALBU DARI SEGALA SESUATU SELAINALLAH
Pengulangan
kata Ya Baqi Anta al-Baqi pada bagian yang pertama adalah untuk mengosongkan
kalbu dari segala sesuatu selain Allah Ta’ala. Dalam hal ini, ia menyerupai
sebuah operasipembedahan dengan memutuskan kalbu dari segala hal selain
Allah.Jelasnya adalah sebagai berikut:
Dengan
substansi komprehensif manusia memiliki beraneka macam ikatan
dengan sebagian besar entitas. Dalam substansi tersebut terdapat kecenderungan
cinta tak terbatas yang bisa mem-buat manusia memiliki kecintaan yang mendalam
terhadap entitas pada umumnya. Ia mencintai dunia yang besar ini sebagaimana
iamencintai rumahnya. Ia juga mencintai surga yang kekal sebagai-mana ia
mencintai tamannya. Padahal, seluruh entitas yang dicintaimanusia itu tidaklah
langgeng. Semuanya akan pudar dan lenyap.
Karena itu,
manusia senantiasa merasa tersiksa akibat pedihnyaperpisahan. Dari sinilah
kecintaan yang amat sangat itu menjadifaktor utama yang membuat batinnya begitu
tersiksa. Sebab, ia telahceroboh dalam menempatkan rasa cintanya itu. Berbagai
derita yang dialaminya bersumber dari kecerobohannya sendiri. Padahal,
Allahsengaja membekali manusia dengan perasaan cinta di atas untuk diarahkan
kepada Pemilik keindahan yang benar-benar abadi (Allah). Namun manusia justru
mengarahkan cintanya pada entitas yang fana. Akhirnya, ia pun merasakan
berbagai penderitaan akibat pedihnya perpisahan.
Maksud dari
pengulangan kalimat Ya Baqi Anta al-Baqi adalahlepasnya diri si pelantun dari
kecerobohan di atas, ia memutuskan ikatan cinta terhadap sesuatu yang bersifat
fana, berpisah dengan semua yang ia cintai sebelum semua yang dicintainya itu
berpisah dengannya. Selanjutnya, ia hanya mengarahkan perhatian pada Kekasih
yang kekal abadi, yaitu Allah Ta’ala semata.
Pengertian
dari ucapan tersebut adalah, “Tidak ada yang benar-benar kekal kecuali Engkau
wahai Tuhanku. Segala sesuatu selain-Mu bersifat fana dan sementara. Sementara
sesuatu yangbersifat sementara tak layak untuk mendapat cinta abadi dan tak
layak untuk diikatkan secara kuat kepada kalbu yang pada dasarnya telah dicipta
untuk kekal abadi. Karena semua entitas yang adabersifat fana dan akan
meninggalkanku, maka aku akan meninggalkannya sebelum ia meninggalkanku dengan
mengucap Ya Baqi Anta al-Baqi secara berulang-ulang”. Artinya, aku yakin dan
percayabahwa tidak ada yang kekal kecuali Engkau wahai Tuhanku.
Kekalnya
entitas bergantung pada bagaimana Engkau membuatnyakekal. Dengan demikian, ia
hanya boleh dicintai selama tidak keluar dari cahaya cinta-Mu. Jika tidak, ia
tak layak menjadi kaitan kalbu.
Kondisi di
atas akan membuat kalbu bersih dari segala sesuatu yang tadinya sangat
dicintai. Manusia akan menyaksikan bahwa segala sesuatu yang terlihat indah
hanya bersifat sementara. Ketika itulah, ikatan yang tadinya mengikat kalbu
dengan segala entitas akan terputus. Namun jika kalbunya masih tidak bersih
dari sesuatu yang dicintai, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Berbagai
luka,derita, dan penyesalan akan memancar dari kedalaman kalbu sesuai
dengan kadar
entitas fana yang dicintainya.
Lalu kalimat
kedua yang berbunyi sama, ya Baqi Anta al-Baqi,berkedudukan sebagai salep
penyembuh dan balsem ampuh, Ia dioleskan pada operasi bedah yang dilakukan
kalimat pertamaterhadap kalbu beserta segala ikatannya. Arti dari kalimat kedua
tersebut, “Cukuplah Engkau wahai Tuhanku sebagai Dzat Yang Maha Kekal.
Kekekalan-Mu menggantikan segala sesuatu. Karena Engkau ada, segala sesuatu pun
menjadi ada”.
Segala
sesuatu yang terlihat baik, bagus, dan sempurna sehingga dicintai oleh manusia tidak
lain merupakan petunjuk akan kebaikan dan kesempurnaan Dzat Yang Maha Kekal.
Kebaikandan kesempurnaan tersebut adalah pancaran lembut dari-Nya yang menembus
dari balik tirai yang tebal. Bahkan ia merupakan pancaran dari manifestasi
nama-nama Allah yang mulia.
2. FITRAH MANUSIA YANG MENGINGINKANKEABADIAN
Dalam fitrah
manusia ada keinginan yang sangat kuat terhadap keabadian. Sampai-sampai ia
berangan-angan agar semuayang ia cintai bersifat abadi. Bahkan, ia hanya mau
mencintai sesuatu yang disangkanya abadi. Akan tetapi, ketika ia menyadari
bahwaapa yang dicintainya hanya bersifat sementara atau ia menyaksikan bahwa
apa yang dicintainya itu musnah, ia akan segera mengalami kesedihan yang
mendalam. Ya, semua ratapan yang muncul akibat adanya perpisahan adalah
merupakan ungkapan tangisan yang bersumber dari kecintaan terhadap keabadian.
Seandainya manusia tidak menghayalkan adanya keabadian, ia tidak akan mencintai
sesuatu.
Bahkan bisa
dikatakan bahwa yang menjadi salah satu sebabadanya alam
keabadian dan surga yang kekal adalah karenakecintaan yang sangat kuat terhadap
keabadian yang tertanam pada fitrah manusia, serta karena do’anya yang umum dan
menyeluruhuntuk bisa kekal. Maka, Allah Yang Maha Kekal mengabulkan keinginan
dan do’a tersebut. Allah menciptakan bagi manusia yang fana sebuah alam yang kekal
dan abadi.
Sebab, mana
mungkin Sang Pencipta Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih mengabulkan doa perut
yang berukuran kecil saja yang dipanjatkan lewat lisanul hal (perbuatan) dengan
menciptakanuntuknya beragam makanan lezat yang tak terhingga, sementara tidak
mengabulkan doa yang dipanjatkan manusia dengan ucapan,lisanul hal, dengan
terus-menerus dan kulli
(secara
utuh), keinginankuat yang bersumber dari kebutuhan fitrinya? Naudzu
Billah,Karena itu, sangat mustahil Allah mengabaikan doa manusia. Sebab,sikap
mengabaikan doa tidak sesuai dengan kebijaksanaan, keadilan,rahmat,
kekuasaan-Nya.
Selama
manusia sangat mencintai keabadian, pastilah semuakesempurnaan dan perasaannya
tergantung pada keabadian itu.Selama kekekalan tersebut menjadi sifat istimewa
Dzat Yang MahaKekal Yang Memiliki Keagungan, maka seluruh nama-Nya yang mulia
juga ikut kekal. Semua cermin yang memantulkan manifestasinama-nama tersebut
diwarnai keabadian dan mengambil hukum-nya. Maksudnya, semua nama tersebut juga
memperoleh sejeniskeabadian. Maka itu, yang paling utama untuk dilakukan
manusiaserta tugas paling agung yang dimiliki manusia adalah menguatkan ikatan
dan hubungan dengan Dzat Yang Maha Kekal Dan Agungserta berpegang dengan
nama-nama-Nya yang mulia. Sebab, apa yang dikorbankan di jalan Dzat Yang Maha
Kekal, juga akanmenerima sejenis sifat kekal.
Hakikat ini
dijelaskan oleh kalimat kedua, ya Baqi Anta al-Baqi.Dia tidak hanya
menyembuhkan “luka” maknawi manusia yangtak terhingga, tetapi juga memenuhi
keinginan kuatnya untuk bisa
kekal
seperti yang tertanam dalam fitrahnya.
3.PERBEDAAN PENGARUH WAKTU TERHADAP MUSNAHNYA SESUATU
DAN PERUBAHAN UMURYANG FANA KEPADA KEKAL
Dalam
kehidupan dunia ini, pengaruh waktu terhadapmusnahnya segala sesuatu
berbeda-beda. Walaupun semua entitas,antara yang satu dengan lainnya, saling
mengitari seperti lingkaranyang saling bersambung, namun dilihat dari
kemusnahannya adaperbedaan yang sangat mencolok.
Sebagaimana
pergerakan jarum detik, menit, dan jam berbedakecepatan meskipun bentuk
lahiriahnya sama, demikian puladengan kondisi manusia. Pengaruh waktu terhadap
kondisi jasmani,jiwa, kalbu, dan ruh manusia berbeda-beda. Anda
menyaksikanbahwa kehidupan, keabadian, dan keberadaan wujud jasmani
hanyaterbatas pada hari atau pada saat ia hidup. la terputus dari masalalu dan
masa depan. Lalu Anda menyaksikan bahwa kehidupandan domain keberadaan kalbu
membentang-luas hingga mencakupbeberapa hari sebelum dan sesudahnya. Bahkan
kehidupan dandomain ruh jauh lebih besar dan jauh lebih luas. Ia mencakupbeberapa
tahun sebelumnya dan sesudahnya.
Demikianlah,
atas dasar itu, sesungguhnya disamping umurmanusia yang fana terdapat umur lain
yang bersifat kekal ditinjaudari sisi kehidupan kalbu dan rohaninya. Keduanya
akan terushidup lewat adanya pengenalan terhadap Tuhan, kecintaan pada-Nya,
pengabdian kepada-Nya, serta keridhaan-Nya. Bahkan, umurkekal ini akan
mengantar kepada alam yang abadi. Sehingga umuryang fana tadi akan berkedudukan
seperti umur yang kekal abadi.
Ya, satu
detik yang dihabiskan manusia di jalan Dzat YangMaha Kekal, di jalan cinta-Nya,
di jalan makrifah-Nya, dan dalamrangka mencari ridha-Nya, akan terhitung satu
tahun penuh.
Bahkan ia
akan abadi tak pernah musnah. Sementara waktu satu tahun yangtidak dipergunakan
di jalan-Nya, terhitung satu detik. Maka, seratustahun usia orang-orang yang
lalai tidak lebih dari satu detik darisisi dunia.Ada sebuah ungkapan terkenal
yang menjelaskan hakikat tersebut. Bunyinya, “Berpisah sekejap seolah-olah satu
tahun,sementara satu tahun bersua seolah-olah sekejap”. Artinya, berpisahsatu detik saja terasa sangat lama sehingga seolah-olah satu tahun.
Sedangkan
bersua selama satu tahun terasa sangat singkat seolah-olah hanya satu
detik.Hanya saja, aku mempunyai pandangan berbeda denganungkapan di atas.
Menurutku, satu detik yang dipergunakanmanusia dalam sesuatu yang diridhoi
Allah Ta’ala, serta di jalanDzat Yang Maha Kekal dan Agung—yaitu satu detik
perjumpaan tidak hanya seperti satu tahun. Tetapi ia seperti sebuah
jendelaperjumpaan yang kekal abadi. Adapun perpisahan yang bersumbedari
kelalaian dan kesesatan, tidak hanya membuat waktu satu tahunmenjadi seperti
satu detik. Bahkan ribuan tahun pun menjadi sepertisatu detik.
Ada lagi
pepatah yang lebih terkenal daripada sebelumnyayang memperkuat penjelasan di
atas. Makna dari pepatah tersebutadalah, “Tanah lapang jika bersama musuh
seolah seluas cangkir.
Sementara
lobang jarum jika bersama kekasih seolah sepertilapangan”.Jika kita ingin
menjelaskan sisi kebenaran dari pepatah di atasadalah sebagai
berikut:Perjumpaan segala entitas fana sangatlah singkat sebab iabersifat fana.
Betapapun lamanya, ia hanya berlangsung sekilas lalu berubah menjadi kenangan
menyedihkan dan mimpi yang menye-babkan duka. Kalbu manusia yang merindukan
keabadian hanyamenikmati kelezatan yang hanya seukuran satu detik saja
dalamsatu tahun perjumpaan dengan entitas tersebut. Sementara saatperpisahan
dengannya terasa sangat panjang dan luas. Satu detikmencakup berbagai macam
perpisahan selama satu tahun bahkanselama bertahun-tahun. Kalbu yang rindu pada
keabadian akanmerasa sakit ketika berpisah satu detik saja seolah-olah ia
diterpaoleh berbagai derita akibat perpisahan selama bertahun-tahun.
Sebab,
perpisahan tersebut mengingatkannya pada aneka macamperpisahan yang tak
terhitung banyaknya. Demikianlah, masa laludan masa depan dari semua bentuk
kecintaan terhadap materi penuhdengan aneka macam perpisahan.Terkait dengan hal
itu, kami ingin bertanya, “Wahai anusia,apakah engkau ingin mengubah umurmu
yang singkat menjadiumur yang kekal, panjang, bermanfaat dan
menghasilkankeuntungan?”Jika jawabannya ya, berarti sesuai dengan fitrah
manusia.Kalau begitu, pergunakanlah umurmu di jalan Allah Yang MahaKekal.
Sebab, apa saja yang mengarah pada Dzat Yang Maha Kekalakan memperoleh bagian
dari manifestasi-Nya yang kekal.Ketika manusia sangat menginginkan umur yang
panjang danrindu pada keabadian, sementara ada sebuah sarana di hadapannyauntuk
mengubah umur yang fana menjadi umur yang kekal. Selamasifat manusiawinya masih
ada, ia pasti akan mencari sarana tersebut.Ia akan segera berusaha mengubah apa
yang tersembunyi itumenjadi sebuah perbuatan konkret dan bergerak sesuai
dengantujuan tersebut.
Karena itu,
pergunakanlah sarana tersebut! Berbuatlah untukAllah, bersualah demi Allah,
serta berusahalah karena Allah. Jadikansemua gerakanmu dalam naungan ridho
Allah (Untuk Allah, demiAllah, dan karena Allah). Dari situ engkau akan
menyaksikan bahwamenit per menit dari umurmu yang singkat menjadi senilai
tahunan.Hakikat ini ditunjukkan oleh Laylatul Qadri.
Meskipun ia
hanya satumalam, tetapi ia lebih baik daripada seribu bulan sesuai denganbunyi
ayat al-Quran. Artinya ia senilai delapan puluh tahun lebih.Petunjuk lainnya
adalah sebuah kaidah yang telah ditetapkanoleh para wali dan ahli hakikat.
Yaitu masalah ‘pengerutan waktu’yang ditunjukkan secara nyata oleh peristiwa
Mi’raj Nabi SAW. Da-lam peristiwa tersebut, hitungan detik dikerutkan menjadi
hitungantahun. Apalagi dengan hitungan jamnya, ia menjadi begitu luas
danpanjang seukuran ribuan tahun. Sebab, dengan peristiwa Mi’rajtersebut, Nabi
SAW. telah memasuki alam baka (keabadian). Bebe-rapa menit dari alarn keabadian
senilai ribuan tahun ukuran dunia.Adanya pembentangan waktu tersebut juga
diperkuat oleh berbagai peristiwa yang pernah dialami oleh para wali yang saleh.Ada
di antara mereka yang melakukan amal-amal perbuatan satuhari hanya dalam satu
detik. Ada lagi yang menyelesaikan tugasdan kewajiban satu tahun hanya dalam
satu jam. Serta ada pula diantara mereka yang mengkhatamkan al-Quran hanya
dalam satu menit.
Demikianlah,
berbagai riwayat di atas dan yang sejenisnya,tidak diragukan lagi adanya.
Sebab, para penyampai riwayattersebut adalah orang-orang yang jujur dan saleh.
Mereka takmemiliki sifat bohong. Apalagi peristiwanya sudah mutawatir
danseringkali terjadi. Mereka menyampaikan riwayat tersebut seolah-olah
menyaksikan secara langsung. Tak ada yang diragukan.
Pengerutan
waktu tersebut merupakan sebuah kenyataan takterbantahkan.
Pengerutan
waktu dapat terlihat pada mimpi yangdibenarkan oleh semua orang. Bisa jadi
dalam satu menit mimpisaja, ia dapat mengalami berbagai kondisi, bisa
berbincang-bincang,merasakan aneka kenikmatan, serta merasakan siksa yang
dalamwaktu sadar membutuhkan waktu satu hari, atau bahkan mem-butuhkan waktu
berhari-hari.
Sebagai
kesimpulan, pada dasarnya manusia adalah makhlukyang fana. Hanya saja ia
kemudian diciptakan kekal abadi. Allah,Sang Pencipta Yang Maha Mulia,
menciptakan manusia dalamkondisi seperti cermin yang memantulkan
manifestasi-Nya yangkekal. Allah juga membebaninya dengan berbagai kewajiban
yangmembuahkan hasil yang kekal, serta membentuknya dalam bentukyang paling
baik agar bisa menjadi tempat dituliskannya berbagaimanifestasi dari
nama-nama-Nya yang mulia dan kekal.
Karena
itu,kebahagiaan dan kewajiban manusia yang paling mendasar adalahterletak pada
bagaimana ia menghadapkan wajah kepada Dzat YangMaha Kekal dengan segenap
upaya, raga, dan seluruh potensi fitrahnya, berjalan melangkah di jalan
keabadian. Sebagaimanalisannya mengucapkan YaBaqi Anta al-Baqi, begitu juga
seluruhinderanya berupa kalbu, ruh, dan akal mengucapkanDialah Yang Maha Kekal.
Dialah Yang Maha Azali dan Abadi.Dialah Yang Tak pernah berakhir. Dialah Yang
Maha Permanen.Dialah Yang Maha Diminta. Dialah Yang Maha Dicinta. DialahYang
Maha Dituju. Serta Dialah Yang Maha Disembah.
Maha Suci Engkau. Tak ada yang kami
ketahui kecuali yangEngkau ajarkanpada kami. Engkaulah Yang Maha Mengetahuidan
Maha Bijaksana. (al-Baqarah [2]: 32)
Wahai Tuhan kami, janganlah Kau hukum
kami jika kami lupaatau salah.
(al-Baqarah [2]: 286)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan